BAB 7 - Sepupu

2.5K 296 6
                                    

"Lebay banget pake dresscode segala. Nggak mau. Suka-suka gue dong mau pakai baju warna apa.'' keluh Hani sebal.

"Itu konsep kita. Tapi... ya terserah lo sih. Lagian lo sendiri juga yang malu nantinya.'' Alisa mengangkat kedua bahunya.

"Ikutin aja Han, bisa-bisa nanti kita kena marah Bu Sari.'' tegur Gana halus.

Hani menoleh dan menatapnya cemberut, benar apa yang dikatakan Gana. Wali kelas mereka yang satu ini sama sekali tak bisa dibantah. "Gue nggak punya baju selain kaos dan jins.'' kata Hani akhirnya.

"Eh?!'' Alisa mendelik kaget. "Demi apa lo cuma punya itu doang?!''

"...'' Hani menatapnya datar tak mau mengulangi perkataannya untuk yang kedua kalinya.

"Ya ampun Hani....terus selama ini lo ke acara atau pesta gitu pake apa?'' Alisa mendadak menjadi penasaran dengannya.

"Gue nggak pernah dateng ke pesta atau acara lainnya.'' jawabnya malas dan mendesah pasrah.

Alisa termangu mendengar jawaban Hani. Ia sama sekali tak bisa berkata-kata.

"Kayaknya kita harus beli pakaian buat pensi nanti deh. Gimana kalau kalian berdua beli baju couple? Kan cocok tuh buat perform. Biar gue yang pilihin.'' usul Alisa dengan beraninya.

"Nggak mau!''

"Ide bagus!''

Yang menolak itu tentu saja Hani. Ia menatap Gana tajam karena memiliki pendapat yang berbeda darinya.

"Nggak, pokoknya gue nggak mau!'' Hani berdiri dari duduknya.

"Mau kemana?'' Gana ikut berdiri.

"Ke kamar mandi! Lo mau ikut juga?!'' kata Hani sebal.

"Lo tau tempatnya?''

"Lo kira gue buta?! Jelas-jelas ada pintu satu lagi dipojok kamar lo.'' ia melangkah dengan kesal meninggal kedua orang itu.

Gana kembali duduk sambil menghel napas.

"Gile, bener kata lo. Dia jutek banget ahahahah... dan lo masih mau deketin dia? Lo kesambet apa sih?!'' Alisa terkekeh geli menertawakan usaha sia-sia sepupunya.

"Gue nggak bisa ngelepasin dia Al. Lo tau kan gue punya alasan, dan alasan itu sekarang bukan cuma sebuah alasan lagi, melainkan kemauan hati gue.'' jelas Gana pada sepupunya itu.

"Tenang aja, gue tau kok. Lagian gue mulai suka sama tuh anak. Walaupun jutek, dia sebenernya baek. Dia juga anak yang nekat dan berani, gue salut sama dia yang bisa nggak perduli dengan apa kata orang.'' Alisa tersenyum mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat ia ketoilet sekolah.

Ia melihat Hani dengan nekatnya membentak beberapa anak yang menjelek-jelekannya dibelakang. Alisa tahu ia bukan tipe perempuan yang mau ditindas, tapi anehnya ia juga seringkali mengabaikan orang-orang yang membencinya terang-terangan. Ia hanya akan bertindak kalau ia sudah kesal, dan tak bisa menahan emosinya lagi.

***

Hani keluar dari kamar mandi sambil menghela napas kasar. Ia terus mengeluh dalam hati karena bisa-bisanya ia terseret kerumah ini.

"Kamar cowok kok rapih baget sih!'' katanya mendengus sebal, membayangkan keadaan kamarnya yang berbanding terbalik dengan kamar ini. Kamarnya jauh dari kata rapih alias berantakan seperti kapal pecah.

Tak sengaja ia melihat foto-foto Gana yang terbingkai dan terletak diatas sebuah meja yang ada dikamarnya.

"Ini beneran dia? Berandalan banget sih.'' katanya mengangkat salah satu foto yang berbingkai kecil.

Next to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang