Kecurigaanku

228 21 2
                                    

Ah aku malas sekali melihat soalnya, aku tidak bisa belajar di luar, sendirian lagi.

Gion keluar, ya tidak terkejut melihat dia keluar duluan, dia memang ketua kelas sekaligus murid terpintar di kelas.

"Lo suka banget ya sama matematika?" Dia bertanya tiba-tiba.

"Eh? Em ya gitu deh" aku terkejut.

"Setiap matematika nilai lo selalu bagus, awalnya gue kira lo nyontek, tapi gue tau keahlian lo emang di matematika"

Dia meremehkanku.

"Maksud lo?"

"Lo ga pernah dimarahin orang tua lo kalo dapet nilai jelek?"

"Engga, ortu gue malah ngedukung gue biar dapet nilai bagus"

"Beruntung banget lo, haha" aku melihat ketawa nya miris sekali. Seperti ada luka.

"Justru lo yang beruntung kali Gi, lo pinter semuanya, papah lo dokter mamah lo juga, keluarga lo terhormat banget ya"

"Gue pengen ngerasain main sebebasnya, gue pengen ngerasain hidup bebas. Hidup gue selalu diatur ortu gue, gue..

"Sorry gue jadi cerita" dia tersenyum tipis dan kembali mengerjakan tugas.

Aku mengerti dia kenapa.

Aku mengerti kenapa dia menjadi sosok tampan yang dingin dan pintar.

Aku kasihan melihatnya.

Satu setengah jam berlalu. Remedial sudah berakhir dan remedial part 2 akan dimulai lagi.

Remedial part 2 khusus bagi siswa yang sudah remedial tapi hasil remedialnya harus remedial lagi agar mencapai nilai rata-rata.

Ah aku harus menunggu satu setengah jam lagi.

Aku pergi ke wc karena merasa rambutku sudah tak beraturan.

Aku merapikan rambutku, lorong wc putri sepi sekali. Aku keluar dari wc dan melihat Edo dan Nadia.

Mereka berbincang seperti sudah kenal lama, mereka tertawa.

Apa mungkin mereka tidak sengaja bertemu? Atau

Ah sudahlah aku bisa gila lama lama memikirkannya terus.

Sesampainya di depan kelas, aku melihat sudah tidak ada orang, bahkan buku ku juga tidak ada. Ah paling juga sudah pada masuk.

Aku masuk ke dalam kelas dan kelas berisik sekali, Pak Heri sudah keluar kelas. Aku melihat buku ku ada di meja, aku mengambilnya dan menaruh nya di loker.

Saat aku membuka loker, ada boneka dengan surat. Aku membuka suratnya

Halo, Putri
Hati ini tertutup rapat sampai engkau siap membuka hatimu
Tolong katakan, Putri. Kapan kau siap membuka hati mu?

3

Aku seperti pernah dipanggil Putri, tapi dengan siapa?

Oh tolong kenapa aku lupa.

Aku kembali ke kursiku membawa suratnya dan membiarkan bonekanya di lokerku.

"Niv, gue dapet kiriman lagi" aku mengulurkan surat itu kepada Niva.

"Coklat lagi?" Tanyanya

"Bukan, boneka"

"Tapi gue curiga Edo" wajahnya sama bingungnya denganku.

"Gue bingung"

"Ah lo mah emang suka bingung sendiri"

"Paansi lo"

"Edo nembak gue"

"APA?! EDO NEMBAK LO?!" aish Niva memang argh, lihat semua murid di kelas memandang kami.

"Cieee Keyraa"
"Cieee Key"
"Edo nih sekarang?"

"Aduh Niva lo bego banget sih"
"Hehe abisnya lo ga cerita sih"

Aduh sebal sekali, aku menceritakan semuanya kepada Niva.

"Terima aja, dia kan cakep"

"Kalo kaya Reza lagi gimana?" Tanyaku.

"Iya juga sih, lo cari tau dulu aja deh" saran dia.

"Okee"

8 jam berlalu. Bel pulang berbunyi.

Bu Riva membuka pintu kelas dan melihat banyak orang di depan kelas tapi Bu Riva langsung melenggang pergi untuk pulang.

semua yang di dalam kelas penasaran apa yang terjadi tapi aku tidak penasaran, aku membereskan buku ku dengan santai.

"Key ada yang nyari"

"Eh? Gue? Bentar"

Aku cepat memasukkan buku ku dan keluar, Edo sudah ada di depan kelas dengan gitar.

Dan menyanyikan sebuah lagu.
Shy- Jae Waetford

Dia mengulurkan bunga kepadaku.

"Gue boleh singgah di hati lo ga, Key?"

Aku terdiam menatapnya, aku menatap matanya mencari sebuah ketulusan, aku tidak menemukan ketulusan itu, dan aku melihat dia mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum singkat

Kepada


Nadia.

THIS LOVE [The Pain] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang