saat ini louis dengan bangga mengayuh sepedanya di depanku seakan-akan ia sedang memimpin perjalanan kami.
"kita sampai!" kami tiba di salah satu kedai es krim yang terletak tidak jauh dari taman.
"es krim?" tanyaku. ia mengangguk dengan antusias lalu menarik tanganku masuk ke dalam.
"selamat datang di kedai kami! ada yang bisa kubantu, anak-anak?" ujar si penjaga kedai ini. perawakannya tinggi dan buncit. ia terlihat seperti ayahku.
"aku ingin yang rasa vanilla." ujarku dan louis secara bersamaan. kami saling bertatapan lalu tertawa.
si penjaga tertawa, "kalian sangat menggemaskan. tunggu sebentar, ya?" aku hanya mengangguk.
sementara menunggu, louis mengajakku untuk duduk di bangku yang dekat dengan jendela. aku baru sadar jika langit mulai mendung.
"satu cangkir es krim yang besar untuk kalian berdua!" ucap pria tadi dengan antusias.
"tapi aku tidak punya cukup uang untuk membayarnya, tuan." ucap louis polos. pria itu tertawa, "aku tidak meminta kalian untuk membayarnya."
aku mengerutkan keningku, "kenapa?"
ia tersenyum, "kalian sangat menggemaskan. bukankah sudah kukatakan tadi?" aku dan louis hanya tersenyum padanya ketika pria itu mengusap kepala kami sebelum kembali ke tempatnya.
hujan turun tepat ketika kami selesai dengan es krim kami.
"bagaimana caranya kita pulang, lou?" tanyaku khawatir. pasti ibu akan cemas dengan keberadaanku.
bukannya menjawab, louis hanya menatapku dengan pipinya yang merona.
"kau cantik, mia."
++
bitch i want to be friend with fetus louis