Tittle : Better Die
Author : Tetby_K
Genre : Gore
Rate : 18+
Chast : -Ashleen
- Elias Choi
- Rin
- Kise RyotaDengan perlahan mulai ku telusuri pipi putihmu dengan ujung pisau ditanganku. Menggambarnya hati-hati seraya menikmati bagaimana cairan pekat berbau anyir keluar dari goresan itu. Entah kenapa, aku sungguh menikmati ini. Terasa begitu menyenangkan saat mendengar jeritanmu. Sungguh merdu pikirku.
Mata pisau kini mulai turun dan menggores kulit leher mu, meninggalkan sedikit luka menganga. Cukup untuk membuat darah mengucur deras, merambas mewarnai kemeja biru muda yang kau kenakan dengan warna kesukaanku. Oh sayang, lihatlah dirimu sekarang. Kau begitu indah dengan warna merah itu. Apalagi dengan tatapan mata yang mengisaratkan permohonan. Jantungku bahkan lagi-lagi berdegup kencang seperti saat pertama melihatmu di lorong rumah sakit. Kau membuatku kacau. Aku sungguh ingin membuat mu lebih indah lagi. Akan ku buat goresan lebih banyak lagi untuk mu, sayang
Sensasi ini bagaiman bisa terasa sangat nikmat. Ketika tanganku mulai menyentuh luka mu, dan menekannya secara perlahan-lahan, takut kuku jariku merusak karya indah ku di dilehermu. Aku ingin lebih. Ingin menggores lengan berotot yang biasa menggendongku Ini, Ingin menikmati jeritan pilumu lagi, lagi dan lagi bagai candu. Mengukir permanen tubuhmu dengan namaku. Sebelum ku dengar seorang seakan berteriak di pikiranku, meminta ku untuk menghentikannya.
Ku hentikan sejenak aktifasku untuk mengusir suara sialan yang menggangu ku. Dan menatap mu yang terlihat pucat dan lemas. Ada sedikit rasa bersalah telah menjadikan mu kanpasku yang kesekian. Namun sekelebat ingatan lagi-lagi membuatku menggeram marah. Ku tancapkan pisau ditanganku ke dadamu, memutarnya kasar lalu mencabutnya tanpa ragu.
Kutelusuri badan sexy mu dengan mataku dari kepala hingga pergelangan kaki yg terlihat membiru karna ikatan tali yang terlalu kuat. Ku potong seluruh tali yang mengikatmu dengan kasar dan menelusuri tubuhmu sekali lagi. Beberapa tambahan luka terlihat di kulit mu akibat perbuatan ku.
Mataku beralih pada tanganku yg telah berlumuran darah. Pemandangan yang indah, jika saja mataku tidak menangkap senyum maklum pada bibir yang selama 3 tahun ini selalu mencium ku rutin di pagi dan malam sebelum terlelap. Merah yang seharusnya indah kini berubah jadi menjijikan. Sebenarnya apa yg telah kau lakukan padaku? Kenapa kau membuatku melakukan ini? Kenapa harus kau yang menghiantiku.
Aku benci perasaan takut dan menyesal yang mulai menggrogotiku. Ku tatap tubuh mu yg telah membiru, ku guncang perlahan sebelum berubah berutal karna kau sama sekali tidak menjawab panggilanku seperti biasanya. Yang kurasakan hanyalah tubuhmu yang telah kaku.
Tubuhku mulai gemetar, kakiku lemas tak mampu lagi menopang berat badanku. Jatuh bersimpuh di depan mu. Apa yang harus ku lakukan? Pertanyaan sama yang terus menggema di kepalaku. Entah sejak kapan air mata menganak sungai dipipiku.
Untuk kesekian kalinya kutatap lagi pisau di tanganku yang gemetar hebat. Dengan segera melempar sekuat tenanga pisau jahanam yang membuat ku kehilangan kendali. Suara gesekan pisau dengan lantai marmer terdengar begitu nyaring, memecah keheningan di kamar ini. Mataku tanpa sengaja menatap wajahmu, pipi halus mu kini terlihat aneh. Biasanya karyaku terlihat sangat indah, tapi mengapa saat di pipimu justru karyaku terlihat aneh dan mengerikan.
Ku angkat tanganku yang gemetar menyentuh pipimu, ku usap perlahan dan penuh kehati-hatian berharap kau akan menjawab seperti biasanya. Namun nihil, yg ku dapat hanyalah kebisuan mu. Aku terus berbicara disela isakan, menceritakan betapa sakitnya hatiku ketika melihat kau bergulat di atas ranjang dengan wanita jalang itu. Bercerita tanpa henti hingga ku rasakan mataku mulai berat
Ku sandarkan kepalaku di pahamu yang dapat ku lihat terdapat banyak noda darah di celana yg kau kenakan. Dan mulai berbicara lagi. .
Sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya, ku gores pergelangan tangan ku dengan silet kecil dalam saku celanaku. Menunggu hingga kesadaran ku perlahan mulai menghilang. Terhanyut dalam bunga tidur bersama diri mu yang tersenyum dalam hayal ku.
**
**
**
Usapan tangan ini terasa tak asing, hangat dan menangkan membuat ku malas membuka mata barang sedetikpun. Namun samar terdengar suara lembut mengalun indah, lambat laun semakin terdengar jelas memaksaku mau tak mau membuka mata.Ku edarkan pandangan ku menyusuri segala arah yang terjangkau oleh mata sebelum berhenti pada sepasang mata dengan iris biru laut yang menenggelamkan ku tanpa harus mencoba menyelaminya. 'Semuanya baik-baik saja' ucap mu sebelum mengecup lembut bibirku.
***
***
***"Aku dengar beberapa bulan lalu ada pasien bernama Ashleen yang membunuh kekasihnya lalu mencoba bunuh diri. Benarkah itu?"
"Iya benar. Para perawat sempat heboh membicarakannya. Dia membunuh kekasihnya yang bernama Elias Choi sebelum mencoba bunuh diri dengan menyayat nadinya"
"Kasian sekali kekasih nya itu. Tapi pasti ada sebab kenapa Ashleen membunuh kekasihnya kan. Kira-kira apa ya itu?"
"Dari yang aku dengar Ashleen memergoki kekasihnya berselingkuh. Jadi karna sakit hati dia membunuh Elias. Yah dengan riwat penyakit jiwanya aku rasa itu bukan hal yang aneh mengingat beberapa tahun sebelumnya dia juga telah melakukan pembunuhan pada temanya. Tunggu dulu, kenapa aku malah menceritakan ini padamu? Sudah sana pergi jangan ganggu waktu istirahatku.
"Ceritkan lebih banyak lagi, Rin"
"Nanti saat pemakaman mu!"
"Ya ampun Dear, kau jahat sekali pada pacarmu sendiri"
"Ku bilang pergi Kise! Kau hanya membuat sakit ku semakin parah dan aku bukan pacar mu sialan"
.........THE END........
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Die
RandomIsi cerita berkaitan dengan darah. Udah itu aja. Bingung saya mau nulis apa disini