Note: Contains some swearings. Unedited.
Chapter 17
TEPAT keesokan harinya, Edward segera pergi untuk menemui Lydia. Begitu semua urusannya sudah selesai, dia memacu mobil Range Rover hitamnya dan menuju tempat perempuan itu tinggal. Perjalanan memakan waktu cukup lama karena jalanan Kota London sore ini memang sedang mengalami kemacetan. Setelah satu setengah jam terjebak di jalan raya, Edward akhirnya berhenti di depan rumah Lydia dan mencari tempat yang sesuai untuk memparkirkan mobilnya.
Sepi adalah kata pertama yang muncul di kepala Edward begitu melihat rumah itu. Dia berjalan mendekat, perlahan memasuki teras rumahnya. Rumah Lydia benar-benar sepi. Tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam rumah itu.
Apa perempuan itu sedang pergi?
Edward memutuskan untuk mencari tahu terlebih dahulu.
TEEET.
Jari telunjuknya menekan dengan mantap bel yang ada di sampingnya. Beberapa saat menunggu, Edward masih belum mendengar apapun. Tidak ada suara langkah kaki ataupun teriakan dari dalam menyuruhnya untuk menunggu sebentar.
Untuk yang kedua kalinya, Edward kembali menekan tombol bel itu.
TEE-
"Iya, tunggu sebentar." Suara seorang wanita terdengar menyahut dari dalam. Setelahnya, terdengar dengan suara langkah kaki yang mendekat.
Click.
"Ya ada ap-," kalimat Lydia terhenti begitu melihat sosok Edward yang berdiri di depannya. Jantungnya tiba-tiba saja berdegup kencang. Edward ibarat sebuah jembatan yang menghubungkan antara Lydia dengan Nathan. Melihat Edward datang dan berdiri tepat di depannya seperti ini, membuat dia tersadar kalau ini pasti ada hubungannya dengan Nathan, seseorang yang sedang mati-matian dia hindari.
"Halo. Ada yang bisa kubantu, Edward?"
"Bagaimana kabarmu Lydia?" tanya Edward sembari mengulurkan tangannya.
"Baik. Bagaimana denganmu?" jawab Lydia sambil menjabat tangan Edward.
"Aku juga baik. Sayangnya tidak dengan Nathan."
Mendengar itu, Lydia mendadak merasa tidak nyaman.
Tidak. Tidak, jangan Nathan lagi.
"O-oh ya?" suara Lydia seolah tersangkut di tenggorokan. Rasa takut perlahan membayanginya, membuatnya mulai ragu untuk bertanya lebih jauh.
"Ya. Seseorang memukulinya hingga babak belur. Sudah beberapa hari ini dia dirawat di rumah sakit."
"Oh." Jawab Lydia singkat.
"Lydia.. bolehkah aku masuk?" tanya Edward dengan nada yang lembut.
Hening. Lydia sedang berfikir, menimbang baik dan buruknya permintaa Edward tadi. Tapi sebelum dia bisa memutuskan, Edward menyela.
"Lydia?"
Perempuan itu terlihat tersentak. "Ah, ya, tentu."
Sial. Dia bahkan belum bisa berfikir lebih jauh tentang ini.
Lydia masuk ke dalam rumah, diikuti dengan Edward beberapa langkah di belakangnya. Perempuan itu menuntun Edward menuju ke ruang tamu. Lydia kemudian membalikkan tubuh dan menatap Edward dengan pandangan yang cukup dalam.
"Edward, perkenalkan, ini Alex. Alex, ini Edward."
Alex beranjak dari tempatnya duduk dan menghampiri Edward. "Halo, nice to meet you, mate."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dystopia [Discontinued]
RomanceLYDIA tidak pernah menyadari, bahwa membantu seorang laki-laki yang tergeletak penuh luka di samping rumahnya, akan membuat hidupnya menjadi sulit. Semua mulai menjadi rumit, ketika dia tahu bahwa laki-laki itu adalah anak dari seorang konglomerat b...