15. Pengharapan Cinta

2.5K 45 1
                                    

Kurang lebih sepeminum teh lagi, tiba-tiba Cian Cong menghentikan langkah kakinya. Cara berlari seperti orang yang dikejar setan tadipun terhenti sampai di situ. Dia membalikkan tubuhnya sambil tertawa.

"Tidak usah lari lagi. Kita bicara di tempat ini saja."

"Apa yang akan kita bicarakan?"

Cian Cong tertawa terbahak-bahak.

"Masalah yang akan dibicarakan, rasanya tidak kalah dengan bintang-bintang yang bertaburan di langit. Dalam sehari semalam saja belum tentu dapat selesai..." dia merandek sejenak.

Dengan sengaja dia merenung beberapa saat, kemudian baru melanjutkan kembali. "Si pengemis tua berdiam cukup lama di dalam hutan Pek Hun Ceng. Dengan kesal akhirnya aku pergi, tetapi aku tahu Liu Seng membawa beberapa rekannya datang dari ribuan li untuk menolong putrinya. Tentu saja mereka bukan tandingan si iblis tua itu. Itulah sebabnya si pengemis tua cepat-cepat datang ke sini dan mengundang sahabat baik Yibun Loji ini agar menuju Pek Hun Ceng membantu para pendekar meloloskan diri dari maut..."

Tan Ki terkejut mendengarnya, dia segera menukas.

"Orang yang dapat menjadi sahabat baik Locianpwe pasti seorang pendekar yang gagah serta tidak mengejar nama besar. Kalau Yibun Siu San merupakan sahabat lama Locianpwe, mengapa dia bisa membunuh seorang gadis yang tidak berdosa?" 

Selesai berkata, tampaknya hati anak muda itu masih mendongkol, dia segera mengeluarkan suara dengusan dingin dari hidungnya.

"Tidak mungkin. Yibun Loji seorang manusia yang berbudi luhur. Dia tidak akan melukai orang sembarangan. Perbuatannya ini pasti mengandung maksud tertentu. Apa alasannya, setelah senja nanti, pasti akan diketahui. Buat apa kau panik tidak karuan?" 

Tan Ki malah semakin panik. 

"Locianpwe jangan sampai dikelabui olehnya. Cara turun tangan maupun jurus yang dilancarkan Yibun Siu San selalu mengandung kekejian. Kalau Boanpwe tidak menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, tentu tidak percaya dia dapat dalam melakukan hal itu. Lagipula dia sudah menotok tujuh jalan darah Liu Kouwnio yang mematikan, mana mungkin dia mengandung maksud lainnya?" 

Cian Cong tersenyum simpul. 

"Si pengemis tua sudah mengatakan bahwa dia tidak berniat mencelakakan orang, kalau kau masih tidak percaya juga, apa boleh buat?" tiba-tiba sepasang alisnya berjungkit ke atas. Dia segera mengalihkan pokok pembicaraannya. "Ada orang yang datang."

Sepasang lengannya terentang, tubuhnya bagai burung yang terbang melesat ke dalam hutan. Kemudian dia mencelat ke atas dan bersembunyi di balik dedaunan pohon Siong yang rimbun.

Kemudian, terlihat sesosok bayangan berkelebat. Tahu-tahu Tan Ki sudah sampai di sampingnya, Cian Cong melihat gerakannya yang mencelat ke atas dan melayang turun di sampingnya dilakukannya dengan indah, tanpa dapat ditahan lagi bibirnya tersenyum simpul.

"Meskipun ilmu ginkangmu cukup baik, tetapi tampaknya kau tidak pernah mempelajari ilmu lwekang. Tenaga dalammu belum dapat dikendalikan. Dengan demikian, ilmumu belum cukup tinggi untuk malang melintang di dunia Kangouw. Apalagi mencapai kedudukan..."

Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba berkelabat dalam benaknya. Dia segera menghentikan kata-katanya di tengah jalan.

Tan Ki menyibakkan dedaunan yang menghalangi pemandangan. Kepalanya melongok ke depan. Dia melihat rombongan orang berjumlah kurang lebih belasan melangkah dengan cepat. Ketika Cian Cong menghentikan kata-katanya, mereka sudah sampai di bawah pohon di mana Cian Cong dan Tan Ki bersembunyi.

Diam-diam hatinya jadi terperanjat. Dia tidak mengerti Kiau Hun memimpin Liu Seng, Kok Hua-hong, Yi Siu, Cu Mei beserta yang lainnya ke tempat ini dengan tujuan apa. Yang aneh, Ciu Cang Po juga termasuk di antara rombongan itu. Tampaknya kesadaran nenek itu belum pulih. Wajahnya masih kaku dan datar. Sepasang matanya menerawang, bahkan dengan dibimbing oleh dua orang di kiri kanannya, dia baru dapat melangkah.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang