18. Perasaan Iba

2.3K 32 0
                                    

Tadinya dia bermaksud mengalihkan bahan pembicaraan agar jangan sampai kata-kata si pengemis sakti itu membuat perasaan Toasonya semakin pilu. Siapa tahu, baru saja ucapannya selesai, tiba-tiba tampak Cian Cong mengeluarkan suara mendesah, lalu kepalanya mengangguk berulang kali dan langsung memejamkan matanya.

Dia merasa ada titik terang yang melintas dalam benaknya. Mendadak bayangan seseorang seakan muncul di depan matanya, mulutnya langsung mengeluarkan suara gumaman...

"Dua tokoh sakti? kecuali aku si pengemis tua, masih ada satunya lagi..." berkata sampai di sini, tiba-tiba dia membuka matanya, seakan-akan telah menemukan sesuatu yang amat berharga.

Kemudian tampak dia menepuk tangannya satu kali. 

"Betul! Hanya orang ini yang dapat menolong anak Ki!"

Yibun Siu San melihat si pengemis sakti ini berbicara seorang diri, gerak-geriknya mencurigakan. 

Entah apa yang sedang dipikirkannya, dia menjadi tertegun.

"Siapa yang Cian Heng maksudkan orang yang dapat menolong anak Ki?"

Cian Cong tertawa terbahak-bahak. Wajahnya berseri-seri tanda hatinya sedang gembira sekali.

"Kalau ingat tempo dulu, si pengemis tua pertama kali naik ke atas Bu Tong San, lalu mencari si hidung kerbau (ejekan untuk para tosu) untuk bertanding ilmu silat. Akhirnya kami bergebrak selama tiga hari tiga malam lamanya. Sepasang lengan baju si pengemis tua ini tertarik robek oleh jurus Ki Liong Pat-cao atau Naga sakti delapan jurus milik si hidung kerbau. Sejak saat itu, si pengemis tuapun mendapat julukan Si lengan koyak. Selama berkelana di dunia Kangouw selama puluhan tahun, entah siapa orangnya yang memulai ejekan itu. Sejak pertarungan itu pula, para sahabat di dunia Kangouw memanggil kami sebagai dua tokoh sakti. Ketika pertama-tama mendengarnya, bulu kuduk si pengemis tua sampai merinding semua. Akhirnya lama-kelamaan jadi terbiasa juga..."

Yibun Siu San tertawa lebar.

"Rupanya bintang penolong yang Cian Heng maksudkan adalah seorang Cianpwe dari Bu Tong Pai yang bergelar Tian Bu Cu, betulkan?" tukasnya cepat.

Cian Cong ikut-ikutan tertawa terbahak-bahak.

"Memang betul, kecuali dia, siapa lagi yang dapat menyembuhkan penyakit kejiwaan ini?"

Mendengar keterangannya, Ceng Lam Hong seperti menemukan setitik sinar terang dalam kegelapan. Cepat-cepat dia mengusap air matanya dan mengembangkan seulas senyuman. 

Dia segera berdiri dan menjura kepada Cian Cong dalam-dalam.

"Mohon kesediaan Toa Pek mengulurkan tangan agar semuanya berjalan dengan baik. Sebelumnya Siau Hujin (Nyonya muda) di sini mengucapkan banyak terima kasih. Tetapi... menurut berita yang tersebar di dunia Kangouw, Tian Bu Cu Cianpwe sudah lama mengasingkan diri dan tidak mencampuri urusan duniawi lagi. Takutnya kalau kita sampai di sana, bukan saja menganggu ketenangan orang, malah pulang dengan tangan kosong. Kalau ternyata demikian, apa yang harus kita lakukan?" 

Tampaknya hati wanita ini masih bimbang. Dia takut akhirnya akan mendapat kekecewaan.

Cian Cong mendongakkan wajahnya ke atas, perlahan-lahan dia mendengus satu kali.

"Si pengemis tua mana pernah memohon kepada orang. Tetapi kalau ucapan sudah dikeluarkan, memangnya takut dia tidak mengabulkan? Kalau penyakit anak Ki satu hari tidak sembuh, aku akan merongrongnya satu hari. Kalau dua hari tidak sembuh, artinya si hidung kerbau memang sengaja ingin membuat si pengemis tua menjadi marah. Maka aku akan mengajaknya berkelahi lagi selama tiga hari tiga malam!"

Tampak Yibun Siu San menundukkan kepalanya merenung.

"Tian Bu Cu Toyu tinggal di Bu Tong San, jaraknya dari sini masih ada tiga ratusan li. Jangka yang pendek pasti tidak bisa sampai. Meskipun penyakit anak Ki bisa disembuhkan, rasanya tidak sempat lagi menghadiri Bulim tay hwe."

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang