Hai para pembaca, perkenalkan namaku adalah Jane Mayer. Aku adalah seorang penulis cerita-cerita yang selalu berakhir dengan tragis. Entah itu bergenre romantis bahkan komedi akan kubuat menjadi tragedi. Layaknya hal romantis, tragedi juga tidak terjadi kepada kita setiap hari, bukan?
Cerita romantis dengan akhir yang bahagia mungkin terlalu pasaran. Aku sempat mengangguk setuju ketika membaca sebuah opini yang mengungkapkan bahwa; semua cerita romantis pasti akan berakhir bahagia. Awalnya mereka akan saling membenci tapi kemudian berubah menjadi saling mencinta. Kebanyakan cerita akan seperti itu hanya saja bagaimana proses terjadinya cinta yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca dan membedakan cerita satu dengan yang lain. Mereka akan membuat jantungmu berdegup kencang dan penasaran hingga terus terbayang walau faktanya kau sudah bisa menebak akhir cerita itu seperti sedang menikmati wahana roller coaster. Well, mengapa mereka tidak saling membenci saja selamanya? Baiklah, aku terdengar sinis sekarang.
Mari kita tinggalkan ocehanku yang semakin tidak fokus. Aku ingin bercerita kepada kalian semua, saat ini aku benar-benar frustasi, aku memiliki satu utang kepada penerbit, sebuah novel tragedi yang harus kuserahkan akhir bulan ini.
Saat ini aku sedang membaca sebuah buku seri kedua milik Stinson yang berjudul Kiss The Bastard. Aku merasa ada beberapa karakter yang berpotensi dibahas lebih lanjut secara terpisah.
Benakku membayangkan bagaimana jika mereka hidup dalam sebuah tragedi dan dilema. Bagaimana jika akhir kisah mereka begitu tragis? Mereka adalah Nielson dan Victoria. Salah satu putera Royce dan seorang puteri dari Henry yang mempesona-menurutku. Jika di tangan Stinson mereka bisa bernafas lega karena apapun yang terjadi mereka akan mendapat akhir yang bahagia, tapi tidak di tanganku. Aku tersenyum membayangkan bagaimana jika karakter itu benar-benar nyata kurasa mereka akan mendatangiku dan berteriak di depan wajahku. Kembalikan kami pada Stinson!
Ketika aku bertanya pada Stinson apakah dia berniat membuat satu cerita tentang mereka, dia memberiku jawaban yang begitu kuharapkan, "belum ada ide yang cocok untuk tokoh-tokoh tersebut". Maka, tanpa ragu aku mengajukan diri untuk membuat sebuah cerita tentang mereka dan Stinson menyetujuinya. Well, kurasa dia sedang terjebak dalam proses pembuatan sekuel ketiganya, dia sempat berkata bahwa ceritanya salah sasaran dan ia begitu frustasi.
Aku segera pulang ke rumah sebelum Stinson berubah pikiran. Maka disinilah aku sekarang, berada di depan laptop dengan sebatang rokok terselip di antara telunjuk dan jari tengahku.
Ketika membayangkan bagaimana karakter itu bermain di kepalaku rasanya aku siap dengan puluhan kata mengantri untuk keluar. Namun, ketika aku benar-benar siap untuk menulis secara harfiah aku sadar bahwa aku bingung bagaimana cara memulainya.
Aku menghisap rokokku lagi dan lagi hingga hampir habis. Namun, yang sanggup aku tulis hanyalah "Nielson atau akrab disapa Nial". Lalu kenapa kalau dia disapa Nial? Benakku mulai berteriak, Apa kelanjutannya? Sialan, aku benar-benar terlalu memaksakan diri untuk menulis hingga satu kalimat sederhana pun enggan keluar.
Satu kalimat ajaib pertama terkadang akan membawaku berimajinasi lebih luas. Kenyataannya sekarang aku bahkan sulit menemukan kalimat ajaibku.
Aku begitu muak memikirkan bagaimana tragedi terjadi bahkan dimulai. Kemudian aku memutuskan untuk menonton DVD sebuah film romantis Fifty Shades of Grey. Ya, ya, aku tahu aku ketinggalan jaman, tapi aku masih belum menonton yang itu sementara sekuelnya tengah tayang saat ini. Aku menebak bahwa Grey dan Anna akan menikah pada akhirnya, itu adalah ending cerita yang paling menarik untuk sebuah film sensual romantis. Well, menurut kalian apakah Grey memiliki karakter yang tegas dalam dirinya? Karakter nyata dari seorang pria pada umumnya? Dia begitu tergila-gila pada Anna, bukan? Entah mengapa itu terlihat menggelikan.
Tapi itulah sosok pria idaman yang diinginkan sebagian besar wanita, pria yang posesif, over protektif, dan panas di ranjang. Jujur saja aku juga mendambakannya hanya saja pria seperti itu tidak tersedia di sekitar kita.
Selesai menonton dan berkomentar sana-sini kepada bayanganku sendiri, akhirnya aku memutuskan. Bagaimana kalau cerita ini kita mulai dengan ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Book
RomanceGadis yang sudah ia anggap sebagai adik diam - diam memujanya dengan tatapan itu. Dan ketika hasrat bergejolak dalam jiwa mudanya, ia tidak menyiakan kesempatan yang ada hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.