Yibun Siu San melihat sikap keduanya secara bergantian. Yang satu matanya menyorotkan sinar dingin seakan ingin melampiaskan penghinaan yang diterimanya selama sebulan belakangan ini, sedangkan rambut si orangtua sampai berjingkrakan ke atas menandakan kemarahan hatinya. Dia juga melihat Lok Hong secara diam-diam telah mengerahkan tenaga dalamnya seperti siap melancarkan serangan. Suasana saat itu terasa pengap dan menegangkan. Cepat-cepat dia membuka mulut membentak Tan Ki.
"Anak Ki tidak boleh kurang ajar. Biar bagaimana Lok Locianpwe merupakan Pangcu dari sebuah perkumpulan besar. Baik nama besar maupun kedudukannya jauh lebih tinggi dari padamu, mana boleh kau sembarangan mengoceh di hadapannya? Malam ini kita mendapat banyak bantuan darinya. Berterima kasih saja belum, kau sudah berani berkata-kata yang tidak enak didengar di hadapanku! Tenaga dalam Lok Locianpwe sudah mencapai taraf yang tinggi sekali. Asal dia turun tangan, jangan harap selembar nyawamu masih dapat dipertahankan. Cepat minta maaf kepada dia orangtua, apakah kau benar-benar sudah tidak menyayangkan jiwamu sendiri?"
Tan Ki malah tersenyum simpul mendengar omelannya.
"Apa yang dikatakan keponakanmu ini setiap patahnya merupakan kata-kata yang sebenarnya, sama sekali bukan ocehan yang tidak benar bukan?"
Begitu kesalnya Lok Hong sehingga dia menggebrak meja di hadapannya keras-keras. Saat itu juga terdengar suara yang menggelegar, cawan teh di atas meja pecah berhamburan, air teh yang di dalamnya pun muncrat ke mana-mana.
Tan Ki masih tetap tersenyum.
"Locianpwe merupakan seorang pimpinan di daerah tertentu, tidak usah pura-pura marah. Boanpwe hanya ingin mengingatkan sedikit. Seandainya aku sanggup meraih kedudukan Bulim Bengcu, entah janji yang pernah Locianpwe ucapkan masih terhitung atau tidak?"
Wajah Lok Hong merah padam, sepasang matanya bagai mengandung kobaran api yang membara.
"Memangnya kau kira siapa diri Lohu ini? Mana mungkin aku menghilangkan rasa percaya kepada seorang angkatan muda? Tapi kau juga harus ingat baik-baik! Apabila kau tidak sanggup merebut kedudukan Bulim Bengcu, sepasang telapak besi Lohu ini tidak akan melepaskan orang yang mencuri ilmu leluhur kami begitu saja!"
Mendengar kata-katanya, Tan Ki langsung berdiri sambil tertawa panjang.
"Baiklah, kita tentukan demikian saja. Sesudah sarapan nanti, kita bertemu lagi di arena pertandingan!" selesai berkata, dia langsung mengajak Mei Ling meninggalkan tempat pertemuan tersebut. Telinganya menangkap suara dengusan dingin sebanyak dua kali, tetapi dia tidak memperdulikan sama sekali.
Kemungkinan, ketika Tan Ki memejamkan matanya merenung tadi, dia telah mempunyai keyakinan atas dirinya sendiri dalam perebutan kedudukan Bulim Bengcu.
Sedangkan barusan tanpa sadar dia seakan telah menyatakan isi hatinya. Baru saja Tan Ki dan Mei Ling meninggalkan tempat itu, tampak dua sosok bayangan berkelebat masuk ke dalam ruangan pertemuan. Rupanya yang datang adalah Ceng Lam Hong beserta Lok Ing berdua.
Entah apa sebabnya, sikap Lok Ing yang keras kepala dan tidak tahu aturan sama sekali tidak terlihat lagi. Tampak wajahnya yang cantik selalu mengembangkan senyuman yang lembut.
Saat itu sambil berjalan dia berkata kepada Ceng Lam Hong, "Pek Bo, kau lihat sendiri sikap Tan Koko kepada kakekku kurang ajar sekali, sungguh menyebalkan. Tetapi Pek Bo hanya memperhatikan tanpa mengatakan apa-apa. Seharusnya kau orangtua mengajar adat sedikit kepadanya."
Ceng Lam Hong tersenyum simpul.
"Anak baik, kau tidak perlu khawatir. Pek Bo pasti mengikuti kemauan hatimu, pokoknya sampai hatimu puas. Tetapi sekarang masih belum tepat waktunya, asal kau sabar saja dulu sedikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
AksiDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...