Melihat keadaan luka Lok Ing yang ternyata demikian parah, hati Tan Ki menjadi pilu seketika. Gadis yang selama ini malang melintang di Sai Pak dan tidak ada yang berani mencari perkara dengannya ini sudah seperti lampu yang hampir kehabisan minyak, sekarat menunggu datangnya malaikat elmaut...
Pikirannya melayang-layang, tanpa dapat ditahan lagi dia teringat dirinya sendiri yang juga sudah menelan obat beracun. Bunga api dalam hidupnya juga hanya dapat menyala selama setengah bulan lagi. Setelah itu, dirinya akan menjadi sama seperti keadaan Lok Ing sekarang, terbaring di atas tempat tidur, sendirian, tak berdaya menunggu datangnya kematian. Berpikir sampai di sini, tanpa terasa timbul perasaan iba yang dalam terhadap gadis ini. Sepasang matanya dipejamkan dan mulutnya mengeluarkan suara tawa yang getir.
Tiba-tiba telapak kakinya terasa menyentuh sesuatu yang keras. Ternyata dia sudah diturunkan oleh Lok Hong di atas tanah. Kemungkinan orangtua itu takut menimbulkan suara yang keras sehingga cucu kesayangannya akan tersentak bangun. Oleh karena itu, ketika menurunkan Tan Ki di atas tanah, dia melakukannya dengan hati-hati sekali.
Menghadapi tindakannya yang menyatakan sampai di mana kasih sayang terhadap Lok Ing, Tan Ki sempat tertegun juga. Diam-diam dia berpikir dalam hatinya: 'Orangtua ini sangat mementingkan kehidupan cucunya. Terhadapku malah kadang-kadang dingin, kadang-kadang baik, benar-benar membuat orang tidak mengerti bagaimana perasaan hati orangtua ini yang sesungguhnya.'
Oleh karena itu, Tan Ki pura-pura tenang : menghadapi situasi di hadapannya.
"Entah apa maksud Locianpwe mengajak aku datang ke sini?"
"Kau toh mempunyai mata, mengapa tidak kau lihat saja sendiri?"
"Lihat apa?" tanya Tan Ki pura-pura.
"Kalau Ing-jiku sampai mati, aku akan menyuruh engkau menemaninya!"
Tan Ki tertawa datar.
"Begitu juga ada baiknya. Toh, aku sendiri tidak bisa hidup lebih dari setengah bulan lagi. Tetapi bagaimana kalau Lok Kouwnio mempunyai peruntungan yang bagus sehingga tidak sampai menemui ajalnya?"
Terhadap pertanyaan ini, Lok Hong malah merasa di luar dugaan sehingga dia menundukkan kepalanya merenung beberapa saat.
"Tentu saja Lohu akan menarik kembali kata-kata tadi dan menggantikannya dengan membantu kau melaksanakan tugas sampai berhasil serta membantumu menjadi orang yang terkenal."
Tan Ki menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa datar.
"Tidak ada gunanya. Hidup Cayhe tinggal empat belas hari lagi. Walaupun Locianpwe berniat membantu aku, kemungkinan tidak akan..." belum lagi kata-katanya selesai diucapkan, tiba-tiba terdengar suara gesekan selimut, Lok Ing mengeluarkan suara rintihan perlahan dan mendadak bangun dari tidurnya.
Ketika berhasil melihat wajah Tan Ki dengan jelas, Lok Ing seperti orang yang terkena pukulan bathin, seluruh tubuhnya bergetar. Matanya yang sayu membelalak lebar-lebar.
Begitu terkejutnya sehingga tidak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Wajah Lok Hong beruban menjadi lembut. Dia berkata dengan suara perlahan, "Ing-ji, aku telah mengajaknya ke mari menemuimu."
Terdengar suara deheman lirih dari mulut Lok Ing. Lambat-lambat dia memejamkan matanya. Tetapi dalam sekejap saja, sudut matanya yang menimbulkan perasaan iba itu telah mengalir butiran air mata yang deras. Tampangnya sungguh mengenaskan, seakan di dalam hatinya terdapat penderitaan yang tidak terkirakan.
Dengan suara lirih Lok Hong memanggil Lok Ing sebanyak dua kali. Nada suaranya begitu sendu. Kata-katanya tidak sanggup diteruskan lagi seperti ada sesuatu yang tercekat di tenggorokannya. Pangcu Ti Ciang Pang yang disegani di dunia Kangouw ini ternyata belum dapat melepaskan dirinya dari lilitan kasih sayang dengan darah dagingnya sendiri, meskipun usianya sudah tua sekali. Wajahnya menunjukkan kepiluan hatinya yang tidak terkirakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
AcciónDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...