"Azura ayo!" ujar Dion yang sudah siap di atas motornya pada Azura hanya melamun tidak jelas.
"Eh itu ... aku pulang sendiri aja ya?" kata Azura membuat kening Dion mengerut bingung.
"Kenapa? Kamu nggak mau aku anterin?"
"Eh bukan!" Azura langsung gelagapan. "Aku ada urusan," bohongnya sambil nyengir lebar. Azura bukan tipe orang yang pandai berbohong, tapi dia harap Dion akan percaya padanya.
"Urusan apa emangnya?"
"Itu ... aku mau ketemuan sama temen SD aku, si Mona. Dia baru balik dari Jepang soalnya!" Jantung Azura sudah berdebar tak karuan. Sumpah Azura tidak tega membohongi lelaki sebaik Dion.
"Oh gitu, yaudah!" Dion tersenyum simpul. "Tapi yakin nih gak perlu aku anter?"
"Iya nggak usah, aku naik angkutan umum aja. Lagian kamu bukannya udah janji mau nemenin adik kamu?" tanya Azura ketika teringat chat terakhir dia dengan Kayla, adiknya Dion.
"Oh, iya hamper lupa aku. Yaudah kalau gitu aku duluan ya kamu hati-hati di jalan, nanti kalau udah pulang ke rumah kabarin aku!"
"Siap pak bos!" kata Azura sambil memberi pose hormat pada Dion.
"Dah pacar!" Dion melambaikan tangannya sekilas sebelum melajukan motornya.
"Hati-hati!" teriak Azura. Kemudian dia langsung berjalan ke arah halte menunggu transjakarta.
Tadi sebelum bel Azura menerima pesan dari Langit yang mintanya bertemu setelah pulang sekolah. Katanya ada hal yang penting yang mau dia katakan soal kedua bocah yang mengaku sebagai anak mereka itu.
Langit menyuruh Azura menemuinya di salah satu mall yang jaraknya agak jauh dari tempat sekolah mereka.
Setelah tiga puluh menit lebih perjalanan, akhirnya Azura sampai juga. Beruntung jalanan sedang tidak macet, karena jika iya Langit pasti akan mengomelinya karena telah membuatnya menunggu lama.
"Lang lo dimana?" tanya Azura begitu sambungan teleponnya terhubung.
"Liat ke arah jam sembilan," jawab Langit. Sesuai intruksi, Azura langsung menoleh dan menemukan Langit yang sedang melambai ke arahnya. Buru-buru Azura mengahampiri lelaki itu.
"Kita mau apasih ke sini, kenapa nggak cari tempat yang lebih enak dipake ngobrol aja, kaya kafe gitu?" Azura mengamati keadaan mall yang terlihat sangat ramai. Banyak pengunjung berlalu lalang.
"Kita ke sini sekalian mau belanja." Azura langsung menyesuaikan langkahnya begitu Langit mulai berjalan.
"Belanja apa?"
"Baju buat anak kita! Senggak ...," ucapan Langit langsung terhenti ketika sadar dia salah mengucapkan kata 'kita' yang membuat suasananya jadi canggung.
"Ehmm...." Langit berdehem pelan untuk menyamarkan rasa canggungnya. "Maksud gue senggaknya kita harus ngurus mereka sampai kita tau kebenarannya. Terlepas dari benar apa nggaknnya cerita mereka, gak mungkin juga kan kalau kita nelantarin mereka?" Azura mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Langit.
"Lang sebenernya lo percaya gak sih sama cerita mereka?" tanya Azura penasaran. Jujur saja kalau Azura masih belum percaya, lagipula alat apa yang bisa membawa kedua bocah itu dari masa depan? Apa mesin waktu seperti milik Doraemon memang benar adanya di dunia ini?
"Gue sih percaya gak percaya." jawab Langit terdengar ambigu.
"Apasih gak jelas banget lo. Kalau percaya ya bilang aja percaya, kalau nggak ya nggak!"
"Gue masih belum bisa percaya sama cerita mereka secara logis. Ya kali ada manusia yang bisa menjelajahi waktu, tapi anehnya hati gue kaya punya keyakinan tersendiri gitu. Apalagi pas gue liat mukanya Alya yang mirip banget sama lo dan pas dia meluk gue semalem, tiba-tiba aja gue ngerasa damai." Langit bingung sendiri bagaimana mendeskripsikan perasaannya ketika merasakan pelukan Alya semalam. Pelukan yang dilakukan Alya dengan tak sengaja karena bocah itu masih terlelap dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...