**Dijahili**
"Gue bunuh lo Van!" rasa kesal yang diucapkan Elina kepada Revan karena dia selalu menjaili Elina sesuka hatinya. Revan bangga melihat sahabatnya itu menderita. "Sukurin lo El!" Revan tertawa melihat Elina terpeleset setelah mengetuk pintu kelas bahasa indonesia dan masuk. "Sial lu Van! Awas lu!" sahut Elina membalas Revan kesal. Memang tiada hari yang mereka lalui tanpa bertengkar.
Bel pulang sekolah pun berbunyi kebetulan kelas Elina dan kawan kawan berada di atas. Elina berlari keluar kelas bersama Letta, Raina, Kenya, Syifa karena dikejar oleh Revan, Angga, Farrel, Vano, dan Andra. Seperti kucing dan tikus itulah mereka setiap harinya. Saat berlari menuruni anak tangga, tidak sengaja Elina terpeleset berusaha meraih tangan Letta tapi sialnya itu tidak sampai. Elina pasrah terhadap apa yang akan menimpa dirinya seusai terpeleset.
Entah mimpi atau nyata, Elina tidak merasakan sakit karena terjatuh. Elina terkejut melihat Revan yang ternyata tak sadarkan diri setelah menyelamatkan dirinya. Elina panik dan bingung, cewe mana yang nggak panik saat ada cowo yang nyelametin dia eh cowonya yang jadi korban, resiko sang penyelamat. Elina, Letta, Raina, Kenya, Syifa, Angga, Farrel, Vano, Andra membawanya ke UKS dan segera mencari kayu putih untuk membantu menyadarkan Revan. Letta, Raina, Syifa, Kenya, Angga, Vano, Farrel, Andra keluar dari ruangan dan kembali ke kelas mengambil tas mereka masing masing sedangkan Elina menunggui Revan di UKS.
Setelah hampir 30 menit Elina terus saja mondar mandir panik terhadap Revan. Akhirnya posisi badan Elina membelakangi Revan, dan "Bhaaa!!! Surpriseee!"
"Whaaa!" Elina terkejut dan hampir jatuh mendengan suara tersebut. Dia terdiam memikirkan sesuatu.
"Oo, jadi lo cuman pura-pura haa? Gila lo Van!" wajah Elina memerah karna amarahnya pada Revan yang ternyata hanya mempermainkan Elina.
"Etdahh ngambek lo El? Gitu doang, kan gue nggapapa?" bujuk Revan. "Lo gak mikir Van, lo udah buat kita semua panik sama lo!" untuk pertama kalinya Elina berkata kasar pada Revan karena ia sangat panik. "Hampir 30 menit gue nunggu lo panik, tapi lo cuman enak enakan tidur pura pura jadi korban gitu? Harusnya lo gak usah nyelametin gue tadi! " Suara Elina semakin menjadi dan ia meneteskan air mata. "El maafin gue El gue cuman mau becandain lo doang, gak usah nangis, lo gue beliin eskrim sama coklat deh.." Revan semakin membujuk Elina.Elina mau memaafkan Revan karena tawaran Revan mentraktir eskrim dan coklat. Mungkin Elina terlalu menyukai eskrim dan coklat, karena menurutnya ia bisa melupakan kesedihannya dengan eskrim dan coklat. Revan menarik tangan Elina keluar UKS, ke arah parkiran lalu masuk ke mobil dan mereka melesat cepat dari sekolah menuju kedai eskrim. Revan sangat hafal ekrim kesukaan Elina dan segera memesankan untuknya.
Elina bahagia melihat eskrim yang dipesankan Revan sudah ada di depan mata. Baru saja ia akan makan eskrim itu tapi Revan menghentikannya "El, lo boleh makan tapi jawab pertanyaan gue! Lo maafin gue atau enggak soal tadi? Pleasee maafin gue!". "Elina sempat meluangkan waktu untuk berpikir jawaban ya atau tidak yang akan dia berikan pada Revan yang sudah mempermainkannya. "iyaa deh Van, awas lo bikin gue panik lagi!" "Brmm.. Iyaa deh janji".
Elina terlanjur tidak sabar melahap eskrim kesukaannya, ia menikmati eskrim yang membuatnya bahagia sampai melupakan keberadaan Revan di depannya. Elina memaksa Revan untuk mencoba eskrim Elina, tapi Revan menolak. Dia memang tipe cowo yang tidak terlalu menyukai eskrim. Dia cukup senang melihat tingkah Elina yang melahap eskrim nya sampai habis. Karena saking menikmati eskrim, dia tidak menyadari eskrim itu menjadi tamu di bibirnya. Revan lah yang mengetahui hal itu. Ia mengambil tisu dan membersihkan sisa eskrim yang ada di bibir Elina. "Dasar anak kecil lo El! Saking sukanya lo sama eskrim mulut lo belepotan."
***
CHSA (catatan hati seorang author)
Sorry guys kalo ceritanya ngaco atau gaje atau gimanalah, jhaa aku masih pemula, belajar bikin novel di sini. Semoga kalian suka, tetep lanjut baca di part selanjutnya ya... Jhaaa 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounded For The Second Time
Teen Fiction"karena lo itu......." "karena gue apa?" "nih yaa gue kasi tau lu tuh kecil kayak semut gue kasian aja, gue tahu gak ada yang ngajak lo jalan kan? Becanda, lo itu spesial" "Sepasang matamu, begitupun dirimu pintar dalam hal menciptakan kenangan, da...