Homecoming? Apa ini semacam reuni? Belum ada setahun kita lulus, udah ada aja acara begini. Aku bahkan ga tau bisa datang atau ga, lebih tepatnya mau atau ga.
Tugasku di SMA sangat-sangat menumpuk sehingga aku jadi tidak berniat untuk datang ke acara seperti itu.
*ringtone hp-ku berbunyi*
"Halo" Oliver yang menelpon.
"Oli?"
"Trev, are you going to the homecoming thing?"
"I haven't made up my mind yet. I just read the invitation."
"YOU BETTER COME. For me. And. Miracle."
"Miracle? *sigh* i'll try to come."
"Nice."Sekali lagi kuingatkan, SMPku dulu adalah sekolah bilingual. Itu kenapa sampai sekarang kita masih suka bicara dengan bahasa internasional. Rasanya aneh jika kita berbincang dengan bahasa.
Miracle ya? Sudah setengah tahun lebih aku tidak ada kontak apapun dengannya. Cewek itu memang misterius, untungnya dia cantik. Aneh dan lucu kalo mengingat bagaimana seketika aku mengenal Miracle.
Third person's pov
Seulas senyuman tipis timbul di wajah Trevie saat dia mengingat masa-masa SMPnya yang menurutnya memang jauh lebih menyenangkan dibandingkan SMA.
Flashback
"Mir, gua mau ke indom-ret," ucapku kepada Miracle yang sedang meletakkan tasnya di kursi panjang depan kelas, "mau nitip ga?"
"Gue ikut aja deh.." balasnya. Seketika temannya yang lain atau lebih tepatnya semacam 'pengikutnya' memanggilnya.
"Eh gajadi deh, Trev. Lu aja."
Trevie kemudian berlari kecil ke indom-ret yang ada di seberang sekolahnya persis. Walaupun Miracle tidak titip apapun, Trevie tetap memiliki niatan untuk membelikan sesuatu padanya. Mungkin aja dengan begitu, Miracle bisa semakin melihat usaha kecil-kecilan Trevie untuk mendekatinya.
Sesampainya di situ, Trevie langsung belok ke kiri di mana ia sudah tau pasti di situ adalah tempat minuman dingin. Dia membuka lemari es tersebut dan mengambil sebuah minuman pororo yang rasa strawberry. Memang sudah dari kecil Trevie suka sama minuman pororo itu. Hingga sampai sekarang, kalau ke market pasti selalu beli pororo.
Sebelum sampai di kasir ia mampir sebentar ke tempat ice-cream. Mengingat bio instagramnya Miracle 'a girlfriend of ice cream'. Dan, berdasarkan observasi Trevie, Miracle memang benar menyukai ice cream. Jadi, langsung saja ia mengambil sebatang ice cream bermerek yang agak mahal. Menurut pikiran logis laki-lakinya, produk mahal pasti berkualitas. Ice cream mahal pasti Miracle suka.
Setelah kembalinya Trevie ke sekolah, ia melihat Miracle.. sendirian. Itu sudah kesekian kalinya Trevie melihat Miracle sendirian, tetapi tetap saja aneh karena Miracle selalu dikerubuni oleh teman-temannya dan orang-orang yang ingin atau menganggap diri mereka temannya Miracle.
Trevie duduk di sebelah Miracle yang memandangi lapangan yang berisi kakak-kakak kelas bermain basket. Tatapannya kosong. Saat Trevie duduk di sebelahnya, Trevie ikutan menatap kosong lapangan. Hingga akhirnya keheningan menyelimuti mereka berdua. Karena Trevie sangat tidak biasa dengan situasi canggung seperti itu, dia mulai angkat bicara.
"Mir," dan di saat yang sama Miracle berkata, "Trev."
Mereka berdua langsung menoleh kepada satu sama lain dan keduanya saling menunjukkan senyum kecil. Ingin sekali rasanya Trevie mencubit pipi Miracle yang selalu ada lesung pipitnya ketika ia senyum. Juga, ingin sekali rasanya Miracle menabok tampang Trevie yang jawline-nya selalu menonjol ketika senyum.
Ironic, right?
"Mau lu dulu atau gua dulu nih?" tanya Trevie.
"Lu mau ngomong apa?" jawab Miracle menandakan ia menyuruh Trevie untuk berkata terlebih dahulu.
"Lu kok tumben ya sendirian?" tanya Trevie. Memang bodoh pertanyaannya.
Miracle hanya menundukkan kepalanya dan memasang senyum di wajahnya tepat ketika angin berhembus membuat rambut panjang Miracle berterbangan.
"You don't have to answer it if you don't want to though," kata Trevie, "yes i'm weird."
"I just love being alone. Di saat gue sendiri seperti ini, rasanya imajinasi gue bisa berkembang karena gue jarang punya waktu sendiri begini. Jarang juga gue punya waktu untuk berpikir. Ketika orang selalu melihat gue dan temen-temen gue sebagai orang yang rame dan berisik, di saat itu gue selalu minta waktu untuk sendiri. Waktu-waktu begini sangat berharga though. HAHAHA it's ridiculous," jelas Miracle.
Trevie hanya termenung menyimaknya.
"Kalo gitu gua pulang ya, ini ice cream buat nemenin lo melakukan proses imajinasi," pamit Trevie dan menyerahkan kantong kresek putih yang berisi ice cream batangan yang tadi ia beli.
"Ice cream!!! Thank you, Trev. How do you know this one's my favorite?" tanya Miracle.
Trevie hanya cengenges karena ia tidak sengaja membelikan ice cream kesukaan Miracle. What a great job.
"Because it's expensive? HEHEHE." canda Trevie sambil berdiri dan mengambil tasnya.
"Please don't go," ucap Miracle pelan. Entah dia memang berniat untuk berkata kepada Trevie atau dia sebenernya hanya ingin berkata kepada dirinya sendiri. Mungkin itu adalah proses imajinasinya.
"Gua ga mau ganggu waktu sendiri lu," kata Trevie yang sebenernya tidak terlalu yakin dengan perkataannya sendiri. Karena dia tidak yakin bahwa tadi Miracle berkata kepadanya.
"Lu ga mengganggu. Lu bikin waktu berharga ini lebih nyaman untuk dilalui. You know, i love being alone, but i don't really comfortable with the fact i'm alone," kata Miracle.
Kekonyolannya yang hanya sering dilihat oleh Trevie itulah yang membuat Trevie lebih menyukai Miracle. Harga dirinya sangat tinggi di mata orang-orang karena dia selalu dilihat sebagai cewek populer yang elegan. But not with Trevie. Hanya di saat bersama Trevie, Miracle bisa melampiaskan gurauan anehnya.
"You're freaking ridiculous hahaha. That's what i like from y- wait, no. Don't mind me," entah disengaja atau tidak, Trevie mengutarakan itu di samping Miracle. Terdengar seperti bahwa Trevie hanya keceplosan, tetapi Miracle tau maksud asli dari Trevie mengatakan itu.
'Gue peka Trev,' batin Miracle.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Book Ends : Re-cycle
Teen Fiction[BAHASA] Buku Miracle tidak berakhir happily efer after, karena sebenarnya happy ending yang selalu ada pada dongeng itu tidak ada di kehidupan nyata. Lalu bagaimana dengan kehidupannya sekarang? Tidak mungkin kehidupan seseorang hanya menggantung s...