in first meet

18 1 0
                                    

Masih teringat dibenakku saat pertama aku merasakan hatiku kembali berdebar sangat kencang bahkan lebih kencang dari sebelumnya.

Peristiwa disaat mata ini tidak sengaja mengarahkan pandangannya ke arah meja nomer 8 yang setiap malam hari berpenghuni orang yang sama.

Kafe yang terletak disebelah apartemenku , yang jaraknya hanya 10 jangkah langkah kaki, membuat pengunjung kafe dan penghuni apartemen dapat berpandangan satu sama lain melalui jendela yang berkaca transparan.

Begitu indah dan elok parasnya, lembut dan sangat putih kulitnya bagaikan puteri salju. Kecantikannya pun menjadi sangat lengkap karena hijab yang selalu ia kenakan.

Kamu di dalam hati aku berkata jika aku jatuh cinta padanya pasti akan seperti pungguk yang merindukan bulan, aku adalah Milen laki-laki berusia 27 tahun.

Di umurku yang terbilang masih muda untuk seorang pria aku sudah memiliki karir yang baik, aku adalah seorang direktur di salah satu perusahan bonafit di Indonesia.

Meskipun begitu, hingga saat ini aku masih berstatus single. Aku merasa belum ada yang sesuai dengan kriteria wanita idamanku.

Hingga puteri salju berhijab itu hadir dan membuatku ingin memilikinya, membina rumah tangga bersama dan memiliki keturunan dari wanita sempurna seperti itu.

Suatu ketika, saat tak dapat lagi ku bendung keinginan untuk dekat dengannya,akhirnya kuberanikan langkahku untuk menuju ke meja nomer 8 di kafe itu.

Ku kenakan kemeja putih dan celana sopan,tidak lupa ku pakai kopiah yang hanya satu ku miliki karena aku terbilanh tidak pernah memakai kopiah.

Aku berfikir akan lebih mudah berkenalan dan nyambung ketika memulai obrolan jika ku kenakan kopiah ini. Namun semua teori dan prasangku terpatahkan ketika aku sampai di meja nomer 8 itu.

"Permisi?" Aku berkata sambil tersenyum ke arah wanita itu, namun dia hanya tersenyum sambil sejenak melihat ke arahku kemudian kembali menundukan pandangannya ke arah handphone yang ia pegang di atas meja.

Semua pengunjung yang saat itu sedang berada disana pun terlihat sedang melihat ke arahku, ada yang memandang heran, ada pula yang memandang geli sambil menahan tawa mereka dan saling berbisik.

Sungguh malu rasanya ingin aku cabut wajahku dan meletakannya di tempat yang tersembunyi, ini pertama kalinya aku dipermalukan karena seoarang wanita.

Sebelumnya justru para wanita lah yang mengejarku dan terkadang ku permalukan, mungkin ini karma untukku begitu pikir benakku dan membuatku memberanikan diri menyapanya kembali.

Ketika aku hendak kembali mengangkat kepalaku yang sempat tertunduk, tiba-tiba terdengar suara yang lemah lembut sangat menenangkan dan menyejukan.

"Assalamualaikum, afwan apa saya mengenal anda ?"
Mataku terbelalak jantungku berdegup sangat kencang ketika aku lihat bibir tipisnya yang mungil dan merah terbuka dan mengucapkan kalimat itu, membuat mulutku serta merta ikut terkunci.

Cukup lama aku melongo karena terkagum melihat wanita ini, waktu terasa seperti berhenti suasana serasa berada di syurga, meskipun aku belum pernah kesana.

"Hallo?"
Wanita itu kembali mengajakku bicara, akhirnya aku pun mulai tersadar dari imajinasiku, dan tanpa ku sadari aku mengucapkan kalimat yang membuatnya tertawa kecil.

"Iya snow white berhijab."
Kulihat wajahnya memerah,tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangannya yang lentik dan indah. Sungguh indah segala hal yang ada pada wanita ini.

"Kita ngga lagi di negeri dongeng mas?"
Wanita itu berkata sambil tertawa menatapku yang terlihat seperti orang bego.

Aku pun hanya menggaruk kepalaku, sungguh malu rasanya dan aneh mengapa tak ada wibawaku di hadapan wanita ini, melihat aku yang mulai tidak seratus persen, ia pun mempersilahkan ku duduk di meja yang sama dengannya.

Kami berdua pun duduk berhadapan, aku mulai memanggil pelayan agar memberikanku daftar menu, ketika aku membaca menu aku merasa kaget.

Tak ada satupun menu disana yang aku tahu dan suka, meskipun lokasi kafe ini bersebelahan dengan apartemenku tapi belum pernah sekalipun aku mencoba menu makanan disini.

Cukup lama aku memilih, seolah tau kebingunganku akhirnya puteri salju berhijab itu membantuku untuk memilih menu sambil menjelaskan rasa dari menu pilihannya itu.

"Disini semuanya serba soft ngga ada yang keras, oiya saya Hara jangan panggil snow white berhijab lagi ya."
Wanita itu pun membuka pembicaraan kami dan memperkenalkan dirinya, namun aku tidak mengerti mengapa ia bisa mengatakan kalimat sebelum ia mengucapkan namanya.

Akupun berfikir jika Hara memiliki six sence, karena ia tau apa yang aku fikirkan dan bagaimana aku. Aku pun menutupi rasa takutku dengan tersenyum sambil menyebutkan namaku,namun keringat yang muncul di dahiku membuat ia kembali tertawa.

"Saya bukan dukun Milen, saya sudah sering kesini jadi tau situasi disini termasuk situasi diseberang jendela meja kafe ini."

Mendengar kalimat itu aku jadi malu dan kaget, seingatku ketika kuperhatikan dari kejauhan tak sedetikpun matanya lepas untuk memandangan sekelilingnya.

"Saya bisa melihat tanpa perlu kepala saya ikut bergerak ke berbagai arah." Ucap Hara kepadaku sambil tersenyum.

"Bagaimana bisa mata kita melihat ke suatu arah tanpa gerakan kepala yang mengikutinya?"aku bertanya.

Kemudian Hara pun menjawab bahwa sejak kecil ia dan kakaknya diajarkan bela diri dan cara waspada melihat gerakan yang tiba-tiba di sekitar lingkungan mereka, ia pun bercerita bahwa sang Ayah adalah mantan Atlit silat yang sering memenangkan kejuaran silat.

Mendengar cerita tentang Hara aku menjadi sedikit gugup, takut, dan minder untuk mendekatinya. Setelah percakapan itu kami pub terdiam sejenak, aku sibuk menggenggam tanganku sambil melihat-lihat sekeliling, dan Hara sibuk dengan handphone nya membalas chat yang masuk sambil tersenyum.

Tak lama kemudian pelayan pun datang membawakan pesanku, secangkir teh dan disert berwarna pink berbentuk dua buah hati terlihat enak namun sayang jika dimakan.




Lovalatte☕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang