~19 Februari 2015~
Seorang lelaki berpakaian jubah panjang yang menjuntai hingga betis, celana panjang berwana hitam dan sebuah ikat kepala berbentuk khusus, menghampiri seorang pemuda yang tengah menatap jauh keluar jendela.
"Pangeran, Sultan sudah tiada. Anggota keluarga yang lain ingin anda untuk menghadiri acara pemakamannya."
"Untuk apa? Pemakamannya? Aku tak mengenalnya." Ujar sang pemuda menatap tetesan hujan yang mengenai kaca di depannya.
"Maaf tuan, tapi beliau adalah ayah anda."
"Apa? Ayah?"
Pemuda tersebut berbalik, ia mendekati laki-laki tadi dan berjalan mengelilinginya.
"Apa dia menganggapku anaknya? Apa aku keluarganya? APA AKU BERARTI BAGINYA? Hah?! Sebaiknya kau pergi!! Dan jangan pernah menyebut dia ayahku!"
Lelaki berjubah itu beringsut meninggalkan sang pemuda yang jatuh tertunduk di atas dinginya lantai.
Beberapa saat kemudian pemuda itu menangis, semakin lama tangisnya pun meledak.
₩₩₩
~21 Februari 2016~
Drap..drap..drap
Gadis dengan dress biru terang itu berlari di sebuah lorong yang panjang dan luas.
Aliran air mata mulai mengering di pipi putih nan mulus gadis tersebut. Keringat sedikit membasahi kening dan leher jenjangnya.
Gadis itu masuk ke sebuah ruangan dan menguncinya.
Beberapa saat kemudian seorang pemuda menyusulnya. Pemuda tersebut berusaha membuka pintu yang membatasinya dengan sang gadis.
"Ryola, buka pintunya!"
"Tak akan. Meski kalian memaksa ku."
Pemuda tadi duduk bersandarkan pintu di hadapannya. Ia menghela nafas panjang sebelum memasukkan sebuah kertas kedalam kamar, lewat bawah pintu yang sedikit memiliki rongga.
"Itu bukan kemauanku. Anggota keluarga yang lain ingin kau segera menikah."
"Baru satu tahun setelah ayah tiada, kalian ingin aku menikah? Sebelumnya ayah tak pernah memaksakan kehendaknya padaku. Apa karena aku satu-satu nya anak perempuan di keluarga ini? Atau...karena kalian merasa terancam akan keberadaanku?"
"Tidak. Itu tidak...."
"Itu pasti benar! Kalian pasti takut aku akan mengambil hak kalian. Karena kalian tahu ayah sangat menyayangi ku. Aku tak akan mengambil hak kalian, tapi biarkan aku hidup sesuai dengan keinginanku. Lagipula aku bukan anak kandung ayah." Air mata mengalir di pipi putih gadis bernama Ryola.
Suara tangisnya mampu didengar oleh pemuda yang berada di luar kamarnya. Pemuda tersebut berdiri dan merapikan pakaiannya.
"Lusa, calon suami mu akan datang bersama keluarganya. Aku harap saat itu datang kau sudah siap akan kenyataan."
Pemuda tersebut pergi meninggalkan Ryola yang tengah menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya.
Saat Ryola tertunduk ia melihat sebuah kertas berada di dekat kakinya. Ia mengambil kertas tersebut dan membukanya. Kertas itu adalah sebuah surat dengan goresan tangan milik sesorang yang Ryola kenal.
~~~
Seorang laki-laki berjubah panjang membuka kasar pintu besar milik salah satu pangeran Ternate.
"Apa kau tak punya sopan san..."
"Putri Ryola kabur." Potong laki-laki tadi yang masih terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING
Short StoryKasih dan penerimaan yang membuat kita kembali. Belas kasihan dan pengampunan yang membuat beberapa orang berubah.