"Hai, Minghao!" sapaku ke seorang anak laki-laki yang sedang duduk di bawah pohon rindang di tengah taman.
"Hai, (y/n)." balasnya.
Aku menghampirinya, "Kau sedang apa?"
Dia menatapku, "Hanya menikmati udara segar. Kau mau apa kemari?"
"Kau tak suka aku kemari?"
"Ani. Hanya saja, aku takut nanti kau dimarahi kakakmu karena bermain denganku." jawabnya lesu.
"Ah, pasti kau masih memikirkan masalah hari itu kan? Lupakan saja. Lagipula, dia tak akan marah, karena kau sudah meminta maaf." jelasku.
"Benarkah?" matanya berbinar menatapku.
Aku tersenyum, tanganku tergerak untuk mengacak rambutnya, "Manusia mana yang tega memusuhi anak selucu dirimu?"
"Ah, gomawo, (y/n)."
Aku hanya tersenyum. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalaku, "Bagaimana kalau kita membuat perahu kertas?" tawarku.
"Tapi, aku tak memiliki kertas." ujarnya lesu.
"Tunggu sebentar, oke?" aku segera berlari ke toko buku di dekat taman ini.
· SVT ·
"Ahjussi, boleh aku minta kertas? Dua lembar saja."
Ahjussi pemilik toko tersenyum kepadaku. Dia memberikanku sebuah buku, "Ini, ambilah. Kau anak yang baik."
"Tapi, ini terlalu banyak, Ahjussi."
"Tak apa. Ambilah dan ajak main temanmu."
"Ah, gomawo, Ahjussi."
Aku segera keluar dari toko lalu menghampiri Minghao yang masih menungguku di tempat tadi. "Hao-ya!"
Aku duduk di sampingnya lalu memberikan buku itu kepadanya, "Ahjussi pemilik toko buku memberikan ini kepada kita."
Dia mengambil buku itu, "Ini tebal sekali, (y/n)."
"Ayo kita membuat perahu kertas!" ajakku yang dijawab anggukannya.
Kami mulai merobek lembaran buku itu lalu mulai melipatnya menjadi perahu.
"Aku sudah buat dua. Kau buat berapa, Hao?"
"Aku juga dua."
"Mau balapan?" tawarku.
"Siapa takut!" jawabnya yakin.
Kami mulai balapan membuat perahu kertas, sampai tak terasa, hanya tersisa satu lembar kertas dan itu membuat kami menghentikan kegiatan kami.
"Ku rasa, buku itu sudah pernah dirobek sebelumnya." tebakku.
"Iya." ujarnya menyetujui tebakkanku.
"Kali ini, kita bagi dua saja, bagaimana?"
"Arraseo." dia mengambil kertas itu, merobeknya menjadi dua bagian, lalu memberikan salah satunya kepadaku, "Ini."
"Gomawo." aku mulai melipat kertas itu menjadi perahu. "Sudah--" ucapanku terpotong karena melihat Minghao sedang menulis sesuatu di kertasnya. "Kau sedang apa, Hao-ie?" aku berusaha mengintip tulisannya.
Dia menutupi tulisannya, "Kau tidak boleh melihatnya, (y/n)!" bentaknya.
Aku kaget. Tak biasanya Minghao membentak seperti itu. Biarkan sajalah.
Aigoo! Mengapa perahunya berserakan seperti ini? Lebih baik aku merapikannya seraya menunggu Minghao menyelesaikan tulisannya.
Aku mulai menumpuk perahu kertas yang kami buat. Tepat setelah aku selesai menumpuk, Minghao selesai melipat perahu terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ | Imagine With SEVENTEEN
FanficLet's imagine w/ SEVENTEEN! ·-·-·-·-·-·-·-·-·-· SEVENTEEN imagine by pplvphile