-ONESHOOT-

111 11 0
                                    

Note : yang digaris miring itu flash back yaa... FF panjang jadi siapin baterenya :v. Kusaranin sambil puter lagu. Selamat membaca ^^

11 AGUSTUS 2015

Sial!

Hujan. Hujan. Hujan.

Dua hari terakhir ini Seoul selalu diguyur hujan deras dan itu membuatku harus lagi-lagi menunggu. Menunggu hingga langit berhenti menangis. Aku sangatlah sial karena tidak membawa payung disaat cuaca buruk seperti ini. Kesialanku ditambah lagi dengan jarak antara kampus dan apartemenku yang sangat jauh. Hal itu mengharuskanku untuk menaiki bus terlebih dahulu. Hujan sudah mulai mereda. Kulangkahkan kakiku untuk menerobos hujan.

Kupercepat lariku di pertengahan jalan saat kurasa hujan akan deras kembali. Tujuanku ada halte. Halte yang terletak seratus meter didepan kampusku. Setidaknya aku masih beruntung karena ada halte yang dekat dengan kampusku.

Sesampainya di halte aku langsung masuk diantara kerumunan orang-orang yang berdesakan untuk menunggu bus maupun hanya berteduh. Kubersihkan air yang mengenai badanku dengan mengibaskan tanganku ke badanku seolah membersihkan debu. Sambil menunggu bus kuhangatkan diriku dengan menggosokkan kedua tanganku lalu menempelkannya ke wajahku agar aku hangat kembali.

Bus jalur menuju ke rumahku telah tiba. Aku bergegas memasuki bus itu dan mencari tempat duduk di dekat jendela. Kududukkan diriku dan mulai memasangkan headset ketelingaku.

Setelah sekitar 45 menit perjalanan akhirnya tinggal menunggu dua halte lagi untuk aku bisa sampai ke rumah. Hari ini aku benar-benar sial. Sangat sial. Hujan tak berhenti sejak 1 jam yang lalu. Parahnya aku tidak bisa keluar dari halte nanti tanpa payung.

'Dasar bodoh! Bagaimana kau bisa pulang kalau begini' umpatku dalam hati.

busku sudah sampai di pemberhentian dekat rumahku. Kulangkahkan kakiku untuk menuruni bus. Harus ku akui hari ini benar-benar hari tersialku.

"Hujan tak akan berhenti sepertinya" aku bergumam pada diriku sendiri.

"Nona, kau bisa memakai payungku jika kau mau" ucap seorang pemuda sambil menyodorkan payungnya padaku.

"Ah! Tidak terimakasih. Aku akan menunggu saja" tolakku secara halus.

"Tak apa. Lagi pula aku membawa dua payung." Ucapnya menawarkan lagi.

"Benarkah? Berikan aku nomor ponselmu, supaya aku bisa mengembalikan payung ini." Ucapku kembali.

Bukannya bermaksud untuk modus atau ingin mencari kesempatan. Tapi setidaknya aku harus mengembalikan payung ini bukan?

"Ah! Kalau begitu mana ponselmu?" Ucapnya sambil membiarkan tangannya menengadah ke arahku. Setelahnya, langsung kuberikan ponselku padanya. Ia terlihat mengetikkan beberapa digit nomor lalu terdengar suara ringtone yang kuyakini dari ponsel miliknya.

"Gomawo. Aku akan mengembalikannya. Sampai jumpa." Ucapku sambil membuka payung itu dan mulai berjalan pulang kerumah.

Hari ini adalah hari dimana kita bertemu. Mengingatnya membuat oksigen di sekitarku hilang. Dadaku terasa sesak dan liquid bening dimataku terus mendesak untuk keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain [Seventeen Mingyu Oneshoot Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang