4' Jawaban

114 7 0
                                    

"Jadi bagaimana?"

Ketika bertanya itu Sandy tahu apa yang dibenak Drian saat ini sama seperti dirinya kebingungan.

Ya Tuhan, rasanya campur aduk. Seperti permen Nano yang pernah dimakan Sandy waktu kecil dulu. Manis, asam, pedas membuat Sandy mual ingin memuntahkannya dari bulu mata Sandy lihat Drian menelan ludah keluh.

"Aku..."

Hm?

"Iya?" Dan Sandy mendengar suara umpatan. Wadepak?! Sandy melotot.

"Oke aku minta maaf aku mengumpat." permintaan maaf Drian ditolak. Sandy masih menatap Drian tajam.

"Aku nanya kamu baik-baik. Kamu malah mengumpat? Oh goodboy kamu Abang Ian."

"Baby Tata, maaf aku hanya. Ya, scary."

Scary? Oh ya Tuhan. Tiba-tiba Sandy merasa dirinya berada di tempat ibadah bukan di Rumah Sakit. Karena seringnya menyebut beberapa puluh menit ini.

"Ini anak kamu dan kamu takut?" Sandy berteriak histeris. Beruntung mereka berada di ruang rawat inap kelas VIP memudahkan Sandy berteriak seenaknya.

"Listen Tata sayang, aku gak takut dengan." Drian menelan ludah. Sandy melihatnya makin tambah gondok. Menyebut anak kamu aja susah banget sih kamu Drian? Gak mau? Ngapain sering bikin!

"Anak kita hanya saja aku gak siap dengan kenyataan." lanjut Drian lagi. Kali ini dengan wajah frustasi tidak di tutupi.

Apa Drian lupa bukan hanya dia saja yang frustasi?

Sandy juga. Dia bingung mau marah sama siapa Drian? Percuma. Karena dia juga turut adil acara membuat anak. Lagi pula mereka sudah dewasa tahu akibat perbuatan mereka dan cara memperbaikinya. Tapi tentu saja Drian yang lebih tuir yang patut di salahkan!

Sandy menatap Drian sekali lagi kesal tanpa dia tutupi.

"Kamu pikir aku siap?" Sinisnya.

"Aku enggak nyalahin kamu karena dia datang hasil kerja sama kita berdua. Cuma demi Tuhan Drian kamu bisa mencarikan kita solusi di bandingkan diam dengan wajah kebingungan. Kamu bukan seperti kamu sekarang!"

"..."

"Jawab aku jangan cuma diem."

Apa susahnya sih bilang aku akan bertanggung jawab? Cuma kata itu dan kita bisa mencari solusi bersama. Atau kamu mau jadi brengsek Drian?"

"Sandy Arna Agatha!" Drian menggeram.

Wajah Drian terlihat mengeras tapi jangan pikir Sandy takut cewek yang sedang mengandung itu justru menantang Drian balik. Drian pikir siapa Sandy? Sandy bukan cewek lemah yang pantang di kasari secara verbal maupun nonverbal. Dari dulu prinsip Sandy itu lu jual gua beli, lu senggol gua bacok. Apa Drian pikun huh?

Sandy menatap Drian rahangnya ikut mengeras seiring reaksi Drian yang juga sama sepertinya. Harusnya mereka berbicara dengan dingin bukan panas kayak sumbu kompor gini.

"Apa aku salah Drian?"

:
:

Drian. Tanpa Mas atau abang seperti biasanya.

Drian mencoba menarik napas untuk menetralisir degub jantungnya yang berdetak cepat menuruti emosi. Sial dia terpancing emosi dan Drian lihat Sandy pun juga. Di situasi seperti ini seharusnya dia lebih bisa mengontrol diri, tapi apa salahnya dia jujur dengan keadaan dirinya belum siap akan kehamilan Sandy ini. Ini terlalu cepat. Pikirannya kacau.

My Silly Wedding Plans (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang