Maling Ubi

5 3 0
                                    

"Eh! Buruan ngumpet! Ada yang mau lewat!" teriak Meli kepada Agus dan Reza yang tengah menggali untuk kesekian kalinya. Sementara itu Dea masih berusaha membuat api menyala.

"Woi, udah aman. Mana? Udah dapat, belum?" teriak Meli lagi sukses membuat Agus keki. Agus kemudian melemparkan tiga biji ubi ke jalan, tepat dimana Meli berdiri. "Segini doang? Dikit amat."

"Berisik lo, Mel! Dikira gampang apa?! Malah banyak nyamuk nih" keluh Agus.

"Mel! Lempar sini, biar Dea yang bakar." Meli melempar ubi itu yang ditangkap dengan lihai oleh Dea.

Brumm Brumm

Mendengar suara motor, Meli refleks ngacir ikut bersembunyi bersama Agus, "Ssst jangan berisik!" desis Meli.

"I-iya Mel, tapi lo nginjek kaki gue!" Agus meringis kesakitan, sementara Meli hanya memasang tanda V pada jarinya.

"Loh? Reza mana, Gus?"

"Tuh, lagi molor," Agus menunjuk ke bawah pohon pisang tak jauh darinya.

Dengan senyum mengembang, Meli berjinjit mendekati Reza yang tidur bersandar.

"Dooor!!"

"Mana ubinya? Udah matang?!" Reza terkaget, berdiri linglung.

*Plak

"Makan tuh ubi bakkarrr!"

Puas mengerjai Reza, Meli kembali bertugas di tempatnya.

"Mel, mana lagi nih? Tiga doang mah kurang kali," keluh Dea sambil membalikkan ubi.

"Sabar Deaaa, mereka juga masih nyari!"

Tanpa mereka sadari, bu Inah sang pemilik kebun sudah berada di belakang Meli. Menjewernya.

"Nah, ini dia bocah yang suka nyolong ubi."

Meli memegangi telinganya meringis kesakitan, "Aampuuun bu ...."

Sementara Reza dan Agus sudah ngacir meninggalkan Meli dan Dea.

"Oiy! Kalian! Balik sini! Jangan tinggalin gue! Gak setia kawan banget sih," teriak Meli.

"Udah, berisik! Ini masih pagi. Sebagai hukuman kamu harus nyabut semua ubi, buat ibu jual!" Meli mendengus frustrasi, sepertinya ini akan menjadi hari paling melelahkan baginya.

Maling Ubi (Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang