Gessa tersenyum geli saat mengingat kejadian tadi siang bersama Adit. Cowok itu yng biasanya dingin berubah 180 derajat karena kesalahan yang ia buat tiga hari lalu. Ahh, memikirkan hal itu membuat pipi Gessa memerah.
Bahkan ia masih mengingat bagaimana ....
Gessa menggeleng cepat. Ia berusaha melupakan hal itu. Setidaknya jangan lagi mengungkit hal itu.
"Tapi kejadian tiga hari yang lalu itu murni kesalahan Adit," gumam Gessa sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang queen size. "Kalau kejadian tiga atau empat tahun yang lalu itu..." Gessa menghentikan kalimatnya.
Cewek itu menghembuskan nafasnya berat. "Bukan salah Adit."
Hal yang membuat Gessa menghindari Adit adalah ketika dia lulus dari SD. Cewek itu belum pernah sekelas dengan Adit dan tahun terakhir di sekolah dasarnya, ia sekelas dengan cowok itu.
Gessa kira Adit bukanlah sosok yang harus ia takutkan dalam hal peringkat. Karena ia yakin ia lebih baik dari cowok itu. Selama ini ia belum pernah turun dari peringkat pertamanya.
Ya, begitulah pemikiran awalnya.
Namun siapa sangka saat menerima hasil akhir, Aditlah yang dinyatakan peringkat pertama di kelas dan di sekolah. Sedangkan Gessa berada di bawahnya dengan nilai yang berselisih cukup jauh.
Ia tidak pernah mengira bahwa Adit yang terkenal nakal bisa mendapatkan posisi teratas di sekolah. Selama ini ia tidak terlalu peduli pada tetangganya itu.
"Hei, selamat, ya juara umum di sekolah."
Gessa menelan ludahnya. Seharusnya dia yang berdiri di depan sana, bukan Adit. Seharusnya dia yang diucapkan selamat oleh orang-orang, bukan tetangganya. Orangtuanya sama sekali tidak kecewa. Mereka sangat bangga melihat Gessa berada di uruta kedua.
TIDAK UNTUK GESSA!
Gadis kecil itu sama sekali tidak terima. Ia berjalan mendekati Adit yang sedang dikerumuni oleh teman-temannya.
"Ges, selamat, ya." Itu ucapan Adit saat melihat Gessa berdiri di hadapannya.
Kalimat itu terucap dengan tulus dari bibir Adit. Namun bagi telinga Gessa ucapan itu hanya sindiran yang menegaskan bahwa Gessa lebih bodoh dari Adit.
"Nggak usah sombong karena berada di peringkat satu," sentak Gessa dengan wajah marahnya.
"Aku tulus kok ngomong gitu," sahut Adit sambil memandang Gessa lekat.
"Aku tahu sekarang kamu lagi tertawa puas kan dalam hati? Dan pasti kamu sedang mengejekku yang kalah saing denganmu," ketus Gessa.
"Nggak, beneran."
"Pokoknya mulai saat ini jangan main lagi sama aku. Jangan ke rumahku, jangan minta tolong sama aku dan jangan lagi dekat-dekat denganku," ucap Gessa lantang.
Gessa mengatakannya seolah ialah yang paling dibutuhkan Adit. Ia merasa Adit tergantung padanya. Sampai akhirnya ia memilih sekolah yang berbeda dengan Adit saat SMP.
Ya, awalnya memang Adit mendekatinya untuk meminta maaf. Namun lama kelamaan Adit juga lelah untuk mendekati Gessa yang telah berubah itu. Adit perlahan menarik diri. Yang awalnya berperilaku nakal namun pembawa ceria menjadi sosok yang dingin dan cuek. Itulah Adit saat SMP sampai sekarang.
Lalu saat mereka memasuki bangku SMA, keadaan canggung selalu melingkupi mereka berdua. Adit berusaha kembali mendekatinya. Ia tidak lagi meminta maaf atau membahas masa lalu. Tiga tahun sepertinya cukup bagi mereka untuk melupakannya. Meski ia ragu pada cewek itu.
Adit berusaha menjahili Gessa. Cewek itu awalnya tidak meghiraukan apapun kegiatan Adit sampai akhirnya ia terpancing juga saat Adit memanggilnya Gessa Jones. Sejak saat itu mereka mulai dekat kembali. Meski terkadang ada dinding tak kasat mata bagi Gessa.
Gessa sekarang sadar, sebenarnya bukan Adit yang salah. Itu kesalahannya karena terlalu percaya diri sampai meremehkan belajar. Ia bahkan sama sekali tidak membuka buku saat Ujian Akhir Sekolah berlangsung.
Memang, nilainya tidak ada yang buruk. Sangat baik malah. Tapi di atas langit masih ada langit, kan? Adit selalu mendapatkan nilai sempurna dibanding Gessa.
"Huh, aku menyesal pernah menjauhinya." Gessa semakin meyelami masa lalu mereka saat kecil.
Ia bahkan sangat menyesali perkataannya yang pernah menyuruh Adit menjauhinya dan berlagak ialah yang paling berguna untuk Adit.
Kali ini, meskipun Adit memang yang salah, Gessa ingin memperbaikinya. Ia tidak ingin kejadian yang dulu kembali terjadi. Bisa jadi ini seperti yang Adit katakan.
Kemarin itu banyak setan apalagi.. bibirmu menggoda iman.
Bisa saja memang bibirnya yang salah.
Eh?
"Nggak-nggak. Adit yang paling salah di sini. Siapa suruh imannya nggak kuat?"
Ia berdecak kesal dengan dirinya sendiri yang malah membela Adit.
**
Adit masuk ke rumah dengan senyum dua jari miliknya. Cowok itu bahkan mengabaikan keberadaan mamanya yang mentapnya bingung di ruang tamu.
"Kamu kenapa, Dit kok senyum-senyum begitu?" tanya mamanya.
Adit masih saja terus berjaln menuju kamarnya sebelum mamanya menarik lenganya kuat. "Ditanya kok malah nggak dengerin," kata mamanya jengkel.
"Mama ngomong sama Adit?" tanya cowok itu sambil menunjuk dirinya sendiri.
Mamanya hanya menggeleng kecil. "Makanya kalau ada orang ngomong didengerin, nggak langsung nyelonong aja," nasehat mamanya sambil membawa Adit ke sofa ruang tamu.
"Iya, Ma. Tadi Adit kebawa seneng aja sampai nggak tau kalau ada mama," ucap Adit menyesal.
"Iya, jangan diulangi ya." Adit mengangguk. "Memang kamu seneng karena apa?"
Adit menunduk malu. Baru kali ini mamanya menanyai hal yang membuatnya bingung. Sebenarnya ia bisa saja berkata hal selain masalah .. tetangganya itu. Namun, kali ia ingin bercerita pada mamanya mengenai banyak hal yang ia alami.
"Kok malah nunduk sambil senyum-senyum begitu?"
"Ma, Adit pengen cerita tapi jangan tertawa ya," pinta Adit.
"Sepertinya sebelum kamu cerita, mama udah tau deh. Masalah hati, kan?" tebak mamanya sambil tersenyum jahil. "Mama rasa kamu udah beneran besar sekarang. nggak nyangka, Adit yang dulu masih sering nangis kalau jatuh, sekarang udah bisa main perasaan sama cewek."
"Mama apaan, sih? Adit malu, tau."
"Mama nggak melarang kamu buat dekat sama cewek. Tapi inget Dit, jangan melebihi batas. Anak zaman sekarang itu udah beda sama zamannya mama dulu. Mama nggak pengen kamu kena masalah. Kamu paham kan maksud mama?" tanya Mama Adit dengan senyum hangatnya.
Adit mengangguk mengerti. "Iya Ma, Adit ngerti. Tapi sebenarnya cerita Adit bukan tentang itu."
"Lah, terus?"
"Mama tau Gessa kan?" tanya Adit.
Mamanya mengernyit bingung. "Pasti taulah, Dit. Orang tetangga sebelah yang udah dekat dari dulu. Kenapa dia? Sakit?" tanya balik mamanya khawatir.
"Nggak kok Ma. Dia kalau marah lucu, lo. Kaya singa betina, bikin Adit gemes."
Setelah itu Adit berlari meninggalkan Mamanya. Wanita paruh baya itu dibuat bingung dengan tingkah Adit.
"Adit!!" teria Mamanya kesal. "Bikin orang bingung aja. tapi kalau dipikir-pikir Gessa memang lucu. Dan cocok buat Adit."
Mama Adit tertawa kecil. "Lagian kan rumahnya di sebelah, jadi resepsi sekali udah cukup," gumam Mama Adit dengan wajah berseri kesenangan.
**
Udah lama update, pendek lagi. maafkan saya para readers tersayang. Nex chap aku usahain cepat kok. VOMMENT selalu ditunggu,
SALAM KODOK
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Roman pour AdolescentsHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...