Siang harinya setelah pulang sekolah, Arta berjalan bagai di kejar kejar setan. Kemarin malam, akhirnya Mama dan Papanya mengizinkan Arta untuk pergi. Di luar sana sudah ada Dio membawa mobil Avansa milik Papa nya. Hari ini tugas Dio khusus untuk mengantar Arta pindah ke rumah Etnan. Dio sangat sulit untuk melepaskan kakaknya itu.
Arta masuk kedalam mobil itu. Ia menatap mata Dio yang sedang memegang kemudi. Nampak wajah Dio memerah, Matanya terasa panas. Ia tak berkata apapun saat Arta masuk ke dalam mobil. Dio kembali memandang ke depan. Ia segera melajukan mobilnya. Tak ada kata-kata apapun yang mereka lontarkan saat berada dalam mobil. Rasanya Dada Dio terasa sesak harus merelakan kakak tercintanya tinggal di rumah orang lain. Sedari tadi ia hanya memendam kesedihannya itu.
Mobil berwarna silver itu akhirnya berhenti di depan pagar hitam rumah megah itu. Dio seketika menatap wajah kakaknya yang masih berbaju seragam itu. Dadanya makin terasa sesak, Matanya makin panas. Air mata pun mengalir lewat kelopak matanya.
" Yoo..." Ucap Arta lirih sambil memegang pipi Dio, jempolnya mulai menyeka air mata Dio
" Cowok gak boleh nangis ! " Ucap Arta yang mencoba membendung air matanya
Dio langsung memeluk tubuh kakaknya itu. Air mata Arta seketika jatuh tak tertahankan. Tangis mereka pecah seketika. Arta mengusap punggung adiknya itu. Ia tak menyangka Dio yang setegar batu karang nampaknya juga bisa menangis separah ini saat akan berpisah lama dengan kakaknya. Arta melonggarkan pelukannya. Dia memegang kedua bahu Dio.
" aku bakalan baik baik aja yo, Kamu do'ain kakak ya ! jaga diri kamu baik-baik, Jangan dulu pacaran, nanti Papa marah," Arta terkekeh pelan seolah mereka akan berpisah ruang dan waktu
Dio melonggarkan pelukannya, ia memandang Arta lekat. Sesuatu kini di angkatnya di hadapan Arta. Sebuah buku Diary berwarna hitam.
" Buat Lo ! Apapun yang terjadi tulislah !" ucap Dio
Arta tersenyum simpul menahan air matanya yang sedikit lagi jatuh.
Sebuah motor melaju sangat kencang dan berhenti di samping mobil itu. Gadis yang mengendarainya menggedor-gedor kaca. Arta langsung membuka pintu mobilnya. Ternyata Nola !
Nola langsung memeluk tubuh Arta. Ia menjerit histeris. Rasanya Arta seperti akan pergi jauh saja. Padahal rumah cowok egois itu kan masih satu komplek dengannya. Tapi mungkin.... yang Nola, Papa, Mama dan Dio sedihkan adalah karena mereka akan jadi jarang bertemu dengan Arta. Jadi jarang melihat kekonyolan Arta, tertawaan Arta, dan semuanya yang berkenaan dengan Arta. SE-MU-A ! . Mereka pasti akan merindukan Arta. Setelah berbincang sedikit dengan Nola, akhirnya dengan berat hati Dio dan Nola pulang dan meninggalkan Arta sendirian dengan barang-barang pribadinya.
Matanya menatap pagar itu lagi. Pagar tinggi berwarna hitam. Warna kesukaannya. Ia kembali mengetuk pagar itu. Dari dalam, Pak Jajang langsung bangkit dan membuka gerbang itu. Tak perlu usaha ekstra untuk membangunkan Pak Jajang, tidak seperti kemarin-kemarin.
" Eh, eneng ! kesini lagi... Silahkan masuk," Pak Jajang bagai sudah terbiasa dengan kehadiran Arta di sana
Arta pun masuk membawa koper, gitar dan tas nya. Hal itu sontak membuat Pak Jajang bingung. Dalam lubuk hatinya ia bertanya-tanya.
" Bawa apa neng ? banyak amat, mau pindahan kemana ?," Tanya Pak Jajang
" Kesini pak ! mulai hari ini saya tinggal disini,"
" Hah ?, kok bisa ?,"
" Ya bisa lah pak !, mulai hari ini saya jadi pembantu disini"
"Hah ? Neng serius ?,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Romance- Dari seseorang yang mencintaimu - Sesuatu yang tak terduga selalu hadir disekeliling kita. Menyisakan titik air mata yang selalu membekas. Namun sedikitnya kebahagiaan juga kadang ikut hadir. Jika membencimu adalah awal, maka mencintaimu adalah un...