Tujuh

11 7 1
                                        

Pagi ini Arta sudah hadir di kamar Dio. Pagi-pagi begini Arta sudah siap menyuapi Dio sarapan. Andai saja mereka akur setiap hari seperti ini, pasti Dunia rasannya damai.

" Yo, Si Audrey.... Emmm... kamu masih sama Audrey kan ?," Ucap Arta sambil menyuapi bubur ke mulit Dio

" Ya gitu deh, waktu itu juga aku langsung jelasin ke dia kalo lo itu Kakak gue. Dia itu agak lebay !,"

Arta terkekeh, " Bukan Cuma agak ! tapi Sangat !,"

" Ah elu, jelek-jelekin pacar gue aja !,"

" Tapi bener kan ?,"

" Iya sih... Buat ngebuktiin sampai-sampai dia minta gue nunjukkin Kartu keluarga, Gila gak sih ?,"

Arta kembali terkekeh. " Terus kenapa kamu mau sama dia?,"

" Gue udah pacaran sama dia tiga tahun Ta !, gue udah sayang banget sama dia, saking sayangnya sampai-sampai gue lupa kalau dia itu Le-bay. Cinta itu Buta dan tuli, tak melihat tak mendengar, cinta itu ruang dan waktu, tidak bisa di pungkiri..."

Hap ! jari telunjuk Arta mendarat tepat di bibir Dio hingga ia bungkam tak mampu bicara. Why ? karena apa yang dikatakan Dio sama dengan sebuah lirik lagu yang jadi soundtrack salah satu sinetron di Indonesia. Dio memang LE-BAY.

" Apaan sih lo !," Dio menyingkirkan tangan Arta dari bibirnya.

Arta tak kuat menahan tawa

" Yo, kenapa sih kamu ngejalanin hubungannya backstreet ?,"

" Ah elu kaya yang gatau Papa sikapnya kaya gimana,"

" Iya sih bener," Kedua kakak beradik itu tertawa bersama

***

Arta mengambil kunci mobil milik Etnan. Tas punggung telah menggantung di kedua bahunya. Rambut sebahunya di biarkan terurai. Di kepalanya tertempel sebuah topi Adidas warna abu-abu. Kumplit sudah, Hitam dan Abu di kenakannya saat itu. Dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya Hitam dan Abu-abu. Mobil itu kemudian melesat keluar dari pekarangan rumah Arta. Ia masuk ke jalan Pintas itu.

Mobil itu serentak terhenti di depan rumah pria Keras kepala itu, Pria egois itu, dan pria menyebalkan itu. Arta merasa berdosa telah ingkar janji. Tapi mau bagaimana lagi, Ia sangat merindukan keluarganya. Mobil itu kemudian di Gas full olehnya. Ia tak mau Etnan melihatnya ada di sana. Sepanjang perjalanan Arta merasa sangat amat berdosa.

***

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Masih ada waktu lima menit untuk masuk ke kelasnya yang ada di lantai tiga. Ia memarkir mobil itu di parkiran. Ia mencabut kuncinya dan turun dari mobil itu. Baru saja menapakan kaki kanannya ketanah, seseorang telah mencengkram tangannya. Iya, Ia ingat cengkraman itu, bagai cengkraman hewan buas yang menyeramkan. Ia menoleh ke asal cengkraman itu. Perkiraannya tepat sekali. Itu Etnan yang sedang memandangnya dengan tatapan mata yang tajam. Arta terkejut, sangat amat terkejut.

" Etnan ?," Ucapnya terkejut

" Mau kemana lo ?,"

" Lepasin Nan ! bentar lagi bel masuk kelas bunyi,"

" Lu gak usah masuk kelas !,"

" Kenapa ? Perjanjiannya kan..."

" Iya ! tapi lu gak nepatin janji juga. Sekarang kita berlaku adil. Lo gak nepatin janji dan gue pun bakalan gitu juga. Lu harus bolos sekolah hari ini," Etnan menyerempet perkataan Arta

" Tapi..."

" Gak ada tapi-tapian,"

Arrrggghhh !!! Sebal !... Etnan menarik tangan Arta. Ia merebut kunci mobil yang ada di tangan Arta dan mengambil alih kemudi. Arta nampak pasrah. Baru kali ini ia bolos sekolah. Ia tak tahu bagaimana sedihnya orang Tuanya ketika mengetahui hal ini. Etnan melajukan mobilnya.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang