Hari ini sangat panas sekali. Ditambah sekarang kelasku terjadwal olahraga dibawah terik matahari, ahhh... untung saja materi kali ini tentang bola basket kesukaanku. Aku mendrible basket dan memasukan ke dalam ring.
"Hup!" aku melompat tinggi memasukkan bola basket.
"Yes!" ucapku girang saat bola masuk ke dalam ring.
'Prok prok prok prok' terdengar suara tepukan tangan dari arah belakangku dengan bersorak meledek.
"Guys, lihat deh anak dari nyonya Kenzie dan tuan Javier, udah jago loh maen basketnya!" ledek Selly beserta gengnya menertawakanku.
Aku menggertakkan gigi, meremas baju olahragaku yang sudah basah oleh keringat dan emosi. Mereka memang tidak pernah lelah menghina dan merendahkanku seperti ini.
"Eh, kemaren gue lihat nyokap dia abis jalan sama orang lain tapi bukan sama bokapnya, Jangan-jangan..." ucapannya mengiris, menusuk relungku.
Kepalaku panas. Tanpa pikir panjang, aku mengambil bola di dekat kakiku dan melempar bola tersebut arahnya. Tapi sial, bola itu tidak mengenainya.
"Serem!" seloroh Selly menangkap bola itu dengan mudah.
"Eh uler, jaga mulut lo ya!" bentakku tepat di depan wajahnya sambil menunjuk. Dia benar-benar memancing amarahku.
"Percuma lu cantik kalo mulut lu gak dijaga! pagerin gih pake gerbang sekolah!" sambungku sinis. "Oh ya satu lagi, kalo mau sekolah tuh sikat gigi dulu mbak, biar gak bau busuk!" aku menekankan setiap kata dengan nada jijik.
"Apa lo bilang?!" Selly semakin mendekat, wajahnya merah padam. Kurasa dia sudah mulai emosi.
"MULUT LO BAU BU-SUK!!!!" ucapku dengan penuh penekanan.
Tanpa aba-aba, tangan Selly menarik rambutku dengan kasar. Refleks, aku balas menarik rambutnya, mengerang di antara rasa sakit dan kemarahan yang memuncak. Akhirnya terjadilah tragedi jambak-menjambak di tengah lapangan dan menjadi bahan tontonan murid lainnya, mereka saling menyoraki sambil menyebut nama kami berdua dengan bergantian.
Dan tiba-tiba, suara peluit nyaring memecah keributan.
PRITT!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME SWEET HOME
Genç KurguDalam dunia yang penuh luka dan ketidakpastian, Sharin berjuang untuk menemukan cinta di tengah kehampaan keluarganya. Dibesarkan di keluarga yang lebih memuja karier daripada kasih sayang, Sharin tumbuh dalam bayang-bayang kekacauan. Suara teriakan...