thank's for miracle

43 3 0
                                    

Aku menata tatanan rambut lurus-pirangku, berharap tatananku akan membuatnya terpana.
Lagi, aku mengambil kaca dari dalam tas punggungku, dan menambahkan lip-balm yang mulai menipis.

'Sudah sekitar tujuh belas menit, tapi ia tak kunjung datang. Apa aku pulang saja?' awalnya aku berfikir seperti itu, tapi niatku untuk kembali, hilang setelah melihat wajah tampan, yang sekitar sudah bertahun-tahun tidak kulihat itu.

"Mianhae!, jongmal mianh" namja ini langsung membungkukkan badannya padaku ketika kami berhadapan.

"Ya! Aku tidak suka suasana formal seperti ini, lagipula kita sudah sering bertukar pandang lewat vid call. Gwenchana, aku bukanlah tipe orang yang marah hanya karena seorang namja pabo sepertimu datang terlambat!" tuturku sembari meninju bahunya.

'Akh, sudah lima tahun tidak seperti ini, bahunya masih sama. Terlalu kekar untuk kupukul'

"Ah, ne. Hanya saja aku sedikit gugup kalau berpandangan dengan monster batu sepertimu" Doo tersenyum manis, bahkan sangat manis.

"Jinjja! Oo, kalau begitu imbalannya ice cream mint saja sudah sangat lama aku tidak menikmatinya.

"Kenapa?, kau sudah kuliah bukan?, uang sakumu pasti banyak, kau bisa pergi kap-"

"Rasanya ice creamnya jadi pahit jika tanpamu.."
"Heh.." aku menyeringai semanis mungkin.

Ia hanya tersenyum salah tingkah dan melanjutkan jalannya. Disaat itu pula aku sangat memohon pada tuhan untuk menjaganya dari wanita lain, selain diriku.

Semenjak aku mulai menginjak kelas 3 sekolah dasar, dan sampai aku berpisah dengannya di bandara incheon saat hari upacara kelulusan SMP aku mulai memiliki Doo, dan sampai sekarang ia masih menjadi milikku-hanya sahabat. Ia namja yang sangat pabo dan aku suka itu. Rasanya aku tidak ingin melepasnya begitu saja.

"Aku ingin rasa mint!" jari telunjukku mengarah kepada poster ice cream mint didekat pintu masuk restoran.

"Padahal sudah lama sekali tidak berjumpa, tetapi masih rasa mint"

"Kau juga begitu kan?, pasti masih dengan rasa strawberry!. Aish!, sudah kuduga kau memang selalu dengan rasa itu!"

"Tidak. Kali ini aku akan memesan cappucino, seleraku sudah berubah, aku ini bukan anak kecil lagi Gyoul.." senyumnya lagi.

"Mwo?!, ah siapa yang mengubah seleramu itu?, aneh sekali!"
Sakit, pasti. Ice cream rasa strawberry dan mint itu selalu menjadi simbol kebersamaan kami berdua, menurutku rasa itu sangat serasi seperti kami, keduanya sama sama segar dan enak. Aku tidak menyukai rasa cappucino, sangat pahit dan tidak segar.

Setelah memesan pesanan, Doo membuka mulut, untuk mulai berbicara.

"Tunanganku."

'Tidak, tolong jangan lanjutkan rasanya sakit sekali!!'
memang itu yang kukatakan didalam hatiku, tapi dengan bodohnya aku memancingnya untuk melanjutkan perkataannya."aah, Doo sudah dewasa!, bagaimana rupa tunanganmu itu?"
Rasanya tangisanku sudah diujung tanduk. Tapi aku tau jika aku menangis semuanya akan berubah, semuanya tidak seperti biasa lagi.

Thank's For Miracle(bad ending)- short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang