"Astagfirullah Pink!" Rysa kesal dengan Pink karena menyepelekan hal yang menurutnya besar ini.
"Pink! Lo pernah pacaran nggak sih?" Talitha angkat bicara.
"Nggak" hanya itu jawaban Pink.
"Pantes" cibir Talitha.
"Lo bener-bener cewe polos" Rysa menghela nafasnya.
Pink hanya mengangkat kedua bahunya.
"Emangnya lo sering yah digangguin atau dideketin sama most wanted di sekolah-sekolah lo yang dulu?" Rain kepo.
Pink hanya mengangguk enteng.
"Yah lo emang cantik. Wajar" ucap Rysa.
"Terus reaksi lo gimana sama mereka?" Rain menjelajah masa lalu Pink.
"Biasa aja" lagi-lagi jawab Pink enteng.
Teman-temannya menghela nafas, "lo emang polos" ucap temannya kemudian dengan kompak.
"Terus lo nggak tertarik sama most wanted yang disini?" Rain tidak bisa mehanan banyak pertanyaan tentang Pink.
"Ya nggak lah" jawab Pink cepat.
"Kenapa?" Rain lagi yang bertanya.
"Yah, lo tau kan mereka itu perokok? Gue itu paling anti sama perokok. Gue nggak akan betah lama-lama nyium bau asapnya. Dan lo tau kan dari penampilan mereka aja model-model cowok nakal. Ya kali gue tertarik sama cowok kaya gitu. Bukan tipe gue banget. Nakal!" jelas Pink dengan wajah sinisnya.
"Pink..." seketika muka Talitha yang selalu datar menampilkan ekspresi beku seperti membatu dan pucat.
"Pink... dibelakang lo" Rain pun berkata dan langsung menampilkan ekspresi yang sama dengan Talitha.
Pink dan Rysa yang duduk di depan Talitha dan Rain langsung menoleh kebelakang. Tempat duduk Pink dan Rysa sebenarnya di belakang, yaitu di tempat yang saat ini Talitha dan Rain tempati. Tapi karena tadi Pink sudah setengah berjalan untuk pulang dan menghindari Davin, akhirnya Pink memilih untuk duduk di tempat Talitha dan Rysa memilih untuk duduk di tempat Rain. Sementara Talitha dan Rain yang ketika menahan Pink untuk pulang baru saja menaruh buku di loker yang berada di belakang kelas dekat dengan tempat duduk Pink dan Rysa akhirnya Talitha memilih untuk duduk di tempat Pink dan Rain memilih untuk duduk di tempat Rysa.
Mata Rysa melebar dan membeku. Sedangkan Pink heran dengan semuanya.
"Ada apa?" tanya Pink polos setelah Pink hanya melihat cowok bernama Ranz.
"Kenapa?! Sekarang lo mau ngomong apa lagi?! Ulangin apa yang barusan lo omongin tadi!" ucap Ranz dengan nada membentak yang mampu membuat teman Pink seperti patung.
Pink tidak mengerti. Pink sudah berkali-kali melihat semua mata temannya bingung dan berharap untuk mendapat penjelasan. Namun tidak ada satupun yang berkutik.
Prak. Ranz memukul meja di depan Pink dengan keras, "lo nggak berani ngomong?! Dasar lo cewe gosip! Cuma berani ngomong dibelakang!" ucap Ranz kemudian.
Seketika otak Pink mendapat tendangan keras untuk berpikir. Pink baru mengerti. Ranz, cowok yang termasuk kedalam most wanted yang dimaksud mereka! Pink melihatnya. Dia ada disitu. Sangat jelas. Namun Pink baru sadar. Dan tadi apa yang dia lakukan? Dia menjelek-jelekan para most wanted itu.
"Jawab!" Ranz kembali memukul meja di depan Pink.
Deg. Jantung Pink berdebar dengan cepat. Pink merasa bersalah. Sangat bersalah. Ia ingin meminta maaf. Namun...
"Emang ya cewek brengsek kaya lo beraninya ngomong di belakang. Tapi giliran tadi di kantin uh sopannya minta ampun. Punya muka berapa lo?! Tebel banget!" cibir Ranz.
Perkataan Ranz membuat tamparan hebat di hati Pink. Yang menyebabkan Pink mengurungkan niatnya untuk meminta maaf. Dia tidak terima harga dirinya sebagai murid baru jatuh karena cowok brengsek ini.
Plak. Pink menampar Ranz, "gue nggak suka cowok perokok! Cowok yang suka mengumbar asap berbahaya! Kalau mau mati, yah ngerokok aja lo sana di tempat sepi, jangan ajak yang lain buat mati juga dengan lo ngerokok di tempat umum! Dasar cowok perokok berandal! Dan gue nggak suka sama cowok yang serasa milikin sekolah ini dan merasa dirinya paling hebat dengan dikejar para cewek alay!" ucap Pink asal. Yang Pink sendiri tidak mengerti dengan ucapannya, ucapannya itu keluar begitu saja dengan lancar dari mulut Pink.
"Lo nggak suka cowok perokok? Dan lo secara tidak langsung bilang cowok perokok itu nakal?! Seandainya bokap lo yang ngerokok lo mau bilang kalo bokap lo cowok nakal hah?!" ucap Ranz membalas omongan Pink.
Bego. Dia bener bokap gue ngerokok. Tapi... dia nggak ngerokok di tempat umum! Apalagi sekolah! Bikin yang lain nyontoh perilaku jelek kaya dia!
"Cih! Dasar cewek brengsek! Kalau ngomong suka nggak dipikir! Punya otak nggak lo?!" lanjut Ranz mencibir.
Mata Pink memerah. Dia sudah tidak tahan dengan cowok brengsek di depannya. Amarahnya semakin membabi buta. "Heh! Lo!" tunjuk Pink. "Cowok apa banci! Tuh mulut lemes amat!" lanjut Pink balas mencibir.
Ranz tak tahan dengan cewek di depannya ini. Ranz mengulurkan tangannya dan berniat menampar Pink.
Pink yang sudah melihat tangan Ranz terulur hanya bisa memejamkan mata.
Deg. Seorang cowok datang tiba-tiba entah darimana asalnya, menahan tangan Ranz yang ingin menampar Pink. "Lo! Semakin lo kasar sama cewek kaya gini. Lo akan semakin dianggap banci sama cewek" cibir cowok itu.
***
Hai, kembali lagi sama author. Setelah 6 chapter yang masih flat flat aja dan 'mungkin' membosankan. Kali ini udah mulai deh konfliknya, semoga suka ya. Btw konfliknya kurang greget? Emang. Tapi tenang ini masih konflik 1, oke ;).
Jangan lupa vote and comment ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
P.I.N.K
Teen Fiction"Saat pertama kali Gue lihat Lo, entah kenapa ada suatu perasaan asing disana yang mengisi sebuah kekosongan. Hingga Lo menjadi orang pertama yang bisa membuat Gue untuk ngasih segalanya. Terutama kebahagiaan Gue" -Davin "Lo adalah satu-satunya oran...