Petualang Asmara (Bagian 1)
Serial Pedang Kayu Harum (2)
oleh Asmaraman S Kho Ping Ho
Anak laki-laki itu tidak akan lebih dari sepuluh tahun usianya.
Tubuhnya tinggi dan tegap bagi anak setua itu. Baju dan celananya terbuat dari
sutera, bentuknya sederhana. Bajunya kuning polos dengan pinggiran merah tua,
membuat warna kuning baju itu tampak menyala bersih. Pada pinggangnya membelit
tali sutera dan celananya berwarna biru muda. Sepatunya yang coklat itu masih
baru namun penuh debu. Wajah anak itu terang dan tampan, berbentuk bulat dengan
sepasang telinga lebar menjulang di kanan kiri karena rambutnya disatukan di
atas kepala membentuk sanggul dan dibungkus dengan kain kepala dari sutera
hijau. Sepasang matanya lebar dan bersinar terang, dilindungi sepasang alis yang
hitam dan sudah dapat diduga bahwa kelak alis itu akan menjadi tebal dan
berbentuk golok. Hidung dan mulutnya kecil membayangkan kehalusan budi, namun
tarikan syaraf pada dagunya membayangkan kemauan yang membaja.
Dengan lenggangnya yang bebas lepas anak itu melangkah di dalam hutan yang
sedang menyambut munculnya matahari pagi. Wajahnya gembira sekali, sepasang
matanya bersinar-sinar memandangi segala yang tampak di depannya, yang jauh
maupun yang dekat. Mulutnya tersenyum dan tiba-tiba dia berhenti, matanya
terbelalak penuh kegembiraan memandang ke kiri, melihat seekor kelinci yang
tiba-tiba keluar dari semak-semak, agaknya kelinci itupun terkejut, berhenti,
menengok ke kanan kiri, hidungnya bergerak-gerak kembang kempis membuat
cambangnya yang hanya beberapa helai itu ikut bergerak-gerak naik turun matanya
yang jernih lebar bergerak-gerak liar, sepasang daun telinganya yang panjang
menjungat ke atas, bergerak-gerak ke atas ke bawah menangkap segala suara yang
datang dari sekelilingnya.
"Hi-hik...!" Anak itu tak dapat menahan geli hatinya melihat binatang yang lucu
itu dan si kelinci terperanjat, berloncatan lenyap ke dalam semak-semak kembali.
Anak laki-laki itupun melanjutkan langkahnya. Hanya mata seorang yang pikirannya
tidak dibebani sepenuhnya dengan segala macam persoalan hidup seperti mata anak
itulah yang akan dapat menikmati keindahan dalam hutan di pagi hari itu, dan
sesungguhnyalah bahwa hanya anak-anak saja yang dapat menikmati hidup ini,
karena manusia dewasa, kecuali mereka yang sudah sadar dan bebas, hidupnya penuh
dengan persoalan yang timbul dari pertentangan-pertentangan batin dan lahir.
Betapa indahnya rumput-rumput menghijau di hutan itu. Ada yang rebah, ada yang
berdiri, ada yang panjang ada yang pendek, semua begitu bebas dan segar, begitu
wajar namun lebih rapi daripada kalau diatur tangan manusia, nampak gembira