"Bangunnnnn!!!!! Woyyyy!!!!" teriak gue ngebangunin mereka.
"Ckk! Apaan sih Ar. Lo dari kemarin sewot mulu. PMS?" sahut Guruh yang sepertinya masih marah sama gue.
"Oke-oke. Gue minta maaf.. Ayo kita nge-trip lagi.." ajak gue bersemangat.
"Nah.. Arya pinter deh ah. Ayo.. cusss gaes.." timpal Rizki.
Akhirnya, kita melakukan petualangan lagi. Hari masih pagi. Dan kebetulan, cuaca hari ini cerah, nggak panas, nggak mendung juga. Jadi intinya, cuacanya syahdu untuk berpetualang.
Kita pun tiba di sebuah perkampungan yang menurut gue, ngg.. sedikit kumuh lah. Gue sama Rizki lalu mengetuk pintu salah satu rumah di sini. Lo semua tahu apa tujuan gue? Tujuan gue adalah, gue dan kawan-kawan pengen minta makan ataupun minum. Oke, pengetukan pintu dimulai.
"Permisi..." sapa gue seraya mengetuk pintu.
"Ar, yang sopan dong.." tegur Rizki.
"Ini juga udah sopan.." sahut gue.
"Ah, lo orangnya nggak peka sih. Pantesan aja lama jomblonya.. Hehe.."
"Ah, Rizki jahat ah!" ketus gue sok ngambek.
"Sstt.. gue contohin cara permisi yang benar." kata Rizki.
"Ya udah."
"Assalamu'alaikum.." salam Rizki.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara decit pintu tanda dibuka. Widih.. si Rizki pandai juga ya. Salut deh gue punya temen kayak dia. Coba aja pacar gue sifatnya sama seperti Rizki. Ini SIFAT loh yaa..
"Tulangku!!!" ucap seorang cewek yang membukakan pintunya.
BLAK!!
***
"Pliss deh ah... gue bukan tulang lo.." telak gue seraya menjauhi gadis sinting ini.
Ya kali gaes, dia nyebut gue tulangnya. Hih.. apaan coba?! Gaje banget kan? Padahal nama gue Arya, eh dianya malah teriak-teriak kata 'tulang' terus.
"Tulangku... Lang, Tulang..." teriak gadis sinting ini seraya tetap mengejar gue.
"Hahahahaaa... Akhirnya.. tulang dan rusuk bertemu juga setelah sekian lama terpisah.. Wkwkwkwk.. kwek kwek kwek kwek kwekkkkk... 🐤" ledek Ryan kejem. Banget gaes 😢
"Tulanggggg....." teriak gadis sinting ini seolah membuat goncang tanah yang gue injek.
Gue masih menatap ke belakang. Melihat sampai mana si gadis sinting tersebut ngejar gue. Tak disangka, saat gue tengah panik-paniknya, kepala gue membentur pohon. Fiks. Gue jatuh. Vertigo gue kambuh lagi. Pinggang gue sakitnya nggak karuan. Lihat ke atas seperti kitiran. Btw, tahu kitiran kan? ✴🔆💫
"Tulang, kamu nggak papa kan Lang??" tanya gadis tersebut pada gue.
"Nggak papa. Eh, kamu siapa sih? Sok tahu banget tahu nggak!!" ketus gue seraya berdiri.
Dia bisu. Nggak ngejawab maksudnya. Gue lihat matanya berbinar-binar kayak mau nangis. Hih, sumpah, gue jibang lihatnya. Teman-teman gue pun menghampiri gue. Dan kita berlima, mengintrogasi gadis ini. Gadis yang menurut gue 1 tahun lebih muda daripada gue. Menurut gue.
"Ar, lo nggak papa kan?" tanya Rizki.
"I'm fine." jawab gue nggaya.
"Hey, perawan gila!! Lo tuh siapa? Pakai sok kenal Arya??!!" introgasi Guruh.
"Perawan? Diameliorasikan kek Ruh.." pinta Kelvin.
"Bodoh amat! Gue nggak tahu amelirasi itu apa! Eh amiorasi, eh.. apaan tadi namanya? Amerasi? Amiolasi? Asimilasi? Apa Vin??" sahut Guruh plus tanyanya.
"Ameliorasi!!!!"
"Oh, hehe.. itu bukannya pelajaran kelas sepuluh dahulu ya? Tetapi kan itu buat anak Bahasa. Lah, kita? Kita kan anak Mipa." tanya Guruh meyakinkan. Namun masih belum yakin. Tetapi mungkin akan yakin. Ah, intinya ada kata yakin. Titik. Nggak pakai koma.
"Belajar otodidak dong.." tukas Kelvin seraya mengangkat salah satu matanya, eh bulu matanya maksudnya, eh ralat-ralat.. alisnya yang bener.
"Hey Kakak-kakakkkk... katanya mau mengintrogasi.. Gimana banget sih?" tegur Ryan.
"Oh, iya ya.." sadar Guruh pelan.
"Kamu siapa?!!" tanya Kelvin.
"Rumah kamu dimana?!" tanya Guruh.
"Apa motif kamu ngejar-ngejar Arya?!!" tanya Ryan.
"Dan kenapa kamu panggil Arya, tulang?!!" tanya Rizki.
"Satu pertanyaan dari gue. Lo, jomblo??" tanya gue nggak sinkron sama pertanyaan temen-temen gue.
"Arya! Pertanyaan apa sih itu? Jibang! Jijik sama banget. Jadinya jijik banget!!" tukas Guruh.
"Bodoh!" jawab gue acuh.
Gadis itu masih belum menjawab. Hingga pada akhirnya... jeng, jeng, jenggg 🎤🎤🎵🎶
"Aa.. aku.. Oh, tulang.. aku rusukmu.." jawab gadis itu seraya meraih tangan gue.
"Idih.. Arya ditembak bro.. Habis ini kita kenyang..." sahut Ryan.
"Kenyang?" tanya Kelvin polos dan flat!
"Iya.. soalnya, habis ini Arya bakal nraktir kita.. Asikkk.." ucap Ryan girang.
Sementara gue? Gue masih ternganga. Gue nggak tahu harus berbuat apa. Dia siapa? Apakah dia,,.. jodoh gue? Aishh.. gue nggak mau punya jodoh sinting kayak dia.
Selang beberapa waktu kemudian, datang seorang bapak-bapak ke arah kita.
"Tari.. ayo nduk, kamu pulang.." ajak bapaknya ke arah gadis ini.
"Ndak Pak. Tari pengen sama tulang Tari.." elak gadis ini.
"Mas, maaf ya. Anak saya ini memang ndak waras.. maaf ya.. mendingan, mas-nya semua pergi dari sini. Biar saya yang urus anak saya." kata bapaknya.
"Matur nuwun njih Pak.." timpal Kelvin.
"Nggeh. Sami-sami mas.." pungkas bapaknya.
Gue dan kawan-kawan pergi. Dan, gadis itu yang kini diketahui bernama Tari, masih aja teriak-teriak pasal tulang. Dan itu sungguh membuat gue laper. Eh, mangap.. baper maksudnya. Gimana enggak baper coba, orang dia teriak gini :
"Lang, tulang.. Aku rusukmu 😂😂"
Andai aja Aisha yang bilang kayak gitu. Ah, sayang. Aisha sudah tinggal kenangan. Masalah percintaan gue sama Aisha juga sudah dipetieskan. Oke, fine.
***
Kita lantas melanjutkan petualangan. Bak anak-anak bolang, kita membajak sawah orang, memandikan kerbau orang, menangkap ikan di kolam orang, dan lain-lain. Tidak hanya di desa, kita juga pergi ke kota. Seperti ke Tugu Yogyakarta. Habis itu, kita berpisah. Awalnya gue pengen banget supaya mereka tinggal di Jakarta. Tetapi apa boleh buat? Kalau gue yang digituin, pasti gue nggak mau. Oke, dalam naungan senja ini, gue sempet nangis-nangisan karena berpisah dengan mereka. Kelvin, dia memilih naik taksi. Sementara Guruh, dia masih setia sama kereta. Rizki, dia juga masih setia sama kereta. Begitu juga dengan Ryan. Sementara gue? Gue yang lumutan ini, gue juga masih setia sama kereta.
Reuni sudah selesai. Semua tentang suka duka di Jogja, sudah tersimpan dengan rapi, di hati. Hati yang tidak pernah diisi, oleh doi.
Puitis kan gue? 😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Jomblo Ngenes
HumorGue Arya, dan gue jomblo. Jomblo ngenes tepatnya. Jadi jomblo selama bertahun-tahun itu pahit. Sampai gue pengen muntah dibuatnya. Bebas sih bebas. Tetapi, kita nggak akan pernah bisa pamer gebetan ke manapun kita pergi. Sesek. Senep. Baper. Laper...