"Wonu-ssi,"
Penjaga perpustakaan yang memakai name tag bertuliskan '원우' itu menoleh padaku. Dia bangkit dari duduknya, "Ada yang bisa saya bantu?"
"Aku butuh mencari buku ini." aku memberikan selembar kertas pemberian temanku.
Dia membaca tulisan di kertas itu lalu keluar dari counternya, "Mari ikuti saya."
Aku mengikutinya ke salah satu lorong.
"Kau bisa mencarinya di sini." ujarnya seraya menunjuk salah satu rak yang ada di lorong ini. Dia beranjak meninggalkanku.
Aku menahan tangannya, membuat dia berbalik badan. "Bisa tolong carikan?" pintaku.
Dia hanya mengangguk lalu mulai mencari buku yang aku butuhkan, "Boleh aku tahu namamu?"
Aku sedikit terkejut, "Namaku, (y/n). Jung (y/n)."
Dia memberikan buku yang aku cari, "Senang berkenalan denganmu, (y/n)."
Aku menerima buku yang diberikannya, "Komapseumnida, Wonu-ssi."
Dia hanya tersenyum lalu kembali menuju counternya.
Aku mencari kursi kosong di dekatku. Aku mendudukkan diri di sana dan mulai membuka buku itu.
· SVT ·
"Bagaimana, (y/n)?" tanya temanku, Minhwa, saat kami sedang berjalan bersama menuju halte.
"Bagaimana apanya?" tanyaku balik.
"Hubunganmu dengan penjaga perpustakaan itu. Siapa namanya? Wonu?"
Ah, semenjak hari itu, aku jadi sering ke perpustakaan itu untuk meminjam buku. Intensitas pertemuanku dengan penjaga perpustakaan itupun semakin sering. Kami sering berbagi cerita. Kami juga semakin dekat setiap harinya. Dia pun pernah mengajakku makan siang bersama.
"Hei!"
"Ah, mianhae, Hwa-ya."
Dia berdecak malas. "Jadi, bagaimana hubunganmu dengan namja itu?"
"Ya begini saja. Memang mau bagaimana?"
"Tak ada kemajuan?"
"Kemajuan seperti apa?"
"Apakah kau sepolos itu?"
Aku hanya mengerutkan dahi karena bingung.
"Ah, sudahlah. Kau tak akan mengerti." dia berjalan mendahuluiku.
Aku sempat diam sejenak lalu mengejarnya. Tapi sialnya, aku menginjak tali sepatuku sendiri lalu terjatuh, "Aish, sialnya." ringisku seraya memijit pergelangan kakiku yang sepertinya keseleo. Aku melihat ada tangan terulur di hadapanku, membuatku mendongak untuk melihat siapa yang pemilik tangan itu.
"Perlu bantuan?" ujar si pemilik tangan yang tak lain adalah penjaga perpustakaan itu, Wonu.
Aku menerima uluran tangannya lalu berdiri.
Dia membantuku.
"Khamsahamnida, Wonu-ya."
Dia hanya tersenyum lalu menuntunku ke halte.
"Ya ampun, (y/n). Mianhae, aku tak melihatmu tadi. Ada yang sakit tidak?" tanya Minhwa seraya menghampiriku dan Wonu. Dia ikut menuntunku menuju halte.
Mereka mendudukan ku di kursi halte. "Khamsahamnida, Wonu-ssi. Mungkin, kalau kau tak menolongnya, dia takkan mungkin sampai ke sini." ujar Minhwa membuat Wonu terkekeh pelan.
Manis.
"Apa perlu ku bantu sampai rumah?" tawar Wonu.
"Ah, tak usah, Wonu-ya. Aku tahu kau masih banyak urusan. Gomawo."
"Baiklah, aku pergi dulu." Wonu meninggalkan halte ini lalu hilang di balik tikungan.
"Bukankah namja itu tampan?"
Aku langsung mengalihkan pandanganku ke Minhwa, "Kau menyukainya?" entah kenapa, tapi ada rasa sakit saat aku menanyakannya.
Minhwa terkekeh lalu menatapku, "Aku tak akan merebut orang yang di sukai sahabatku."
"Memangnya aku menyukainya--"
"Ya. Kau menyukainya, (y/n). Dari caramu menatapnya saja sudah berbeda. Apalagi perasaanmu?"
Ku rasakan pipiku memanas.
"Lihat. Bahkan saat membahasnya, kau langsung memerah seperti itu." ujarnya seraya tertawa. Tepat di saat yang sama, bus yang berjalan ke arah rumahku berhenti di depan halte ini.
Aku memukul pelan lengan Minhwa, "Sudahlah. Ayo bantu aku. Ku rasa, kaki ku keseleo."
Dia menuntunku untuk menaiki bus. Satu pertanyaan mengusik pikiranku.
Apa benar, aku menyukai penjaga perpustakaan itu?
- END -
Silahkan dijawab!
Gomawo~
#250317
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ | Imagine With SEVENTEEN
FanfictionLet's imagine w/ SEVENTEEN! ·-·-·-·-·-·-·-·-·-· SEVENTEEN imagine by pplvphile