Jeonghan : Lean On Me

2.4K 214 3
                                    

Aku kembali ke kelasku karena melupakan sesuatu. Saat di depan pintu kelas, aku melihat Jeonghan sedang berkutik dengan pensil dan kanvasnya. Aku menghampiri sahabat cantikku itu, "Kau sedang apa, Han?"

Dia mendongak menatapku, "Ah, aku sedang melukis, (y/n). Kau kenapa kemari?"

"Aku melupakan sesuatu, Han." aku segera menuju ke sudut kelas, tempat aku meninggalkan sesuatu. "Kau tidak pulang?" tanyaku seraya mencari benda yang ku tinggalkan.

"Aku malas pulang."

Aku melirik Jeonghan sejenak, "Pasti kau ada masalah lagi." tebakku.

"Ani. Aku hanya malas saja."

Aku berhasil menemukan benda yang aku cari. Aku berjalan menghampiri Jeonghan lalu menepuk bahunya dua kali, "Aku selalu bersedia mendengarkan keluh kesahmu, Han. Aku pulang dulu." aku berjalan ke luar kelas lalu pergi pulang.

· SVT ·

Aku sedang berjalan santai di taman. Entah mengapa, aku ingin sekali ke taman ini. Aku menghirup dan menghembuskan udara segar.

Mataku mengamati sekitar. Aku melihat sosok yang ku kenal. Bukankah itu Jeonghan? Kenapa dia masih memakai seragam? Kenapa dia duduk sendirian di sana?

Aku memutuskan untuk menghampirinya, "Jeonghan?"

Dia menoleh kepadaku, "Ah, (y/n). Kau sedang apa kemari?"

"Ah, kukira siapa, ternyata benar kau." aku mendudukkan diri di sampingnya. "Kau kenapa kemari? Kau belum pulang kan?"

"Aku hanya mencari inspirasi untuk melukis." dia menunjukkan kanvas dan pensilnya. "Kau sendiri?"

"Hanya mencari udara segar."

Ku lihat, dia hanya menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan menggambar.

Aku yang merasa dicueki, memutuskan untuk bertanya, "Kau melukis apa, Han?"

Dia menoleh sejenak kepadaku, "Hanya pemandangan yang biasa aku lihat."

Aku melihat gambarnya yang masih berupa sketsa, "Gambarmu makin bagus saja. Pasti karena masalahmu makin banyak."

Dia menoleh padaku dan menatapku aneh, "Maksudmu?"

Aku menyenderkan tubuhku ke sandaran kursi ini, "Kau pernah bilang, kalau kau sedang emosi atau ada masalah, kau akan melarikannya ke melukis."

"Ah, tidak juga." dia melanjutkan melukis.

"Tapi tingkahmu menunjukkan hal yang berbeda."

Dia menghentikan sejenak kegiatannya, "Memangnya ada apa dengan tingkahku?"

"Aku pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan, kalau seseorang banyak tertawa meskipun kepada hal yang tidak lucu, artinya dia sedang merasakan kesendirian yang mendalam." aku menghela nafas, "Belakangan ini, kau sering sekali tertawa terbahak karena candaan Jisoo. Padahal, candaan itu tidak lucu." aku berdiri lalu menepuk dua kali bahunya, "Jangan merasa sendiri, Han. Aku selalu bersedia menjadi sandaranmu." aku berjalan menjauhinya, bermaksud pulang ke rumah.

"(y/n)!"

Aku menghentikan langkahku.

"Ku tunggu kau nanti malam di cafe milik Mingyu, ne?"

Aku berbalik badan, "Arra!" ujarku senang lalu berbalik badan lagi, melanjutkan perjalananku ke rumah.

· SVT ·

Bunyi dentingan bel langsung terdengar saat aku memasuki cafe milik Mingyu. Aku melihat sekitar, mencari keberadaan Jeonghan. Karena tidak menemukannya, aku memutuskan untuk bertanya ke Mingyu yang kebetulan sedang menjaga kasir, "Gyu, apakah kau melihat Jeonghan?"

"Jeonghan Hyung menunggumu di rooftop, Noona."

"Ah, kau membuatku merasa tua, Gyu. Aku naik dulu, ya." aku segera melangkahkan kakiku menuju rooftop cafe ini.

Saat sampai di rooftop, aku segera mencari keberadaan Jeonghan. Ku lihat, dia sedang duduk di kursi dekat pagar pembatas. Aku segera menghampirinya. "Jeonghan." aku duduk di hadapannya. "Kau sudah lama menunggu? Maaf ya, jalanannya macet tadi."

"Ani. Aku belum lama menunggu."

"Karena aku telat, biar aku yang mentraktir--"

"Ah, tak usah, (y/n)." dia mengambil sesuatu di samping meja, "Aku hanya ingin memberikan ini padamu." dia menyerahkannya kepadaku.

Aku menerimanya, sebuah lukisan bergambarkan betapa cantiknya pemandangan malam kota Seoul. "Kenapa kau memberikan ini padaku?"

"Entahlah."

Aku tersenyum menatapnya, "Gomawo."

Dia membalas senyumku.

Kami mengobrol cukup lama. Dia juga menceritakan hal yang mengusiknya belakangan ini.

· SVT ·

Ah, aku menidurkan diri di kasurku. Aku memikirkan lukisan yang Jeonghan berikan. Aku merasa ada pesan tersembunyi di dalamnya. Aku memeriksa lukisan itu. Setiap sisinya, setiap selipannya, namun aku tak menemukan apa-apa. Tunggu. Ada sesuatu di sudut kanan bawahnya. Aku tak bisa membacanya. Bagaimana jika di balik? Aku membaliknya, membuat tulisannya berada di sudut kiri atas. Nah, aku bisa membacanya.

·-·-·-·-·-·-·-·-·-·

Terima kasih sudah mau mendengar keluh kesah ku. Terima kasih juga sudah mau menjadi sandaranku.
Aku menyayangimu.
- Yoon Jeonghan

·-·-·-·-·-·-·-·-·-·

Aku tersenyum membacanya. Aku akan selalu bersedia menjadi sandaranmu, Han. Selalu.

- END -

Aish, ending apa lagi ini?

Gomawo~

#040517

✅ | Imagine With SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang