Part 4

18 2 0
                                    

"Whaaatt?!" Seru Tania setengah berteriak.
"Apaan sih Tan, lo ngeliat apa sih?" Tania membuat Alisa ikut penasaran.
"Itu tuhhh." Tunjuk Tania
"Mana?" Alisa mengikuti jari Tania yang menunjuk.
"Oh cuman gitu doang sih." Alisa ber-oh ria setelah mengetahui apa yang selama ini membuat kantin begitu ramai. Dia memang selalu membuat keramaian.
"Ya nggak bisa gitu, gila aja tuh Dinda." Ujar Tania tak terima.
"Udah yuk balik ke kelas." Ajak Alisa.

*********

"Al, gue nggak nyangka ama cabe yang satu itu deh." Ucap Tania tak terima.
"Gila tuh cabe, anak baru udah maen gaet aja, gue nggak terima, udah gitu anak baru itu ganteng lagi, gue jadi tambah nggak terima." Tania berapi-api.
"Emang kenapa? Hak-haknya dia kok, trus anak barunya juga mau. Hubungan lo sama anak baru itu emang apa?" Balas Alisa dengan malas. Ia memang malas dengan Tania jika sudah membahas Dinda-cabe sekolah- dan cowo ganteng yang selalu Tania bicarakan.
"Ya enggak ada hubungannya sih, tapi dia itu udah ngambil hak gue buat ndeketin itu anak baru." Ucap Tania kembali.
"Ngga usah lebay juga kali, biarin aja kali, nanti anak baru itu juga lama kelamaan nyadar gimana sifat aslinya Dinda." Alisa berusaha menenangkan Tania yang sedari tadi mengomel-omel tidak jelas.
"Iya juga sih, udah ah, gue capek, laper juga belum makan." Tania akhirnya berhenti untuk membicarakan Dinda.
"Gitu dong...."

Ting, sebuah pesan masuk

Adit : Al bisa nggak nanti kita ketemu

"Tan." Panggil Alisa.
"Napa?" Tania menoleh.
"Adit minta ketemuan."
"Ya bagus dong, lo bisa sekalian nyelesein masalah lo itu, lo kan belum ada kata putus kan?" Tania berucap dengan santai.
"Iya sih, tapi gue takut." Alisa mulai cemas.
"Takut kenapa si?" Tanya Tania heran.
"Gue takut, gue ngga bisa nyelesein masalah itu." Alisa semakin cemas.
"Kalo lo yakin, lo pasti bakalan bisa nyelesein." Tania mencoba menenangkan.
"Gue usahain." Alisa mencoba tegar.

Alisa : Okeh, nanti sepulang sekolah ya

Adit : Ya

"Udah dibales?" Tanya Tania.
"Udah." Jawab Alisa sembari menghembuskan nafasnya.
"Jadi kapan?" Tania kembali bertanya.
"Nanti pulang sekolah."
"Okeh, semangat sahabatku." Tania menyemangati Alisa sembari memegang kedua pipi Alisa.
"Makasih, Tan."
"Sama-sama babe." Ucap Tania sembari tersenyum sok imut.
"Sok imut banget." Tania hanya menyengir mendengar ucapan Alisa barusan.

********

Bel pulang berbunyi.
"Lo udah siap?" Tanya Tania meyakinkan.
"Huuhhh, gue udah siap." Alisa meyakinkan diri.
"Gue cabut duluan ya, udah dijemput." Tania memutuskan untuk pulang mendahului Alisa karena dirinya sudah dijemput oleh supirnya.
"Okeh, ati-ati." Alisa mengingatkan.
"Pastilah." Jawab Tania dengan beraninya.

Ketika Tania berjalan keluar dari kelasnya, ia berpapasan dengan Adit.
"Tan, Alisa masih ada di kelasnya?" Tanya Adit menghentikan langkah Tania.
"Iya tuh, lagi beresin bukunya, gue cabut dulu ya?" Tania memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.
"Ya." Adit pun melanjutkan langkahnya menuju kelas Alisa.

Adit memutuskan untuk menunggu Alisa di luar kelasnya. Alisa sudah mengetahui bahwa Adit pasti sudah ada di depan kelasnya, itu adalah kebiasaan Adit ketika ia meminta pulang bersama ataupun hanya sekedar untuk melihat wajah Alisa.

"Sorry, udah lama ya." Alisa mencoba menyapa Adit walaupun rasanya sangat canggung.
"Nggak kok, baru sebentar. Kamu udah makan?" Itulah yang ia khawatirkan selama ini, pertanyaan-pertanyaan sederhana yang membuat benteng pertahanan yang selama ini ia buat seketika runtuh hanya karena sebuah pertanyaan yang tidak terlalu penting.
"........" Alisa bingung harus menjawab apa. Sebenarnya ia lapar karena tadi belum sempat makan tetapi di sisi lain ia juga bingung harus mengatakan seperti apa.
"Kamu pasti belum makan, kita makan dulu ya, aku takut nanti maag kamu kambuh." Cobaan apalagi Ya Tuhan, ia tidak bisa memutuskan sebelah pihak begitu saja. Alisa menjadi bingung berkali-kali lipat. Ia tidak tau harus berkata apa nanti, kalimat yang sedari tadi ia susun, tiba-tiba hilang begitu saja.

Akhirnya Alisa pun memutuskan mengikuti apa yang Adit katakan. Tidak ada salahnya juga, jika ia tidak mengikuti kata Adit ia akan semakin menanggung malu jika nanti cacing di dalam perutnya berbunyi. Dan itu akan membuat suasana lebih canggung lagi

*********

"Loh kamu kok makanya udahan?" Adit terheran karena baru beberapa suap Alisa memakan makanannya.
"Iya, aku udah kenyang, lagian kamu juga ngga ikut makan aku kan jadi ngga enak." Alisa membalasnya dengan rasa canggung.
"Aku udah makan tadi di kantin, jadi masih kenyang." Ucap Adit sembari menyinggungkan senyum manis yang sangat Alisa rindukan.
"Kalo kamu udahan, aku pengen ngajak ngomong kamu tapi nggak disini, kamu ikut aku ya?" Adit kembali menyunggingkan senyumnya.
"Ya." Alisa mengangguk.

**********

Dan sampailah Alisa ditempat yang tidak ia duga. Taman. Tempat dimana Adit menyatakan perasaannya dengan begitu manis. Membuat ia merindukan masa-masa dulu sebelum kejadian itu terjadi dan merubah semuanya. Dan ia duduk tepat dimana dulu ia dan Adit duduk bersama.

"Kamu masih inget sama tempat ini kan?" Adit kembali mengingatkan Alisa tentang masa-masa itu.
"Iya." Alisa menyunggingkan senyum yang sedari tadi ia tahan.
"Dan disini aku mau minta maaf atas kejadian itu, aku memang salah, ngebiarin Alexa nyium aku, tapi aku bener-bener ngga nyangka Alexa bakal nyium aku. Itu hanya sebuah permainan. Aku juga ngga ada perasaan apapun sama dia. Dia itu psiko." Kini Alisa mendengar penjelasan itu secara langsung dari Adit.

"Dan aku minta sama kamu, supaya kamu balik lagi sama aku, kembali sama kaya dulu sebelum kejadian itu terjadi, aku ngga bisa seterusnya kaya gini, aku tuh sayang sama kamu, aku tuh nggak mau kehilangan kamu karna hal konyol. Kamu mau kan balik lagi sama aku, kaya dulu lagi? Aku janji nggak bakal ngulangin kejadian itu lagi. Kamu mau kan maafin aku dan kembali lagi seperti dulu?"

Akhirnya kalimat-kalimat yang berhari-hari Adit pendam telah ia katakan, dan Adit merasa bebannya seperti lepas begitu saja.

"Aku......."

Hai, 😊
Balik lagi, sama author yang masih amatir. Ditunggu kritik sarannya ya, jangan jadi silent readers okeh 👍👍 apresiasilah karya author.

Keep Voment 👍★★

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang