Yunho dan Jaejoong sedang beristirahat sejenak di daerah Incheon. Wajah Jaejoong nampak begitu pucat. Yunho harus melakukan apa saat ini? Jika terus di paksakan Jaejoong akan semakin parah.
"Apa kau lelah? Sebaiknya kita cari Rumah Sakit sekitar sini." Ujar Yunho, Jaejoong pun menggeleng.
"Nanti saja Yun. Kita masih dekat dengan Seoul." Ujar Jaejoong lemah. Yunho hanya menatap wajah lemah Jaejoong, ia membelai lembut wajah tersebut.
"Kau akan baik-baik saja." Ujarnya, Jaejoong pun tersenyum dan mengangguk.
"Sepertinya kita akan lanjutkan perjalanan dengan bus. Aku akan menjual mobil ini. Percuma saja kita pergi, karena Appa ku akan mengetahuinya. Mobil ini terpasang gps."
"Tetapi Yun, menjual barang semewah ini membutuhkan waktu lama." Yunho pun tersenyum.
"Aku tahu itu, tapi aku punya teman yang bekerja di daerah sini. Paling tidak besok kita bisa pergi melanjutkan perjalanan ke Busan. Lagi pula keluarga kita pasti masih sibuk mencari di sekitar Seoul. Yah paling tidak yang kita cemaskan Appaku." Jaejoong pun mengangguk paham.
"Sekarang kita mencari tempat menginap, kau harus istirahat." Jaejoong tersenyum akan sikap perhatian yang Yunho tunjukan.
"Baiklah." Yunho kembali melanjutkan perjalanannya. Ia mencari tempat penginapan yang sekiranya tak terlalu menjadi objek perhatian keluarga mereka.
.
.Woobin dan Hyun Joong pun mengerahkan seluruh pekerja Rumah Sakit untuk mencari Jaejoong. Woobin sangat yakin bahwa Jaejoong pergi bersama Yunho. Bodoh. Pikir Woobin, mengapa Jaejoong harus kembali ke tangan pria brengsek itu.
"Sepertinya adik anda pergi bersama seorang pemuda, mereka terlihat di CCTV." Ujar seorang petugas di sana. Woobin pun mengepalkan kuat tangannya. Dugaannya benar ternyata.
"Brengsek!" Maki Woobin.
"Tetapi kami mencatat nomor polisi mobil yang pemuda itu bawa. Ini." Petugas itu memberikan selembar kertas berisikan nomor polisi mobil tersebut. Woobin pun segera menghubungi anak buahnya untuk mencari keberadaan mobil tersebut.
Tak ia sangka, Yunho dan Jaejoong melakukan ini semua.
.
Yunho telah sampai di sebuah penginapan, ia pun membantu Jaejoong turun dari mobilnya. Tak pernah lepas tangan Yunho memeluk pinggang besar Jaejoong dan menjaganya. Jujur saja, Jaejoong menyukainya.
Yunho memesan sebuah kamar untuk mereka. Setelahnya mereka menuju kamar mereka.
Yunho membantu Jaejoong untuk merebahkan tubuhnya di kasurnya.
"Istirahatlah, aku akan menemui temanku. Waktu kita terlalu sempit. Tak apa aku tinggal sebentar?" Yunho menatap Jaejoong, sementara tangannya membelai lembut wajah Jaejoong. Jaejoong tersenyum dan mengangguk.
"Hati-hati, kami menunggumu." Yunho tersenyum. Ia mengecup kening Jaejoong dengan sangat dalam. Rasanya ia tak ingin pergi, tetapi ini demi kenyamanan mereka bukan? Setelahnya Yunho mengusap perut Jaejoong.
"Jaga umma kalian, mengerti? Appa pergi sebentar." Jaejoong kembali tersenyum. Bahkan bayi-bayinya bergerak ketika Yunho menyentuh. Yunho terkejut, bahkan ia tertawa bahagia merasakan kehadiran anak-anaknya.
"Pergi dan cepat kembali Appa." Ujar Jaejoong, Yunho tersenyum riang. Ia pun kembali mengecup kening Jaejoong. Setelahnya ia pergi. Jaejoong hanya mampu tersenyum. Yunho memperlakukannya dengan begitu lembut. Ini nyata bukan? Tidak mimpi? Rasanya begitu membahagiakan. Sangat membahagiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please!✔
FanfictionSalahkah aku mencintaimu? salahkah? Mengapa tidak hentinya kau menyiksaku, bisakah kau diam saja jika tidak membalas perasaanku? Aku membencimu, tapi faktanya sulit. karena aku mencintaimu. Jaejoong namja cantik berkulit putih mulus mencintai seora...