TrueLove

246 12 0
                                    

4 hari kemudian....

"Mika..." kata tante Maria sambil menuju ke Arah gue.

"Ia, ada apa tante?" Jawab gue gugup.

"Kenapa terlihat sedih?" Tanya tante Maria ke gue.

"Sedih aja tante, sebentar lagi Mika ninggalin mama."

"Jangan sedih, doanya akan selalu menyertaimu." Jawab tante Maria sambil tersenyum.

Hiasan wajah ini, sanggul ini, baju kebaya putih, dan hena di tangan gue, rasanya seperti mimpi.

"Mika..." tiba-tiba Alban datang ke kamar gue.

"Ada apa? Mengapa masuk kesini? Kamu tidak boleh masuk kesini." Kata gue karna kaget.

Alban menutup pintunya, dan mulai natap mata gue.

"Do you love me?" Tanya Alban tiba-tiba bikin gue deg-degan.

"Ya, i love you." Demi mama gue bilang kalau gue cinta sama Alban, dan kali ini gue gamau gagal lagi dalam menjalani percintaan.

"Janji sama aku, jangan pernah marah, karna aku punya satu rahasia yang bisa bikin kamu marah sama aku." Kata Alban mulai serius natap gue.

"Aku janji, aku gaakan pernah marah!" Jawab gue dengan tegas.

Tiba-tiba Alban langsung meluk ue dengan erat.

"Hei, kalian. Nanti saja, ayo cepat turun tamu-tamu sudah menunggu." Kata mama tiba-tiba ngagetin.

Akhirnya....
Gue dan Alban, sudah sah menikah.

"Alban, kalau boleh aku tahu, apa itu rahasia kamu? Aku ingin sekali tahu tentang itu." Kata gue ke Alban.

"Pesta pernikahannya belum selesai, setelah pesta ini selesai, aku akan memberitahumu."

"Boleh aku jujur sama kamu?"

"Tentang apa?" Kata Alban.

"Dalam hatiku, masih ada orang lain." Kata gue ke Alban.

Mimik wajah itu seperti biasa saja tidak berubah sama sekali, seperti sudah tahu.

"Nope..."

Setelah pesta selesai, gue dan Alban pun pergi ke atas dan berbicara di teras.

"Apa ini?" Kata gue ke Alban pas dia ngasih gue sebuah kotak.

Kotak itu berisikan dompet, gelang, jam tangan dan baju putih yang berlumuran darah kering berwarna coklat, baunya sangat amis. Spontan gue langsung jatuhin tuh kotak dan nangis....

"Apa maksud dari semua ini?" Kata gue ke Alban dengan nada suara keras.

"Jawab!!!!"

"Alban, jawab saya!!!!"

"Alban please!!!"

Tiba-tiba Alban meneteskan air matanya dan meluk gue dengan erat.

"Warten... Auf.... die....wahre, liebe."

"Apa maksud dari semua ini, aku ngga ngerti!" Kata gue ke Alban.

"Kamu nunggu seseorangkan, cinta sejati, Afghan??? Dia adalah adikku, dia datang ke indonesia, lalu jatuh cinta kepadamu, dia sangat mencintaimu, dia pulang ke Jerman, dia datang untuk menjemput ami dan abi, dia meminta restu agar bisa menikahimu, dia minta agar Ami dan Abi datang ke indonesia dan melamarnu untuknya, namun dia tidak ingin kamu tahu, kalau dialah yang melamarmu, saat itu dia sedang ada program study di jerman, dia minta waktu selama seminggu, saat itu barulah ia akan menyusul kesini, tapi.... saat dia menuju ke stasiun, dia mengalami kecelakaan, sebuah mobil melaju kencang dan menabraknya, kejadiannya malam saat Ami sedang berada dirumahmu, karna dia tidak sabar dia ingin memesan tiket terlebih dahulu, agar ia bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih awal, mungkin dia terlalu bahagia sehingga tidak melihat suasana jalan raya, hari itu, tepat pukul sembilan malam, dia kritis dirumah sakit, selama 2 hari ia bertahan dirumah sakit, kami sekeluarga memintanya agar tetap bertahan, tapi dia menggelengkan kepalanya, dan berkata Alban gantikan aku sebagai pengantin laki-laki padasaat pernikahanku, aku yakin kamu pria yang bertanggung jawab, dia memintaku, agar aku menikahimu, menjagamu dan mencintaimu seperti dia mencintaimu. Setelah ia menuliskan namaku dengan pena di sebuah kertas, tiba-tiba dia berkata, abi, ami, Alban, sudah saatnya aku pergi.... maafkan aku. Itulah kata terakhirnya untukku."

Gue syok banget ngedengernya, gue langsung ngambil baju Agan dan meluk baju itu dengan erat.

"Bahkan aku belum sempat memeluknya dan mengatakan, aku sangat menyayanginya, aku sangat mencintainya, untuk apa tuhan mempertemukan aku dengannya jikala tuhan akan mengambilnya lagi? Ini membuatku sangat terluka."

"Maaf, tapi... semua terjadi, biarkan Afghan tenang, ikhlaskanlah dia." Tiba tiba tante Maria nyambung obrolan gue sama Alban.

Perasaan gue emang gak pernah berubah, berjalan dengan iringan waktu, gue yakin... gue bisa nerima semua kenyataan ini.
Waktu akan berlalu, mungkin emang tuhan sudah menyusun semuanya, saat Alban menggantikan Afghan.

Alban langsung meluk gue dengan erat, tiba-tiba tante Maria dan abi Gustam mendekat ke arah gue dan Alban.

"Ami tidak mau melukaimu dengan mengatakan, kalau Afghan sudah tiada." Kata Ami langsung meluk gue.

"Dont be sad!" Ucap abi Gustam dengab mata yang berkaca-kaca.

Mama dan papa juga datang, kali ini gue ngerasa lengkap, ada mama, papa, ami, abi dan Alban.

Gue yakin....
Saat ini Afghan pasti juga bahagia ngeliat gue.
Meskipun kita tak bersatu di dunia, suatu saat tuhan pasti akan mempertemukan kitaa.....

-sekian-

*jangan lupa voted and comentnya yha! Bahasanya masih berantakan, maafyha!!!

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang