- Dua -

65 7 1
                                    

      'Awal kebencian itu datang'

                      ~~~~~~~~

Rizal dan Revan mencibir saat mendengar kata kata Arvie tadi. Tak lama datang seorang gadis dengan jalannya yang lenggak lenggok itu menghampiri mereka.
"Halo Arvie sayang." Sapa Fania.
"Halo Fania sayang." Balas Rizal.
Fania yang mendengar balasan sapaannya oleh Rizal, langsung menatapnya sinis.
"Gue bukan ngomong sama lo boneng." Fania memalingkan wajahnya itu dan pergi bersama anak geng nya.

Fania Ariani Grande. Gadis yang cantik, namun sedikit alay ini memiliki geng namanya Caty. Fania sangat menyukai Arvie, ia akan menghalangi cewek manapun yang mencoba mendekati Arvie. Namun rasa sukanya itu tak pernah dipedulikan sedikitpun oleh Arvie. Hanya saja setiap kali ia mencoba mendekati Arvie selalu saja Rizal temannya itu mengacaukan semua rencananya.

"Idihh, gini gini ganteng dibilang boneng." Ucap Rizal dengan pedenya, membuat seisi kelas itu menatap ke arahnya.
"Apa lihat lihat?." Ucap Rizal saat seisi kelas memerhatikannya.
Arvie dan Revan hanya terkekeh pelan.
"Apa? Emang kenyataan kan kalau gue ganteng." Sambung Rizal.
"Pala lo begok!! Kalau lo ganteng kok bisa Fania ilfil gitu ama lo tadi."
Ucap Revan menyentil dahi Rizal.
"Udah udah. Biarkan anak orang berkarya." Ucap Arvie yang sudah tertawa di sambung dengan Revan.

********

Kring! Kring!
Bel berbunyi nyaring menandakan waktu istirahat telah tiba. Semua murid berhambur keluar kelas dan menuju kantin membeli jajanan yang mereka sukai.

"Dil lo gak ke kantin?." Tanya Dian.
"Gak, gue disini aja baca novel."
Ucap Dila mengambil novel nya di bawah laci.
"Ya elah!! Baca novel itu mah bisa entaran lagi Dil."
"Ayooo!!." Dian menarik pelan lengan Dila. Dila pun mengikuti perintah Dian.

Saat itu seisi kantin menatap ke arah Dila dan Dian. Tetapi, Dila malah tidak peduli dan mengabaikannya. Ia masih sibuk membuka buka halaman novelnya itu, sambil mengikuti Dian di depannya.
"Dil,ke sana ya!." Ucap Dian berjalan ke arah teman temannya.

Dila mengikuti Dian pelan. Matanya masih mengarah ke bacaan novelnya itu.
"Gue suka ama lo. Lo mau ikut gue--------." Dila komat kamit dengan sendirinya membaca bacaan yang tidak jelas di novel itu. Pandangan nya masih tetap fokus ke halaman novel itu hingga-----
Buggghhh!
Dila menabrak seseorang di depannya.
"Aduhh pala gue sakit." Ucap Dila mengusap ngusap kepalanya itu.
"Lo jalan pake mata dong jangan pake dengkol lo." Sambung Dila menatap tajam ke arah cowok yang menabrak nya itu.
"Eeh kok jadi gue yang salah. Lo jalan tuh ke depan bukan ke buku lo." Balas cowok itu.

"Udahlah Vie gak usah berdebat sama anak cewek." Ucap Revan.
"Eeh lo anak baru itu kan?." Tanya Rizal.
Dila hanya mengangguk pelan.
"Kenalin nama gue Rizal Febriansyah." Ucap Rizal mengulurkan tangannya itu.
"Nadila Bernesa." Ucap Dila membalas uluran tangannya itu.

"Vie, anak orang cantik banget, gak kalah ama namanya juga cantik. Seperti bidadari turun dari surga menghampiri cowok jomblo kayak gue. Emang jodoh gak kemana Vie."
Ucap Rizal menyenggol bahu Arvie.
"Mulai nih alay nya Rizal." Ucap Revan.
"Apaan lo nyenggol nyenggol gue."
Ucap Arvie menjitak kepala Rizal.

"Idih, ego nya tinggi amat."
"Lo minta maaf Vie ke anak orang."
Ucap Rizal.
"Lho? Kok gue yang minta maaf. Dia noh yang seharusnya minta maaf ke gue." Ucap Arvie.

"Dil sini. Ngapain lo ama bocah bocah gak jelas disitu." Ucap Dian melambaikan tangan ke arah Dila.

"Hai Dian sayang." Sapa Rizal.
"Lo belum pernah kan lihat sepatu gue melayang ?." Tanya Dian.
Rizal bergidik ngeri saat melihat Dian yang hampir melepaskan sepatunya itu.

"Songong lo." Ucap Dila berjalan ke arah Dian.
" Lo yang songong." Balas Arvie lagi.

Dila segera berjalan ke tempat Dian dan kembali membaca novelnya yang sempat terhenti tadi.
"Dil kenalin ini Delia." Ucap Dian.
"Dila." Balas Dila.
Gadis yang bernama Delia itu hanya tersenyum manis melihat Dila.

Amel Faisy Andelia. Adalah teman dekat Dian sejak kelas 1 ini memiliki sifat yang baik, ramah dan penyayang. Namun, Delia mempunyai penyakit. Kapan pun penyakit ini bisa datang dalam seminggu dua kali. Delia akan kehilangan ingatan nya sementara selama 1 menit terhadap orang orang di sekitarnya. Namun tak lama ingatannya kembali pulih dan ingat kembali terhadap orang orang di sekitarnya.

"Dil lo mau pesan minum apa?." Tanya Dian saat ingin beranjak pergi membeli minuman.
"Sama in kayak lo aja." Ucap Dila tak berkutik sedikit pun dari novelnya itu.
"Oke oke." Ucap Dian segera pergi.

Sementara Delia mencoba bertanya tanya kepada Dila tentang sekolah, hobi, dan tentang kepribadian Dila .

*********

Kring! Kring!
Bel kembali berbunyi menandakan waktu pulang sudah tiba. Murid murid berhamburan keluar dari kelas menuju pintu pagar. Sementara Dila duduk menunggu Morgan di parkiran sambil mengayun ayunkan kedua kakinya itu.

15 menit sudah berlalu dan suasana sekolah juga mulai sepi, Dila masih tetap menunggu Morgan disitu. Lama kelamaan Dila menjadi bosan, Dila pun beranjak pergi untuk membeli minuman di toko seberang sana dan kembali lagi ke parkiran itu menunggu Morgan.

Sekaleng minuman habis di teguknya. Dila pun mengambil kaleng minumannya, berniat membuangnya ke dalam tong sampah, namun posisi tong sampah itu berada agak jauh darinya, sementara Dila sangat malas gerak saat itu.

Dila pun berancang ancang melempar kaleng itu ke dalam tong sampah di sebelah sana. Dila berpikir kalau botol itu akan masuk ke dalam tong sampah. Namun sebaliknya, botolnya itu malah meleset di kepala seseorang.

Bugghh!
Kalengan itu tepat mengenai kepala seorang cowok disana yang ingin menggeser motornya. Dila yang melihat itu tidak tau harus berbuat apa. Apakah ia harus pergi? Dan berpura pura tidak tau? Ataukah Dila harus meminta maaf kepada orang itu?.

Dila pun memilih untuk diam sambil mengigit bibir bawahnya. Cowok itu pun berbalik dan menghampiri Dila.
"Apa lo yang udah lempar gue?." Tanya cowok itu. Dila hanya dapat menunduk kan kepalanya sambil mengigit bibir bawahnya. Karena tidak tahan Dila pun menatap cowok yang berada di depannya itu.

"Lo?."
"Lo?."
Dila terkejut saat melihat cowok yang berdiri di depannya itu. Cowok itu adalah orang yang tadi menabrak Dila dan orang tersongong yang pernah Dila temui.

"Jadi lo yang udah lempar gue?." Tanya Arvie menatap sinis Dila.
"Ya lagian gue gak sengaja. Gue rencana mau buang ke tong sampah tapi malah meleset ke kepala lo." Ucap Dila datar.
"Ooh jadi lo mau balas dendam ke gue."
"Ehh jangan asal nuduh lo." Balas Dila.
"Buktinya kalau lo mau lempar ke tong sampah pastinya masuk, ini malah kena kepala gue."
"Ehh bisa aja ya meleset. Lo songong banget sih."
"Lo yang songong. Baru masuk udah belagu." Ucap Arvie.
"Suka suka gue dong. Emang sekolah nih punya nenek lo."
"Yah gak. Tapi gue punya hak buat marahin lo."
"Gue juga punya hak untuk nge bela diri gue yang gak salah."
"Jadi lo gak minta maaf ke gue?."
"Ngapain gue minta maaf ke lo kan gue gak salah." Ucap Dila terasa kobaran api di tubuhnya itu mulai membara.
"Jelas jelas lo salah. Lo udah ngelempar gue pakai kalengan."
Balas Arvie.

Dila yang mendengar itu rasanya ingin sekali menjambak rambut cowok di hadapannya sekarang ini.
Jemarinya yang sudah terkepal itu mulai terasa gatal. Namun------

"Dila! Ayo pulang." Suara Morgan membuat Dila menoleh.
"Urusan kita belom selesai!Awaslo."
Dila mengurungkan niat nya itu menatap tajam cowok resek di depannya ini dan bergegas menghampiri Morgan yang sudah menunggunya.

'Iihh, kenapa gue bisa ketemu dengan cowok se songong dan se resek lo. Gue benci lo. I HATE YOU.'
Batin Dila.

REMEMBER The Sweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang