“Zivana!” Merasa namanya dipanggil, Zivana pun menoleh kearah sumber suara.
“Mau kemana?” Tanya Naura yang tadi memanggil Zivana. Kemudian berlari kearah Zivana yang saat ini sedang berada di depan UKS.
“Biasa, ke perpus. Kenapa?”
“Ga bosen apa ke perpus terus?” Tanya Naura lagi. Kemudian Zivana hanya menjawab dengan gelengan kepala yang artinya tidak.
“Mending temenin gue aja yuk!” Naura menarik-narik tangan Zivana.
“Ih, gamau ah” Zivana melepaskan genggaman Naura yang berada ditangannya.
“Please Zi, kali ini aja. Ya, mau ya” ucap Naura dengan ekspresi memohonnya. Kalau sudah seperti ini, Zivana tidak bisa menolak. Naura salah satu sahabat terbaik Zivana, jadi dia tidak mungkin tega untuk menolaknya.“Yeay! Yukk” Naura segera menarik tangan Zivana.
“Mau ngapain sih Nau?” Tanya Zivana ketika mereka sedang selap-selip di kerumunan para siswa-siswi.
“Nonton lomba lah Zi. Nah disini posisinya pas” ucap Naura ketika mereka tiba di kerumunan siswa-siswi paling depan. Sehingga dapat melihat kearah peserta lomba dengan jelas.
“Ah pasti ada yang mau diliat deh!” Zi sudah paham betul dengan kelakuan sahabatnya ini. Pasti diantara para peserta lomba, salah satunya ada kecengannya.
“Uhhh….you know me so well” Ucap Naura dramatis. Lebih tepatnya sok dramatis.
Pertandingan yang saat ini berlangsung adalah futsal. Pesertanya dari kelas duabelas IPA satu melawan duabelas IPA tiga. Penonton sangat ramai sekali, lebih didominasi oleh para perempuan-perempuan yang tujuan sebenarnya adalah untuk melihat kecengannya masing-masing. Seperti orang yang sedang berdiri disamping Zi. Naura, menatap kagum kesalah satu pemain yang mengenakan baju bertuliskan ‘Dika’ di punggungnya. Tak lupa juga berteriak memberi semangat kepada Dika. Zi pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya yang satu ini.“Oh my God! Zi, liat deh. Dika main nya keren banget ya? Aduh makin tergila-gila gue!” Naura tidak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari Dika.
Zi yang semakin heran dengan tingkah Naura pun menempelkan punggung telapak tangannya di atas kening Naura. “Pantesan, anget dikit” Ucap Zi.
“Ih apaan sih Zi! Gue ga sakit tau!” Akhirnya pandangan Naura pun beralih kearah Zi.
“Lagian, ngeliat Dika main futsal aja udah kaya orang kesurupan” Zi memutar bola matanya.
“Ye! Suatu saat nanti, ketika lo jatuh cinta juga lo bakal ngerasain apa yang gua rasain Zi” Ucap Naura.
“Sorry aja nih, kalo pun nanti gue jatuh cinta kayak nya kelakuan gue ga sebrutal itu deh” Ucap Zi dengan ekspresi sedang berimajinasi. Membayangkan ekpresi dirinya ketika dia sedang jatuh cinta dengan seseorang dan melihat orang itu melakukan hobi nya.
“Awas ya, kalo sampe lo jatuh cinta, terus lo ngelakuin hal yang sama kaya gue. Lo harus traktir gue kalo sampe itu kejadian!” Naura mengancam Zi.
“Oke, tenang aja” ucap Zi datar.
“Yeay!” Naura berteriak ketika Dika mencetak gol. Dan waktu pertandingan pun telah berakhir. Permainan di menangkan oleh tim Dika dengan skor 3-1.
Para pemain saling berjabat tangan dan berpelukan. Kemudian meninggalkan lapangan karna perlombaan futsal akan segera di gantikan dengan perlombaan basket.
Karena lapangan sekolah hanya ada satu jadi para panitia harus segera menyiapkan untuk pertandingan basket. Setelah semuanya siap, para pemain segera masuk ke lapangan. Pertandingan basket antara kelas duabelas IPS dua melawan duabelas IPA tiga segera dimulai.Diantara beberapa pemain basket, ada satu orang yang membuat Zi tak memalingkan pandangannya sedikitpun. Zi merasa asing dengan laki-laki itu. Atau jangan-jangan dia anak baru disini makanya Zi merasa gapernah liat.
“Idih..ngeliatin Gionya biasa aja kali Zi” Naura yang melihat Zi yang menatap Gio tanpa kedip sedikitpun.
"Gio?" Zi tampak bingung dengan kalimat Naura.
"Iya Gio...Lo lagi ngeliatin pemain basket yang nomer punggung sebelas kan? Namanya Gio" jelas Naura.
"Oh..."
"Jangan bilang lo naksir sama dia?" Tebak Naura yang langsung di hadiahi tatapan tajam oleh Zi.
"Suka banget sih bikin gosip? Gue cuma heran aja, soalnya kayak yang gapernah gitu ngeliat muka dia" Zi menyilangkan kedua tangannya didada.
"Dia emang suka menyendiri gitu di deket gudang...gue juga heran kenapa dia hobby banget nongkrong di gudang" Naura memperlihatkan ekspresi penasarannya.
"Serius? Biasanya kan cowok kaya dia hobby nya nongkrong di kantin."
"Ngapain coba gue bercanda? Kalo lo ga percaya, nanti setelah pertandingan basket selesai, lo ke gudang...pasti lo bakal nemuin dia lagi duduk sambil bengong di deket gudang" Ucap Naura sambil terus memandangi Gio.
Zivana tidak melanjutkan lagi pembicaraannya. Zi hanya diam, memikirkan apa yg ada di pikiran laki-laki itu.
"Zi..." Yang dipanggil tak mengalihkan sedikitpun pandangannya.
"Woy! Biasa aja kali tatap tatapannya. Asik banget kayaknya" Saking kesalnya, Naura mencubit lengan Zi.
"Aww sakit Nau!" Zi mengelus-elus lengannya yg sekarang sedikit memerah.
"Lagian, lo di panggil-panggil diem aja...malah asik tatao-tatapan sama si Gio" Ucap Naura yang sedikit kesal.
"Tatap-tatapan?" Zi nampak bingung dengan pernyataan Naura.
"Gausah sok pura-pura gatau deh kalo tadi lo sama Gio abis tatap-tatapan" Naura memutar bola matanya.
Zi kembali diam...dia memikirkan apakah benar bahwa tadi mereka bertatap-tatapan?
"Bener-bener deh temen gue yang satu ini. Kayaknya udah kesambet setannya si Gio" Naura berbalik badan, hendak meninggalkan Zi.
"Eh eh...tungguin dong...kok lo malah ninggalin sih Nau" Zi lari menyusul Naura yg sudah didepannya.
Naura tiba-tiba berhenti. Kemudian berbalik arah menatap Zivana."Zi...gue cuma mau mau bilang. Jangan jatuh terlalu dalam kalau lo ga mau patah hati nantinya." Kemudian Naura menghilang dari pandangan Zi yang sedang bingung memikirkan maksud dari kalimat sahabat nya itu.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.16/03/17

KAMU SEDANG MEMBACA
From Bad To Be Good
Teen Fiction"Please Zi...bantu aku keluar dari dunia ini" -Gio "Aku bener-bener ga nyangka kalau selama ini kamu berada di dunia yang seperti ini Gi..." -Zivana ""Zi...gue cuma mau mau bilang. Jangan jatuh terlalu dalam kalau lo ga mau patah hati nantinya." -Na...