39. Mau seberapa jauh lagi kamu pergi?

1.6K 97 24
                                    

HOF - 39 :: Mau seberapa jauh lagi kamu pergi?

-o-

Merindu adalah perkara berat. Apalagi jika seseorang yang tengah di rindukan tidak tahu bahwa kamu di sini menunggunya, menyebut namanya hampir di setiap tarikan napas.

Waktu terus berlalu. Waktu tidak akan berhenti begitu saja, berdiam diri menemani Maudy dalam kegundahan. Waktu berjalan, memaksa Maudy bangkit. Untuk kembali tegar, menata hatinya kembali, memaksanya lupa pada dia.

Maudy tahu hidupnya tidak lagi sama sekarang meski El masih di sampingnya, masih selalu ada untuknya. Jelas ini perkara lain.

Ia mencintai El, tapi masih ada sesuatu yang mengganjal, ada sesuatu yang belum terselesaikan.

Maudy membenarkan bandananya sebelum berjalan menghampiri El yang tengah menunggunya di parkiran. Sangat mudah menemukan cowok itu, Maudy hafal betul postur tubuh El.

Apa belum ada yang bilang jika El memutuskan pindah ke Tunas Bangsa beberapa bulan yang lalu, selepas Matthew pergi?. Iya, waktu sudah berjalan sejauh itu.

“Aku seneng kamu lulus.” ucap El ketika Maudy sudah masuk ke dalam rengkuhannya.

“Aku juga. Selamat El, nilai kamu di atas aku. Selalu saja seperti itu.” ucap Maudy sambil mengerucutkan bibirnya.

El tertawa. Cowok itu mencubit pelan pipi Maudy. “Nilai kita cuma beda sedikit, Maudy. Ayo pulang.”

Maudy menurut, cewek itu masuk ke dalam mobil ketika El sudah membukakan pintu. Tidak lupa El juga memasangkan seatbelt untuk Maudy. “Biar nggak terbang.” ucap El, cowok itu tersenyum.

Maudy terkekeh. “Jayus, tapi aku hargai usaha kamu melucu.”

El mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran Tunas Bangsa. Ia menoleh sebentar ke arah Maudy. “Aku suka lihat kamu tertawa.”

Maudy menoleh ke arah El, mengamati cowok itu dengan lekat. El terlihat kikuk ketika di pandang Maudy seperti itu, beberapa kali cowok itu mengusap tengkuknya.

“Apa?” tanya El pada akhirnya.

Maudy tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, aku cuma suka aja merhatiin kamu kalau lagi serius kayak gini. Kamu ganteng.”

Blush.

Muka El memerah dan itu membuat Maudy melepaskan tawanya keras. Ia selalu suka menggoda El seperti ini, kekasihnya itu akan terlihat lucu dengan wajah memerahnya.

“Kamu boleh godain aku terus kalau itu bisa bikin kamu tertawa lepas kayak sekarang. Ini baru Maudy aku.”

Cewek itu menghentikan tawanya. “Maaf.”

“Untuk apa?”

“Untuk tidak menganggap kamu beberapa bulan ini, untuk memendam semua sendiri. Dan terimakasih kamu masih bertahan sejauh ini.”

El meraih jemari Maudy, mengusapnya lembut. “Aku sudah pernah kehilangan kamu satu kali dan aku nggak akan melepas kamu lagi. Aku pernah berusaha hidup tanpa kamu tapi tidak bisa, kamu tahu dengan jelas itu Maudy. Kamu punya aku yang akan selalu ada buat kamu. Kalau kamu punya masalah, kamu bisa cerita ke aku apapun itu. Kamu tidak perlu berterimakasih untuk ini, aku dengan sukarela membantu kamu tanpa kamu minta.”

Maudy mengenggam erat jemari El. “Bisa minggirin mobilnya.”

El melakukannya, cowok itu berhenti di halaman sebuah mini market. Maudy melepas seatbelt nya, ia memilih duduk menghadap El, menekuk kakinya dan menutupinya dengan hoodie yang ia bawa.

Hearts On FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang