Dua Belas

3.7K 223 5
                                    

Naya memasuki ruang guru dengan perasaan kecewa. Dengan wajah datarnya mencari Bu Dewi. Naya langsung berjalan menuju meja Bu Dewi saat dilihatnya sedang menulis sesuatu dengan serius.

"Ibu memanggil saya?" Tanya Naya sambil duduk di hadapan Bu Dewi.

"Kamu adiknya Andre Anak kelas XI IPA 1?" Tanya balik Bu Dewi sambil melepas kacamatanya dan menyimpannya di sudut meja.

"Benar bu, saya adiknya. Ada apa bu?"

"Begini nak, saya memanggil mu kesini karena ada hal penting yang ibu ingin sampaikan ke kamu." Naya memperhatikan Bu Dewi dengan serius. "Andre sudah membolos selama 5 hari dan tidak menyelesaikan 3 ujian prakteknya. Saya selaku wali kelasnya merasa khawatir, apa terjadi sesuatu padanya nak?" Naya menelan ludahnya dengan kasar.

"Saya juga kurang tahu bu. Kakak saya jarang pulang ke rumah."

"Apa ada masalah nak?" Tanya Bu Dewi sambil membenarkan posisi duduknya.

"Eng.. Bagaimana yah bu ngejelasinnya." Naya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Gak papa nak, cerita saja ke ibu."

"Begini bu, dulu waktu saya lulus SMP, ada insiden kecelakaan yang menimpa saya dan juga ibu saya bu." Naya berdehem kecil. "Sekarang ibu saya masih koma di rumah sakit bu, dan keluarga kami tidak mampu melunasi biaya rumah sakit yang sudah lama menumpuk." Naya menundukkan kepalanya sebentar. "Kemungkinan besar kakak saya membolos untuk mencari uang bu. Saya minta maaf bu." Naya mengangkat kepalanya. Terlihat ada buliran bening yang membasahi pipinya.

"Tidak apa-apa nak. Maaf kalau ibu membuatmu sedih." Naya langsung menghapus air matanya dan mendengus pelan sambil tersenyum.

"Gak papa bu, saya sudah biasa."

"Nak Naya, tolong kamu berikan surat ini ke kakakmu ya. Sudah banyak ujiannya yang belum diselesaikan, belum lagi dia murid terpintar di kelasnya. Kamu tolong ya berikan suratnya ke Andre. Kalau kakakmu begini terus, lama-lama dia bisa di keluarkan dari sekolah. Tolong ya nak." Naya mengangguk sambil tersenyum.

"Kalau begitu kamu boleh ke kelas." Ujar Bu Dewi sambil memakai lagi kacamatanya.

Naya berjalan di koridor kelas sambil memikirkan kakaknya yang nyaris tak pernah ke sekolah selama seminggu. Ditambah lagi sikap Melvin yang berubah drastis pagi ini.

"Nay!" Teriak Sandra sambil melambaikan tangannya.

"Loh, kok lo disini, emang gada guru yang masuk?" Tanya Naya menghampiri Sandra yang sedang berdiri di pinggir kelas memperhatikan orang yang ada di bawah.

"Katanya Bu Leni gak bisa masuk. Anaknya demam tinggi." Ucap Sandra tanpa memperhatikan Naya melainkan orang di lapangan.

"Lo liatin apaan?" Naya mengikuti arah mata Sandra dan menemukan sekumpulan cowok yang sedang bermain basket.

"Ganteng gak Nay?" Tanya Sandra menatap Naya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Ishh, ngeri woy." Naya menjitak kepala Sandra dan sontak Sandra meringis kesakitan.

"Saat lo sedang jatuh cinta, gue ngedukung lo Nay. Giliran gue yang jatuh cinta, lo gak ngedukung gue. Lo temen gue gak sih?" Cerocos Sandra dengan kedua tangannya dilipat di depan dada.

"Ahahah, lo marah cuman gara-gara itu?" Sandra hanya menatapnya tajam.

"Iya iya, maap--tapi tunggu? Apa tadi lo bilang? Gue jatuh cinta? Jatuh cinta sama siapa lagi?"

"Bukannya lo suka ya sama kak Melvin?"

"Anjay, suka sama orang itu? No no no--" Naya menggelengkan kepalanya sambil menggoyangkan telunjuknya. "Gue sedang gak suka sama siapa siapa. Oke?"

Annaya Karenina[TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang