'Eh eh mau ngapain lo! Eh jangan deket deket ya, gue hajar lo!' teriak Lexa, ia pun berlari sambil menolehkan kepalanya ke arah belakang.
"Ngapain dah tuh orang, pakek segala ngejar ngejar gue. Gue harus kemana?" gumam Lexa, ia pun segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sontak ia mendengar teriakan Xander, ia pun segera berlari ke arah Xander dan bersembunyi di balik punggung Xander.
"Eh, ngapain lo kejar kejar adek gue?!" bentak Alex pada cowok yg kini sedang mengatur nafasnya.
"Kamu diapain Lex?" tanya Alex, semua mata pun menatap Lexa.
"Dia itu tadi jongkok di bawah gue, pakek pegang pegang kaki gue lagi. Punya niat jahat dah nih orang" kata Lexa yg kini lebih berani karena melihat semua keluarganya berada di sini.
"Eh bukan bukan hhhh..." kata cowok itu yg masih berusaha mengatur nafasnya.
"Lah kalo bukan mau jahatin, lo mau apa heh?! Jawab woy!" teriak Xander yg membuat cowok itu gelagapan.
"Gue gk bermaksud jahat sumpah, gue ngejar dia karena itu" kata cowok itu sambil menunjuk ke arah sepatu Lexa.
Alex pun segera menunduk untuk mengambil kertas yg menempel pada sepatu Lexa. Ia Pun membolak balikkan kertas itu.
"Lo mau ngibulin kita ya? Kertas kosong ngapain lo kejar?!" bentak Alex yg membuat semua orang siap untuk menghajar cowok tersebut.
"Eh, eh ok gue mau jelasin. Gue gk bohong kok, gue pinjem kertasnya" kata cowok itu memintanya pada Alex. Alex pun menatap ragu cowok tersebut, tapi tak urung ia memberiakan kertas tersebut.
Cowok tersebut pun mengambil, senter kecil di saku jaketnya. Ia pun segera menyalakan senter tersebut lalu mengarahkannya pada kertas tersebut. Semua orang pun mendekat ke arah cowok itu untuk membuktikan omongan cowok tersebut.
"Jl. Black white no. 28" ucap mereka serentak.
"Eh, itu kan depan rumah bunda? Lo mau apa heh? Mau rampok ya?" kata Alex, yg langsung mendapat toyoran Lexa.
"Lo kalo ngomong di saring dulu ye" Alex pun segera memandang Lexa BT.
"Lo juga kali, jadi orang Pd amat. Gk ada orang yg mau jahatin lo" balas Alex, yg membuat Lexa mengerucutkan bibirnya. Tanpa sadar, sedari tadi ada seseorang yg tersenyum melihat tingkah laku Lexa.
"Bukan bukan, gue anak baik baik kok. Gue mau ke rumahnya orang tua gue" kata cowok tersebut dg wajah yg menyiratkan keraguan.
"Beneran?" tanya Xander, yg langsung mendapat anggukan cowok tersebut, Alexander masih menatap tajam cowok tersebut.
"Sumpah" jawab cowok tersebut sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya.
"Udah udah, orang tua? Terus kenapa kamu nggk tau alamat orang tua kamu sendiri?" tanya Key.
"Oh, saya Arsen Emeraldi, panggil saja Arsen. Sebenernya itu bukan rumah orang tua saya, lebih tepatnya rumah oma sama opa saya. Kalo masalah saya nggk tau alamatnya, itu karena mereka baru saja pindah ke sana kan?" kata cowok yg bernama Arsen tersebut.
Yg lainnya pun akhirnya menganggukkan kepala, pertanda bahwa mereka percaya.
"Ok, maafin kelakuan dia bro. Dia emang rada rada dari dulu mah, gue Nathaniel Alex. Panggil aja Alex" kata Alex yg sudah berjabat tangan pada Arsen, Arsen pun menyambutnya dg ramah.
"Sorry juga ya bro, gue Xander bintang. Panggil aja Xander" kata Xander yg kini berganti berjabat tangan pada Arsen. Lexa? Ia pun hanya meliriknya sekilas, Alex dan Xander pun dg kompak menyikut Lexa. Lexa yg tau apa arti sikutan tersebut pun menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
Teen Fiction"I don't know about love, but I don't care!" Kata Alexander serempak. ### Entah apa alasan mereka yg tidak mempercayai apa itu cinta, bagi mereka cinta itu bullshit! Yg dg seenaknya membuat orang bahagia lalu dg sekejap membuat orang itu sakit tanpa...