Bali tak pernah seindah ini.
Dua hari di Bali penuh dengan canda, rangkulan tangan, pelukan, dan ciuman. Adrian memang masih tidak pernah tersenyum. Tapi kami selalu memanfaatkan waktu tanpa terlihat bos untuk sekedar bertatapan dan berciuman.
Sebisa mungkin aku tidak menunjukkan kemesraan kepada orang lain kecuali Jane. dia yang memergoki Adrian keluar dari kamar kami. Steve juga tidak boleh tahu. Apalagi para manager dan Pak Kiki. Aku dan Adrian sepakat untuk menyembunyikan kenyataan bahwa kami bersama lagi.
Rombongan kembali ke Jakarta menggunakan pesawat pukul 16.00. sengaja tidak terlalu malam agar kami bisa beristirahat yang cukup karena besok akan kembali bekerja. Iya, bekerja. Menyenangkan sekali kan? Setelah liburan lalu langsung kembali bekerja. Aku dan Jane langsung merengut tapi karena ada Adrian, aku bisa menghadapi kenyataan dengan lebih menyenangkan.
Adrian sudah bilang bahwa dia akan mengantarku kembali ke rumah. Tidak masalah katanya kalau orang tua kami yang tahu bahwa kami bersama lagi. Hanya saja, demi menghindari kecurigaan dari para bos, kami berjalan keluar dengan teman masing-masing. Aku dengan Jane, Adrian dengan Steve. Untunglah bahwa keempat atasan itu langsung masuk ke mobil masing-masing begitu sampai di Bandara Soekarno Hatta. Begitu pula Steve yang dijemput istrinya.
"Bokap gue masih di jalan. Kalian tungguin gue dong sampai dijemput," pinta Jane kepada aku dan Adrian.
"Boleh," jawabku. Kami memilih untuk duduk di luar, tidak nongkrong di tempat makan manapun yang tersedia di sepanjang bandara.
"Jemputan kalian masih lama?" tanya Jane setelah dia selesai menghubungi ayahnya.
"Udah sampai," jawab Adrian.
"Wah sori-sori. Ya udah pulang duluan deh. Biar gue tunggu sendiri aja. Bokap gue udah mulai masuk area bandara,"
"Gak apa-apa. Bisa nunggu kok bentar lagi," Aku tersenyum. Jane nyengir dan kembali lega. Kami menunggu sambil mengobrol sementara Adrian mengutak-atik iPhone.
Ayah Jane datang 10 menit kemudian. Aku menyempatkan diri menyapa dan mengobrol dengan beliau. Setelah itu Adrian meraih tanganku dan kami berjalan bersama menuju sopir jemputan.
"Amanda!"
"Mama!" seruku. Tak menyangka mama Adrian akan menjemputku juga. Aku melepas pegangan tangan Adrian dan bergegas memeluk mama Adrian. Sudah lama sekali kami tidak berjumpa, tepatnya setelah aku dan Adrian putus di Bandung.
"Mama sengaja ikut waktu Adrian nelepon supir katanya minta dijemput. Biasanya kan dia naik taksi sendiri. Ternyata emang sengaja mau antar Amanda juga ya?"
Wajahku berseri-seri menanggapi itu. Mengangguk malu-malu.
"Ya udah yuk segera naik. Kita bisa ngobrol banyak di perjalanan,"
Kurasa Adrian sebenarnya keberatan ketika mamanya ikut menjemput kami. Berkali-kali dia menoleh ke belakang hanya untuk mendapati bahwa aku dan mamanya sedang mengobrol.
Mobil sampai di rumahku pukul 8 malam. Mama dan Adrian menyempatkan untuk turun dan menyapa orang tuaku. Ibu benar-benar kaget melihat Adrian mengantarku sampai ke rumah. Matanya menuntut penjelasan.
"Nanti Amanda ceritain," bisikku saat membantu menyiapkan minuman di dapur.
Mama dan Adrian tidak lama di rumahku. Mereka pamit setelah mengobrol beberapa saat. Aku antar Adrian dan mamanya kembali ke mobil. Saat mamanya sudah masuk ke mobil, Adrian berbalik menghadapku.
"Lets married,"
Aku terbelalak. Salah dengar kah?
"Sorry?"
Adrian mengalihkan pandangannya.
"Ayo nikah," dia mengulangi, lebih pelan tapi lebih jelas.
Senyumku langsung terkembang, menampilkan gigi segala. Kujawab ajakannya dengan mendaratkan ciuman di bibir Adrian. Lama dan dalam. Tak peduli supirnya langsung memalingkan muka atau mama Adrian langsung menurunkan kaca jendela untuk melihat lebih jelas.
"I do," bisikku.
Untuk kedua kalinya, Adrian tersenyum. Dia mengelus rambutku dan mencium keningku.
"Ehem. Mama gak keberatan lho pulang sendirian,"
Kami berdua langsung menoleh ke arah mama Adrian.
"Aku pulang," Adrian pamit dan masuk ke mobil. Mobil pun berjalan pergi. Aku masih tersenyum sendirian.
***
Awas senyum sendirian ntar dikira orang gilaaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cure of Our Secrets - END (GOOGLE PLAY)
RomanceMencintai seorang Adrian bukanlah perkara mudah. Selangkah mendekat, sepuluh langkah dia menjauh. Tapi tak ada kata menyerah dalam kamus Amanda. Apalagi saat ia tahu bahwa Adrian punya rahasia. Rahasia yang membuatnya seperti Pangeran Es. *** Cerit...