kreeeeeekk......drruuuuukkk...bruukk...!!
Suara itu muncul dari..............sebuah meja kelas yang dikeluarkan dari dalam kelas secara paksa, dan berhenti sebelum tepian meja yang penuh goresan-goresan curter dan bersudut tak rata itu menyentuh tembok pembatas balkon lantai 2 depan kelas XI IPA 2.
Nah... sempurna!, suara gadis itu memecah keheningan pagi disekitarnya. Sambil membenahkan posisi duduknya diatas meja yang menghadap halaman sekolah dibawah.
Pak No!, sapa gadis itu.
Iya, pagi dek Eli!, sapa balik orang tua yang memakai topi dan membawa peralatan kebersihan itu akrab kepada Eliaz, nama gadis itu. Senyum Eli-pun tergaris, dan terlihat lesung pipinya yang hanya sebelah. Beberapa detik kemudian orang tua itu tak terlihat lagi, membersihkan bagian sekolah yang lainnya.
Huuuhh..... sepert inilah hidupku, sambil menatap kosong birunya langit pagi itu, hari itu cerah sekali, sampai-samapi segumpalan awan putih atau mendungpun tak berani menodainya. Setelah beberapa lama...
Pagi, Eliaz?!, suara seorang cowok datang dari ujung lorong menyapa lengkap nama depannya.
Paaa....paa...pagi, Dav??, jawab Eliaz terkejut dan sedikit ragu akan sapaan dari cowok itu.
Wah...kayak biasanya ya, pagi-pagi udah datang langsung duduk di singgahsana, lanjut David mencari topik pembicaraan.
He?!? Biasa aja kali.., jawab gadis itu sambil menggeser posisi duduknya dari meja sebagai isyarat mempersilahkan David duduk.
Duduk aja, lanjut Eliaz.
Aku kira ini singgahsana yang boleh dudukin Cuma kamu?!,
Enggak, temen-temen aja yang rada lebay.
Mereka terdiam sejenak, kemudian David yang sekarang duduk disebelah Eliaz menoleh ke arah gadis itu dan berusaha mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan sesuatu kepada gadis yang berada disampingnya.
El...,
Kenapa?, tanya Eliaz penasaran.
Um...kamu......kamu mau jadi pacarku??, ucap David sedikit terbata.
Haaaaaa?!?! Dia nembak aku?! Dia sadar enggak ya sama ucapannya barusan?!?! Pikir Eliaz yang terkejut mendengar ucapan David.
Umm...aku.....aku........,
DOOOOOOOORRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!,
Suara tembakan, eh bukan deng, tapi suara mengejutkan layaknya gledek disiang bolong yang bersumber dari seorang cowok lain yang berhasil membuyarkan lamunan Eliaz tentang David dan membuat Eliaz serasa tertangkap oleh polisi karena menyembunyikan sandal milik tetangganya.
Meelllaaaayaaaaaanngg...menuju nirwanaaa......, lantunan lagu itu tak lama kemudian terdengar dari cowok itu.
Nah lhoooooo.........pagi-pagi udah melayang aja kamu?! Pasti tokoh utamanya David lagi nih?!, cletuk cowok itu menggantikan nyanyiannya yang sebenarnya kucingpun akan mengalahkannya jika mengikuti perlombaan vocal.
Ganggu aja kamu, jawab Eliaz yang mati kutu karena ketepatan tebakan temannya itu.
David belom dateng, El, jawab cowok itu kalem.
Dengan tatapan bencinya Eliaz membalas ucapan cowok itu tanpa sepatah kata.
Entar kalo orangnya udah dateng aku kasih tau kamu deh, gampang kan?!, jawab santai Deni, sapaan akrab cowok itu.
Iiiihhh....kenapa sih kamu gak urusin aja masalah kamu sendiri ama cewek yang sering kamu omongin itu?! Kenapa juga selalu ikut campur urusanku?!, jawab Eliaz sedikit sewot.
Karena itu salah satu hobiku. Hee...hee...hee..., jawab jail.
Ish! Selalu deh,
Udah deh.. aku sebagai temen kamu yang udah kamu tolongin waktu SMP dulu, sekarang pengen balas budi ama kamu. And balas budi itu wujudnya.....eeeuuummmmm..... bantuin kamu buat lupain si Ryo., jabar Deni panjang kali lebar.
Jangan pernah sebut-sebut nama orang itu didepanku!, balas Eliaz judes sambil berlalu meninggalkan Deni yang duduk di meja depan kelas sendirian.
Kamu jangan terus-terusan menengok kebelakang. Itu gak baik loh.., balas Deni singkat yang berhasil membuat Eliaz menghentikan langkahnya.
Dia memang mungkin orang yang dulu pernah nyakitin kamu, tapi bukan berarti bayangannya masih ada., lanjut Deni singkat sedikit kecewa sambil menuju ke lorong pergi meninggalkan Eliaz.
Eliaz merenungi ucapan Deni yang sesaat itu. Sebagai orang yang mengenal Deni cukup lama Eliaz hafal dengan sikapnya dan perkataan Deni tadi memang ada benarnya. Tapi itu sesuatu yang jarang terlihat dari seorang Deni yang sebenarnya merupakan seorang yang gokil dan gak peduli hal-hal yang sensi, dan dengan drastis dia menjadi seorang yang serius dengan ucapan yang Deni lontarkan kepada Eliaz. Eliaz tetap memikirkan perkataan Deni, dan dia menyadari sesuatu bahwa sebenarnya perkataan Deni itu benar-benar menyadarkan Eliaz bahwa ia memang benar-benar harus melihat kedepan dan tak lagi menghiraukan masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita
RandomCuma coretan konyol sederhana yang ketulis saat ngelamun dan boring di pelajaran Biologi.