"Tolong!" seorang gadis terlonjak kaget saat dilihatnya gelap mendominasi keseluruhan. Gadis itu merayapi apapun yang berada di dekat. Hatinya terus menerka, di mana dirinya berada sekarang.
"Tolong aku!"
"Siapapun aku mohon tolong selamatkan aku!"
"Di sini sangat gelap aku mohon tolong aku!"
"Ya Tuhan, aku mohon selamatkan aku."
"Ky, kamu di mana?"
"Ky, aku mohon selamatkan aku!"
"Ky, aku-"
Brakkk
Gia tersentak kaget saat sebuah pintu terbuka menyorotkan cahaya yang begitu tajam ditangkap retina. Gia mengerjapkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Gadis itu hendak menerawang sesuatu yang mungkin akan terjadi namun langkahnya terhenti saat sebuah suara mengintrupsi kehendaknya.
"Gia, bangun! hari ini pertama kalinya kau akan bekerja untukku. Jadi, cepat bangun, mandi dan tentunya sarapan." Cerocos Fian yang sudah berada di samping tempat tidur Gia. Sontak hal itu membuat Gia refleks membulatkan matanya menatap kaget ke arah Fian yang sedang berkacak pinggang di samping tempat tidurnya.
"Sial! aku pikir tadi kenyataan." Gumam Gia dengan raut wajah yang dikecutkan.
"Kenyataan? memangnya kau sedang bermimpi apa, huh?" sahut Fian yang dibalas delikan mata oleh Gia.
"Bermimpi indah tentunya." Sinis Gia yang mulai merapikan rambutnya. Gadis itu tak menyadari tatapan Fian yang sedikit melunak menatapnya gemas.
"Bermimpi indah seperti... siapapun aku mohon tolong selamatkan aku! di sini sangat gelap aku mohon tolong aku!"
Deg
"Seperti itu, hm?" sontak saja Gia menatap pria itu tak percaya. Gadis itu bungkam seribu bahasa seolah mulutnya terkunci tak mampu bersuara. Bahkan, gadis itu tak menghiraukan rambutnya yang belum selesai dirapikan.
"Atau seperti ini... Ky, kamu di mana? Ky, aku mohon selamatkan aku!" ucap Fian yang kembali mengulang ucapan Gia saat bermimpi tadi.
"K-kau-" ucap Gia terpotong saat pria itu mengambil tempat di dekatnya dan tanpa aba-aba meraih helaian rambutnya yang kian menjuntai lalu merapikannya kembali hingga membuat Gia membeku seketika. Entah mengapa, Gia merasa seolah tersengat aliran listrik saat tangan kekar itu menyentuhnya. Hatinya seperti bergetar dan ia tidak bisa menahannya.
"Sejak kapan mimpi buruk seperti itu berubah nama menjadi mimpi indah, hm?" tanya Fian saat gadis itu terdiam menikmati sentuhannya.
"Kau mimpi apa?" tanya Fian hati-hati yang dibalas tundukan kepala oleh Gia.
"Sudah kubilang kan, jangan pernah menunduk lagi nanti mahkotamu jatuh." Ucap Fian memperingati. Pria itu menarik paksa dagu Gia agar tidak menunduk lagi. Kedua pasang retina itu bertemu dan bisa Gia rasakan desiran darahnya kian menghangat menghantarkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dirasakan.
"Sudah puas menikmati ketampananku, hm?" goda Fian yang langsung dibalas hentakan tangan Gia saat gadis itu menyadari betapa dekat jaraknya dengan Fian.
"Setelah mandi aku harus apa?" Fian menyeringai kecil saat gelagat gadis itu seperti sedang menahan gugup dan itu terbukti dengan topik pembicaraan yang dialihkannya tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIA'FY LAND
Fantasy"Ka-kau?" gadis itu mematung tak percaya mendengar lontaran tajam dari pria di depannya. "Ya, aku tau! kau bukan manusia seutuhnya. Kau manusia yang terjebak di dalam mimpi."