"Yoona-ssi, aku mohon, istirahatlah" kata seorang wanita memakai kemeja putih dengan paduan rok hitam. Wanita itu terlihat cemas, walau begitu tangannya tetap menerima dokumen yg telah di periksa Yoona.
"Aku tidak memiliki banyak waktu, sekretaris Park." Kata Yoona. Kata kata yg akhir akhir ini selalu terucap dari mulutnya. Sekretaris Park terdiam, dan memilih untuk tdk lagi mengucapkan kata kata.
Ruangan itu mendadak menjadi sunyi, hingga terdengar Yoona membuang nafas beratnya.
"Aku ingin membuka kasus dua tahun lalu." Kata Yoona yg membuat sekretaris Park terkejut.
"Tapi Yoona-ssi, kasus itu telah ditutup satu tahun yg lalu, lagi pula, mustahil menemukan saksi dan bukti yg tersisa."
"Satupun?" Kata Yoona sambil membuka map berisi foto. Foto pertama adalah foto seorang laki laki menggunakan setelan jas, tersenyum menghadap kamera. Sekretaris Park mengerutkan dahi, itu adalah foto tunangan Yoona.
"Siapapun di sekelilingku, memiliki motif untuk membunuhku." Kata Yoona pelan, dia membuka foto kedua, seorang wanita cantik, merangkul wanita separuh baya, yg tak lain kedua wanita itu adalah saudara perempuan Yoona dan ibunya.
Halaman selanjutnya seorang wanita tersenyum sambil memegang gelas berisi wine. Wanita itu adalah sepupu Yoona. Halaman selanjutnya, Seorang wanita cantik, disampingnya berdiri laki laki mengenakan setelan jas, wanita itu adalah sahabat baik Yoona dan laki laki itu adalah kekasihnya.
Halaman terakhir, yg jauh lebih membuat sekretaris Park terkejut. Gambar seorang wanita separuh baya yg tak lain adalah dirinya sendiri. Seluruh foto itu diambil disaat yg sama, saat pesta pertunangannya berlangsung, bertepatan pula di hari saat kecelakaan maut dua tahun lalu terjadi.
"Sedikit berlebihan memang, jika aku mencurigaimu. Tetapi aku tidak bisa mempercayai siapapun untuk saat ini." Yoona berdiri dan menutup map merah, kemudian memasukkannya ke dalam tas. Dia pergi meninggalkan Sekretaris Park.
Sekretaris Park hanya bisa melihat punggung Yoona menjauh, sebelum akhirnya air matanya meleleh. Ya hatinya begitu terasa sakit. Baginya Yoona seperti anaknya sendiri. Meskipun begitu, dia tahu apa yg menimpa Yoona saat ini.
Yoona dua tahun yg lalu adalah Yoona yg ceria, tak pernah sedikitpun dia meneteskan air mata, mengumpat, atau menyakiti hati orang. Tetapi Yoona yg sekarang terasa sangat dingin. Seperti bukan sosok Yoona.
*
Seorang laki laki tengah serius dengan wanita di jendela kaca di sebuah apartemen, tatapannya lekat, sedangkan senapannya telah siap merenggut nyawa wanita yg dia amati.
Sesaat wanita di balik kaca membuka tirai. Keberuntungan bagi laki laki itu. Mangsanya terlihat jelas.
"Wolf...kau dengar suaraku?"
Wolf tak memperdulikan panggilan itu, dia malah mencabut sebuah earphone yg melekat di telinganya. Matanya menatap wanita yg sedang sibuk tanpa menyadari kehadirannya,tanpa menyadari bahwa sebentar lagi nyawanya akan melayang. Tentusaja, karena wolf berada di atas gedung yg jauh dari apartemen wanita itu.
"Wolf.." samar samar terdengar rekannya. Tapi wolf tak bergeming. Dia menekan pelatuknya, tetapi sebuah peluru terlebih dahulu menghantam kaca apartemen wanita itu.
Kontan wanita itu menyadari, dia mengamati sekitar kemudian terlihat dia menghubungi seseorang.
Wolf geram, dia melayangkan pandangannya, mencari siapa perusak keberuntungannya. Matanya tertuju pada sosok di sebrang gedung, mengenakan masker hitam, topi dan jaket berwarna coklat tua. Laki laki itu tahu bahwa wolf menatapnya, kemudian mengeluarkan senapan lain dan melayangkan peluru ke arah wolf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Days
FanficIm Yoona, yang koma selama dua tahun karena kecelakaan--atau bisa di sebut pembunuhan, tiba tiba terbangun. Dan dia di hadapkan dengan kenyataan hidup yang tidak pernah dia sadari; penghianatan, cinta, dan kebenaran masalalunya.