TWENTY TWO [ Little Sister ]

29 5 0
                                    

Siang itu lebih terik dari biasanya. Salah satu pegawai yang bertugas delivery sedang tidak hadir sementara ada order yang harus segera diselesaikan. Daniella menghela napas, dengan menyarung topi dikepala dia membawa order dari café menuju alamat pemesan. Dahinya berkerut menyadari kalau alamat itu adalah lokasi apartemen Emmanuel tinggal. Dalam hati Daniella mengutuk. Semoga saja mereka tidak bertemu. Semoga saja semua baik-baik saja.

Memanjatkan doa banyak-banyak akhirnya Daniella boleh bernapas lega ketika pemesannya berasal dari satu lantai dibawah lantai unit tempat tinggal cowok berada. Otomatis dia tidak takkan berjumpa dengan cowok itu. Daniella berjalan menuju motor milik temannya yang sedang menunggu karena mereka berdua yang berboncengan. Baru memasang helm Daniella tiba-tiba mendesah.

"Rin sebentar ya."

"Ada apaan Dan, eh lo kenal ama anak-anak itu?"

Daniella tidak segera menjawab tetapi langsung berlari menuju ke arah kerumunan didekat gedung apartemen. Dia cukup yakin ada seorang anak berseragam SMP yang tengah dikerumuni anak-anak cowok dengan seragam SMA. Gadis itu kelihatan ketakutan sementara para cowok itu semakin gencar mengoloknya.

"Berhenti!" hardik Daniella membuat barisan itu tersentak. Salah seorang yang melihat kehadiran Daniella berpaling ke arah gadis itu. "Banyak banget sih malaikat pelindung lo, anak haram juga." Tanpa banyak berdebat mereka berlalu begitu saja.

Daniella ragu untuk memanggil tetapi tidak tega karena gadis itu masih tertunduk. "Deasy?!"

Gadis itu mengangkat kepala ketika namanya dipanggil. Tanpa Daniella cegah gadis itu sudah memeluk tubuh Daniella dan menangis dibajunya. Daniella melirik ke arah temannnya dan memberi isyarat untuk menunggu sebentar.

"Kamu tidak papa?"

Deasy mengangguk lemah. Belum mau melepas pegangannya dari baju Daniella. "Kita masuk ke dalam ya," kata Daniella sambil menuntun gadis itu. Sepanjang perjalanan Deasy tidak melepas pegangannya pada Daniella. Daniella bingung mau membawa Deasy kemana tetapi gadis kecil itu tahu kemana dia harus pergi.

Unit Emmanuel.

"Deasy nggak mau pulang ke rumah? Maksudnya ke..."

Kepala Deasy menggeleng. "Mama nggak boleh liat Princess nangis, nanti dia marah lagi." lirih gadis itu lantas melepas pegangannya pada baju Daniella untuk membuka kunci apartemen Emmanuel. Daniella sedikit lega karena tempat itu kosong.

"Gue ambilin air yah," sahut Daniella saat Deasy sudah duduk sendiri disofa. Sekembalinya dari dapur Daniella tersenyum mendapat Deasy hanya menatapnya sekilas dengan pandangan terima kasih. Gadis kecil itu mengetikkan sesuatu pada ponselnya sebelum berpaling lagi pada Daniella.

"Kakak kerja?"

Daniella melirik baju yang dikenakannya dan mengangguk. "Iya, jangan bilang Manuel ya."

Seringai jahil Deasy hadir diwajahnya. "Jadi benar Kakak nggak pacaran sama Prince lagi?"

Daniella tidak menjawab pertanyaan itu sebaliknya melirik jam tangannya. Baru hendak pamit Deasy tiba-tiba menarik bajunya. "Gue ikutin kakak aja boleh nggak?"

Daniella tersentak. Dia menatap adik Emmanuel itu dengan bingung. "Jangan deh, baiknya lo istirahat aja, atau mau gue antar ke apartemen lo?"

Deasy menggeleng. Gadis itu menunduk dan menatap telapak tangannya. "Gue bosan kak sendirian di apartemen. Prince nggak pernah datang lagi gara-gara paman itu, Mama akan menjemput Papa di bandara. Gue nggak punya teman lagi kak," Deasy mengangkat wajahnya dan menatap Daniella dengan tatapan melemas. "Boleh ya kak?"

*

Teman-teman Daniella menatap gadis itu dengan bertanya-tanya. Daniella sudah menjelaskan kalau gadis kecil itu adik temannya. Meski meminta untuk ikut Deasy sama sekali tidak menganggu pekerjaan Daniella. Gadis itu hanya mengambil spot dipojok, memainkan macbook-nya dan memesan minuman. Dia duduk disitu dalam diam, sesekali dia mengeluarkan buku dari tasnya dan mulai mengerjakan sesuatu yang sepertinya tugas sekolahnya.

Better EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang