Udah penasaran ya ... Udah nunggu lama ya ... Kuy ah langsung ke TKP :D
Happy reading ;)
.
.
.
.
.
.
.Tak terasa siang pun kini sudah tiada, dan dingin malam mulai menemani Riasi yang masih terduduk sendirian di sebuah tempat tidur king size. Riasi diam dengan tatapan kosong, bersandar pada kepala tempat tidur, sambil mengelus ngelus perutnya.
Klek...
Terdengar seseorang menutup jendela yang terbuka sejak tadi siang. Yeah... Geandara yang melakukannya. Setelah mengunci jendela, Geandara menutup gordennya pula. Berjalan menghampiri Riasi sambil membawa segelas susu ditangan kirinya."Angin malam ini cukup kencang, apa kamu tidak kedinginan hah? Kalau kamu masuk angin gimana?" tanya Geandara pada Riasi dengan ketus.
Riasi hanya terdiam, dengan tangannya yang masih tersimpan diperutnya.
Geandara menyimpan susu diatas meja yang berada didekat tempat tidur Riasi. Menarik selimbut untuk menutupi kaki Riasi sampai seperut.
"Dari tadi aku perhatikan kamu hanya diam sambil mengelus ngelus perutmu, apa ada yang sakit?" Tanya Geandara lagi pada Riasi yang saat ini sedang menatapnya.
"Kenapa harus semuda ini? Kamu tahu kan aku baru semester pertama? kamu tahu kan betapa manjanya aku? Aku belum siap kalau harus sudah punya anak di usia 19 tahun" Ucapan Riasi seperti menampar keras pipi Geandara.
"Kenapa aku harus tidak sadar, dan melakukannya malam itu. Bahkan aku tidak mabuk, tapi kenapa sampai aku tidak ingat apa apa malam itu" ucap Geandara dalam hatinya.
"Sudah jangan terlalu banyak berpikir keras, kamu minum dulu susunya terus kamu tidur ya! Besok kan libur, jadi hari ini kamu gak usah dulu ngerjain tugas. Besok aku antar kamu ke kost, sekarang istirahat saja dulu!" Geandara bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Riasi.
Riasi tidak berucap apa apa lagi, dia langsung mengambil gelas susu dan meminumnya. Satu tegukan, dan langsung habis air susu itu.
Riasi langsung membaringkan badannya, menarik selimbut, dan memejamkan matanya bahkan saat Geandara masih berada disana. Seolah tak perduli pada Geandara, Riasi mengabaikan keberadaannya dan langsung memejamkan mata berpura pura tidur.
Geandara tidak ambil pusing dengan sikap Riasi, dia langsung membawa gelas bekas susu itu dan melangkah pergi menuju keluar kamar. Namun baru lima langkah, dia terhenti karena mendengar suara Riasi.
Riasi sendawa saat sedang berpura pura tidur, dan karena dirinya kurang menyukai susu, saat dia bersendewa ia mual karena berasa susu masih melekat dilehernya.
"Uweekkk" Riasi langsung bangun dengan menutup mulut dengan kedua tangannya.
Geandara langsung berbalik dan berlari kearah Riasi.
"Ri... Kamu gak apa apa kan?" Geandara menyentuh perut Riasi.
"Apa ada yang sakit?" susul Geandara sebelum Riasi menjawabnya.
Riasi tetap menutup mulutnya, dan tak menjawab Geandara. Dia malah bergerak untuk pergi keluar tanpa berucap. Tapi Geandara tidak menyadari kalau Riasi tidak menjawabnya karena mulut Riasi sudah terisi dengan susu yang perutnya muntahkan kembali.
"Ri kok kamu gak jawab? Kamu kenapa? Sebelah mana yang sakitnya?" ucap Geandara lagi, masih tetap menyentuh perut Riasi dan menulusuri perut Riasi dengan niat mencari tahu sebelah mana rasa sakit Riasi.
Akhirnya karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa mualnya, Riasi memuntahkan isi perutnya ditempat tidur.
"Uweeek"
Baju Riasi, selimbut, bahkan lengan baju Geandarapun jadi kotor dengan cairan susu yang dimuntahkan Riasi.
"Hmm maaf" ucap Riasi dengan lemah. "Maaf aku tidak maksud mengotori selimbut dan pakaian bapak, sungguh pak aku tidak bermaksud".
Sebelum mendengar jawaban Geandara, Riasi menggeser duduknya ke tepi tempat tidur karena dia merasa mual kembali. "Yah... Aku lebih baik muntah di lantai, dan aku akan membersihkannya nanti, daripada aku harus mencuci seprai" ucap batin Riasi.
"Uwweeekkkk" Riasi kembali muntah, dan karena memang Riasi belum makan apa apa dari pagi, hanya cairan bening saja yang ia muntahkan.
Karena merasa lemas, Riasi hampir terjatuh dan Geandara menangkapnya dengan merangkul kedua bahu Riasi dari belakang.
"Muntahkan saja semuanya kalau kamu masih mual, tidak usah ke kamar mandi, biar nanti bibi saja yang bersihkan" ucap Geandara sambil memijat mijat leher belakang Riasi.
Riasi hanya diam, dia tidak berbicara karena memang dia merasa sedang lemas sekali. Jelas saja, sejak pagi bahkan ia belum menyentuh nasi sedikitpun.
Riasi membalik badannya dan menatap lemah Geandara. "Pak maaf aku mengotori kamarmu".
"Sudah tidak usah pikirkan itu! Sekarang yang penting kamu istirahat saja dulu, nanti aku ambilkan makanan untuk mengganti energimu. Kamu mau makanan apa agar kamu bisa makan tanpa mual?" ucap Geandara pada Riasi.
"Bapak tumben banget perhatian kayak gini, biasanya juga so cool" batin Riasi.
"Sepertinya kalau minum es jeruk bisa mendingan deh, kan kalau mual biasanya suka mendingan kalau minum yang asem asem" batin Riasi.
"Aku mau es jeruk saja pak" jawab Riasi pada Geandara.
"Apa? Es Jeruk. Dia kan belum makan apa apa malam ini, masa mau es jeruk" batin Geandara berceloteh sendiri.
"Baiklah, tunggu sebentar ya aku ambilkan!" ucap Geandara pada Riasi.
~~~
Di dapur, nenek melihat Geandara sedang membuat sesuatu.
"Sedang membuat apa kamu Gean? Ko tumben malam malam seperti ini buat es jeruk? Kamu buat sendiri lagih, kan biasanya juga kamu suka nyuruh bibi buat bikinin apa apa yang kamu mau" tanya nenek pada Geandara.
"Ini untuk Riasi nek, dia tadi mual mual dan bahkan muntah banyak. Dia minta es jeruk, dan ingin aku yang membuatkannya untuk dia" jawab Geandara pada nenek. Padahal Riasi tidak meminta dia yang membuatkannya sendiri, hanya rasa gengsi Geandara saja yang membuat dia malu untuk mengakui kalau dia memperlakukan Riasi dengan istimewa.
"Wah.. Jadi istri kamu sedang ngidam ya, hmm emang banyak istri kalau ngidam itu pengen dibuatin sesuatu terus sama suaminya" ucap nenek sambil tertawa kecil, "tapi kamu juga sekalian bawain dia nasi ya, biar dia mengisi perut dia sebelum meminum yang asam asam seperti es jeruk".
Geandara terdiam, "kenapa aku baru ngeuh sekarang kalau dia minta yang asam asam ini bisa saja karena dia ngidam" batin Gendara kembali bertanya tanya. "Benarkah istri mudaku itu hamil dan sekarang dia sedang ngidam?"
...
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer is My Husband [Slow Update]
Romance"Rumus-rumus dalam duniaku tidak pernah aku pecahkan dengan mudah, aku selalu salah menghitung, dan dugaanku selalu meleset, ini membuat aku merasa aku tidak berbakat dalam keilmiahan ini. Aku merasa bahwa darah sastra yang kumiliki terbelenggu, han...