Part 31

9.1K 188 6
                                    

Sementara Aaron membalas Lox dengan tatapan yang juga dapat di artikan seperti: -Kamu saja! Siapa suruh pakai acara meluk meluk lengan Carter?-

"Hei! Hei! Kalian!" seru Carter sebal. "Aku tak mengerti mengapa kalian dari tadi hanya diam dan saling menatap saja. Lagipula jangan dikira aku bisa membaca pikiran! So, jelaskan siapa itu Danzel?"

Lox pun melorotkan bahunya tanda malas karena terpaksa harus dirinya yang menjelaskan. "Danzel ialah calon nama bayiku yang diberikan oleh Aaron. Pria itu bersikeras untuk menamakan bayi kami dengan nama laki-laki sekalipun Dokter sendiri belum tau jenis kelamin apa yang ada di dalam kandunganku ini," kata Lox menjelaskan sambil melirik Aaron yang sedang tersenyum senang itu.

"Mungkin Aaron memang menginginkan anak laki-laki, mengingat mempunyai anak perempuan sangatlah repot dan sensitif ketika sudah dewasa nanti. Ugh, membayangkannya saja aku tak mau, apalagi sampai mendapatkannya."

"Yak!" seru Lox kesal dengan memukul lengan Carter. "Kalau bukan karena perempuan, mau kau apakan barangmu itu hah? Mau main pedang sama pedang?!"

***

Rupanya malam ini keluarga besar dari Redwood mem-booking tempat dinner di Corinthia Hotel London, dekat Trafalgar Square dan Whitehall. Hotel ini menawarkan beberapa Restaurant dan bar yang cukup bergengsi. Tak heran mengapa segala penikmat kuliner berdatangan kesini hanya untuk mencicipi cita rasa dari makanan tersebut.

Sesampainya di Massimo Restaurant and Bar. Lox terkesima dengan suasana interiornya yang mewah. Belum lagi lampu gantung yang berbentuk bulat besar, dimana di dalamnya terdapat lampu-lampu kecil yang menyala dengan terang membuat ruangan ini menambah kesan tersendiri bagi orang yang melihatnya.

Tak terasa langkah Aaron beserta dengan Lox sudah berhenti ketika mereka sudah mendapati meja yang memang sudah di reservasi sebelumnya.

Aaron pun menghampiri Grandmanya yang sudah memanggilnya dari kejauhan.

161

"Oh My Christian!" seru Neneknya dengan gembira. Beliau langsung memberikan kecupan di pipi cucu kesayangannya itu. "How are you?"

"Grandma, please don't call me Christian anymore. Iam about to shy," pinta Aaron yang disuguhi oleh tawa kecil milik neneknya. Memang dari dulu Aaron paling tidak suka di panggil dengan nama tengahnya. Baginya, nama tersebut terkesan aneh.

"Allright Grandson," balas Neneknya dengan menyetujui permintaan Aaron. Kemudian beliau menyuruh cucunya beserta Lox untuk duduk. "Kalau boleh Grandma tau, siapa perempuan yang di sampingmu itu?"

Seketika semua Keluarga Aaron menoleh ke arah Lox. Termasuk beberapa orang terdekatnya. Tentu saja Lox yang menegang serta canggung membuatnya hanya tersenyum tipis karena tak tau apa yang harus di lakukan.

"Perkenalkan semuanya," kata Aaron yang mulai mengangkat suara. Kemudian dia memberikan kode kepada Lox agar kekasihnya ikut bangkit berdiri dari tempat duduk. "Gadis ini adalah Mahogany Lox, kekasih sekaligus calon dari istriku. Sekarang ia tengah mengandung dari anakku. Jadi... " Aaron melirik ke arah Neneknya, "ku harap Grandma akan senang mendapatkan cicit." begitu menyelesaikan kalimatnya, Aaron dan Lox duduk kembali di atas kursi.

Tak lama terdengar tawaan ringan dari semua orang yang hadir mendengar Aaron. Ada Om-nya yang ikut terkekeh karena rupanya keponakannya sudah mau menikah, lalu ada Tante serta Kakak Iparnya yang mengucapkan selamat kepada Lox dan juga Aaron. Sementara Lox sendiri juga ikutan larut dalam balutan atmosfir kebahagian yang terjadi di ruangan ini. Dia seperti merasa dekat dengan keluarga kekasihnya meskipun baru pertama kali bertemu.

Bad Work Good LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang