7

91.1K 5.9K 109
                                    

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. ” [Ar-Ruum: 21]

-Andira-

Hari ini tidak seperti biasanya Zikri memintaku untuk menemaninya berkeliling pesantren, aku tidak menolak, karena aku sedang bosan berdiam diri di kamar yang membosankan itu.

Aku mengikuti kemanapun Zikri pergi tanpa lelah, banyak pasang mata yang menatap aku dan Zikri, aku tidak memperdulikan tatapan para santriwati yang menatap ku iri dan menatap Zikri lapar, terbesit satu ide di otakku untuk membuat mereka semakin iri padaku, dengan senyuman terukir di bibirku, aku melangkah cepat dan mengambil alih tangan Zikri yang sedari tadi hanya menjuntai di samping tubuhnya. Ku genggam tangannya erat, sontak dia menatapku keheranan tapi dia sama sekali tidak menepis tanganku yang sudah menyatu dengannya, malah kurasakan genggaman tangan kami semakin erat.

Sesampainya di depan pagar,dia melepaskan genggaman kami, entah kenapa rasanya ada sesuatu dalam diriku yang seakan tidak terima dengan apa yang dia lakukan.

"Kamu kembalilah ke rumah terlebih dahulu"ucapnya sambil mengelus pelan kepalaku

"Gak mau"rengek ku, sejujurnya selain aku tidak ingin terkurung di dalam rumah lagi, aku juga sudah merasa nyaman berjalan dengannya, sekeras apapun otakku menolak tetap saja hatiku tidak bisa terkalahkan.

"Aku ingin mengecek para santri, kamu tidak boleh ikut, di sana hanya khusus untuk lelaki"jelasnya

"Aku ikut, bukannya biasanya pagar ini tidak di tutup? Kenapa sekarang di tutup"

"Setiap hari Kamis dan Jum'at pagar ini memang di tutup, ini sudah peraturan di pesantren ini, agar santri dan santriwati bisa fokus dengan pelajaran mereka, dan agar mereka bisa mengerti walaupun mereka bisa bebas tetap saja harus ada batasannya"jelasnya, aku menggangguk tanda mengerti tapi bukan Andira namanya kalau tidak bisa dapat apa yang dia inginkan. Aku berpikir sejenak bagaimana caranya agar aku bisa ikut dengannya, lumayan lah cuci mata, aku sudah bosan melihat wajah sok ganteng dari Zikri.

  Ahhaaa....lampu di atas kepalaku menyala terang, otakku memang cerdas. Ku peluk tangan kekar Zikri, bermaksud membujuknya.

"Aku ingin ikut Zikri, boleh ya boleh ya"ucapku sambil mengedipkan mataku beberapa kali dan memasang puppy eyes memohonku.

"Tidak boleh"ucapnya tegas, aku hanya mendesah berat, susah sekali membujuk lelaki sombong seperti Zikri

"Tapi aku bosan di rumah terus menerus, kamu pikir aku ini apa?" Ucapku emosi

"Kamu itu istri ku"

"Istri? Tapi kamu memperlakukanku seperti burung yang ada di dalam sangkar Zikri, aku cape di rumah terus"ucapku melemah, katakan aku lebay, tapi memang ini adalah ke ahlianku yaitu berakting, dia membuang nafasnya pelan, lalu menggangguk

"Hanya sekali ini"ucapnya datar, aku tertawa dalam hati, ternyata membujuknya tidak terlalu susah untukku.

Akhirnya pagar di buka, lalu di tutup kembali oleh Zikri, kami berjalan beriringan, banyak santri-santri berlalu lalang dan memberi salam padaku dan Zikri, menurutku sejak berjalan di pesantren ini Zikri terlihat begitu berwibawa dan tampan. Astaga aku memujinya? Ah ku tarik lagi ucapanku.

  Aku tersenyum pada santri-santri yang sedang memberi salam padaku.

  Ehemmm...deheman Zikri begitu keras sehingga, semua santri menunduk. Aku hanya menatapnya kesal

"Tundukkan pandanganmu Andira"ucapnya tegas. Aku hanya acuh dan tidak menanggapi ucapannya.

"Tundukkan kepalamu Andira"tegasnya lagi. Aku menghela nafas pendek, dan menuruti perkataannya. Dalam hati aku mencibirnya. Dia merangkul ku posesif, dasar lelaku aneh.

ANA UHIBBUKA FILLAH USTADZ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang