Chapter 19

5.5K 411 34
                                    


Saya bisa merasakan kelelahan yang dialami Sakura hanya karena menunggu sesuatu yang tidak pasti seperti fic ini yang tak kunjung mencapai 700 reads. Padahal, ide dalam otak saya sudah meledak akhirnya saya memilih untuk update kilat saja. Wkwkwkwk, semoga kalian suka dengan chap yang lumayan singkat ini, ya. Spesial buat Safiera dan Phi_Hatake yang selalu menantikan kelanjutan cerita ini. Review please, jika kalian menyukainya! :D

***

Kakashi terus melompat cepat dari satu pohon ke pohon lain tanpa menghiraukan tubuhnya yang minta istirahat. Sejak pulang dari Kirigakure, dia belum sempat beristirahat selain setengah jam di tanah lapang tadi. Namun, ia mengabaikan protes tubuhnya karena keinginan untuk mencapai Konoha sebelum matahari terbit lebih besar.

"Sial!" Kakashi melihat rembulan yang bergerak nyaris mencapai puncak sedangkan ia masih harus menempuh perjalanan panjang.

"Kenapa memanggilku?"

"Sakura tidak menerima lamaran Sasuke."

Anjing itu menggonggong. "Bukan salahku karena kau memerintahkanku untuk sekadar mengawasi. Kau juga memintaku untuk segera pergi jika gadis itu melihatku."

Kakashi menggigit bibir. Dia terlalu cepat mengambil kesimpulan dari apa yang ia lihat tanpa mengetahui jawaban Sakura selanjutnya.

"Pergilah ke Konoha sekarang, Pakkun!"

Pakkun melirik Kakashi heran. Anjing itu menjulurkan lidah panjangnya pada Kakashi.

"Temui Sakura dan err..."

"Kau yakin tak ingin mengatakannya sendiri?"

"Aku tidak yakin akan mencapai Konoha sebelum matahari terbit. Jika apa yang dikatakan Sai benar maka aku tidak akan bisa lagi menemuinya." Kakashi frustasi.

Bagaimana jika Sakura menerima pinangan Gaara? Bagaimana jika ia datang terlambat? Bagaimana bisa ia menjadi orang yang paling bodoh sedunia?

"Katakan padanya untuk menungguku, kau mengerti!"

"Kenapa aku harus mengatakan hal seperti itu?"

Kakashi menatap tajam Pakkun yang bergidik ngeri. "Dan laporkan padaku jika kau melihat seorang laki-laki berambut merah yang selalu membawa gentong pasir."

"Baiklah, aku akan segera pergi."

Kakashi mengawasi kepergian Pakkun dan menggandakan kekuatan cakra yang dimilikinya. Ia harus mencapai Konoha sebelum matahari terbit. Harus!

***

Sakura menatap pantulan wajahnya dari cermin wastafel setelah membasuh muka. Ada gurat kesedihan di sana. Bola mata emerald itu balik menatapnya gelisah. Seperti panda, warna hitam menghiasi kelopak mata.

"Brengsek!"

Ia menghela napas berat dan memejamkan mata sebelum kata itu meluncur kembali dari bibir mungilnya.

"Brengsek!"

Ino memeluk leher Sakura erat sebelum menangis tersedu-sedu.

"Dia bersama Mizukage, Sakura."

"Apa maksudmu bersama?"

"Dia mencium bibir Mizukage. Apa itu artinya menurutmu, Sakura?"

Sekali lagi. "Brengsek!!!"

Dua tahun penantian itu terasa mencekik leher Sakura. Dia memutuskan untuk menunggu laki-laki itu kembali setelah melihat Pakkun mengibaskan ekor saat Sasuke melamarnya. Keyakinan dalam hatinya menguatkan bahwa dalam diri Kakashi masih ada sedikit perasaan peduli. Namun, saat Ino memberitahukan apa yang terjadi di Kirigakure kemarin malam membuat dirinya merasa bodoh.

(Un)Broken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang