SATU

32.8K 983 18
                                    

"Siapa juga yang mau mempunyai kekasih dengan tubuh besar sepertiku ini. Perempuan berdada besar, berbokong besar, dan berpaha penuh selulit." Keluh Maggie pada Kelly sahabatnya sesaat ia baru putus dari kekasihnya.

Pernyataan Maggie di bantah Kelly. "Dia pria bodoh dan kau tak pantas bersanding dengannya. Kau itu cantik dan baik. Tak usah kau sesali, toh kau yang mencampakkan dia. Aku bangga padamu." Kata Kelly tegas.

"Kau hanya menghiburku, karena kau sahabatku." protes Maggie.

"Kau memang cantik, hanya kau..." Kelly tak melanjutkan kalimatnya.

"Aku gemuk!" Sembur Maggie.

Kelly mengambil nafas sejenak dan berkata dengan sabar. "Kalau itu semua orang juga sudah tahu, Maggie. Maksudku ketika kau bersama Paul, kau tidak menjadi dirimu sendiri. Kau selalu mengalah dan mengiyakan apa kata Paul. Kau diam saja di perlakukan buruk olehnya. Kau tak melawan ketika dia melakukan kekerasan verbal padamu. Kau anggap itu pantas, karena dia pria tampan yang mau jadi kekasih perempuan bertubuh besar sepertimu. Kau naif sekali, Margaret Heavenly Blake."

"Aku senang, kalian telah berpisah, Itu lebih baik,  dan aku doakan kau akan menemukan pria yang lebih baik segala-galanya dari Paul." tambah Kelly tulus.

Saat ini Maggie merenungi kata-kata sahabatnya beberapa waktu lalu. Apa yang di katakan sahabatnya benar, dia memang lebih baik berpisah dari si Paul brengsek dan ia merasa bersyukur.

Kejadian dua tahun lalu ketika mereka makan malam di restoran benar-benar takkan pernah ia lupakan, di depan matanya Paul tanpa  peduli perasaannya sebagai  kekasih pria itu, ia terang-terangan menggoda seorang pramusaji perempuan restoran. Maggie berusaha bersikap sabar. Itu memang sudah menjadi tabiat buruk darinya yang tidak pernah menghargai Maggie sebagai kekasihnya. Akibatnya dia tidak berselera menyantap hidangannya. Yang membuat Paul marah, dan mengeluarkan kata-kata kasar. Dia diam saja tak melawan, walau banyak pengunjung menoleh ke arah mereka. Dia tak mau membuat keributan di dalam restoran. Namun kesabaran dia habis ketika di tempat parkir. Paul memakinya kembali. Maggie sudah tidak tahan lagi.  Maggie sudah lelah menghadapi  sifat semena-mena dari Paul, dan ia selalu mengalah.  Namun tidak malam ini. Ia melawan Paul. Ia sudah muak dengan Paul. Mereka bertengkar  habis-habisan. Saat itu juga ia langsung mencampakkan Paul. Yang membuat Paul bengong tak percaya. Tapi Paul tak berusaha mengejar dirinya. Hanya teriakan kasar yang ia dengar, takkan ada lagi pria yang akan mau dengan perempuan gemuk seperti dirinya. Apalagi pria tampan sepertinya. Selama ini, aku hanya kasihan padamu. Maggie tak peduli, ia pergi meninggalkan Paul dengan naik taksi. Dan dia baru sadar selama ini ia bagaikan kerbau di cokok hidungnya oleh Paul.

"Selamat pagi, Maggie...." Seseorang bersuara berat menyapanya.
Maggie terkejut dan menyadari siapa yang menyapanya. "Eh, selamat pagi, Bos...Anda sudah kembali dari perjalanan bulan madu rupanya. Pasti menyenangkan sekali.'

Pria itu tertawa. "Bukankah minggu lalu sudah aku kabari, bahwa hari ini aku kembali. ..Ya...Maggie, bulan madu memang sangat menyenangkan."

Maggie ikut tersenyum mendengar kata-kata bosnya. Ia ikut merasa senang dengan kebahagiaan bosnya yang baru menikah.

Sebelum masuk ke ruangannya, bosnya menoleh ke arah Maggie dan berkata, "Ada oleh-oleh dari istriku, nanti Clay yang akan membawakannya kemari. Oya tadi kulihat kau seperti melamun, jangan katakan kau masih memikirkan mantan kekasihmu itu."

"Kalian baik sekali, terima kasih, Alex. Tidak...Tidak...Aku tidak sedang memikirkannya." Jawab Maggie sedikit berbohong. Bosnya tersenyum dan masuk ke ruangannya.

Maggie adalah sekretaris eksekutif dari Bennet Industries. Sembilan tahun sudah Maggie bekerja di tempat ini. Ia mulai menjadi sekretaris ketika CEO masih di pegang Robert Bennet. Tiga tahun lalu kendali pimpinan di teruskan ke putera sulungnya Alex Bennet. Dan Alex masih mempercayakan dirinya menjadi sekretarisnya. Alex tak pernah mempermasalahkan bobot tubuhnya. Aku hanya membutuhkan sekretaris yang cerdas, efisien dan cekatan bekerja sepertimu, bukan sekedar pajangan yang jual tampang dan tidak bisa bekerja. Begitu alasan Alex mempertahankan dirinya. Maggie bersyukur bisa di terima bekerja di tempat ini, setelah di tolak sana sini karena bentuk badannya, seusai dia menyelesaikan sekolah sekretarisnya.

Big is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang