Unbelieveable Moment

4K 133 5
                                    

Perhelatan wisuda periode tiga kampusku dilaksanakan pada bulan Oktober tahun ini, tahun dimana aku sedang menjalani semester tiga.

Kali ini aku sedang menghadiri resepsi wisuda Kak Devis, meski hanya sekedar menunggunya saja di luar gedung. walaupub hanya di luar, aku sudah cukup lama menunggu disini. Khawatir bunga yang aku beli tadi akan layu karena sebentar lagi siang menjelang dan tentu saja hawa panas yang ada akan mengurangi kesegaran bungaku.

Setelah mendekati pukul dua belas siang, aku melihat wisudawan sedang berhamburan keluar. Syukurlah, berarti acara sudah selesai.

Sekarang aku sedang menanti seniorku saja. Tak lama, aku menangkap sosoknya. Dan tanpa menunggu, aku segera mendatanginya.

"Selamat wisuda, Kak"

"Makasih, Zha" lalau ia tersenyum. Manis sekali.

Aku turut bahagia melihat Kak Devis sudah menyelesaikan tugasnya menjadi mahasiswa kedokteran tepat waktu, tak kurang dan tak lebih meski tidak cumlaude.

Kini Kak Devis sedang menggenggam dua ikat rangkaian bunga, yang satu dariku dan satu lagi sepertinya dari kekasihnya. Dari penglihatanku, sepertinya Kak Devis sangat kerepotan menerima tanda selamat untuknya. Hal ini terbukti dari sang kekasih ikut membawa bingkisan boneka khas wisuda dan satu lagi rangkaian bunga. Tenar sekali seniorku yang satu ini.

Sementara dari kejauhan aku melihat Kak Miral menuju kami. Dia hanya membawa satu rangkaian bunga saja, dan sepertinya itupun berasal dari pacarnya yang sedang ia gandeng penuh bahagia. Acara wisuda sepertinya memang sebagai ajang pamer pacar ke khalayak ramai. Namun beberapa hanya sendirian, gabung bersama teman-teman senasibnya.

"Selamat atas kelulusannya, Kak Miral" Aku tak lupa memberikan selamat pada seniorku yang satu ini.

"Makasih ya" Jawabnya singkat. "Oh iya, siapa namamu?" Tanya Kak Miral

"Mirzha, Kak"

"Oke. Kenalin ini Dinda, pacarku" Kini Kak Miral memperkenalkan pacarnya yang bernama Dinda kepada kami.

Dinda cukup cantik. Sanggup menyesuaikan seragam hitam yang dikenakan oleh Kak Miral. Dinda menggunakan dress hitam dengan ikat pinggang tali warna senada. Meskipun terkesan seperti akan takziyah, tapi aku suka melihatnya. Anggun dan menawan.

"Dia anak ekonomi, satu angkatan sama kau, Zha" Lanjutnya.

"Wah, salam kenal ya, Dinda. Aku Mirzha, juniornya Kak Miral" Aku langsung menjabat tangannya.

"Iya, Mirzha. Salam kenal" sambung Dinda. Dia senyum sumringah.

"Kalo gua nggak usah kenalan juga udah kenal. Kan lu sering ajak dia temenin lu futsal" Kali ini Kak Devis bersuara. Sering? Kok aku tak lihat sosok Dinda waktu pertandingan dulu?

"Eh Kenalin cewek kau lah, Vis! Aku belum tahu siapa dia" Kak Miral menyambung. Aku baru sadar kalo Kak Devis belum memperkenalkan kekasihnya.

"Oh iya, gua lupa" Kak Devis menepuk keningnya sendiri. "Kenalin, dia Leena" Kali ini kekasih Kak Devis menyalamiku, Kak Miral dan Dinda bergantian.

Mari aku jelaskan seperti apa kekasih seniorku yang paling baik. Namanya Leena. Entah siapa nama panjangnya aku pun tak tahu. Dari perawakannya, termasuk ke dalam kategori tinggi. Ditambah dengan high heels, nyaris sejajar dengan Kak Devis.

Untuk parasnya, aku menilai kalau dia adalah gadis Bali. Cantik. Aku suka geraian rambut sebahunya. Sedangkan untuk dress yang digunakan, hampir sama juga seperti apa yang digunakan oleh Dinda, hanya saja berbeda dari warna dan modelnya. Namun dari keduanya sama-sama menonjolkan kaki mereka.

The Untold Story "AZKAR"  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang