#1

14 2 0
                                    

Halo beb. Semoga suka sama ceritanya yee. Okee, cekidot!! Enjoy to reading!!

Dengan sedikit tergesa gesa, Vina melangkahkan kakinya di kampus. Ini sudah menjadi ritual Vina yang selalu terlambat memasuki kelas, walaupun rumahnya tidak begitu jauh dari kampus, tapi masih saja banyak alasan yang dilontarkan Vina kala terlambat.

Mampus dah guaa, telat kan jadinya!!

Ketika langkah kakinya akan memasuki kelas jam pertamanya, Vina sudah lemas sendiri kala ibu dosennya mendapati temannya juga ikut terlambat dan dikeluarkan dari kelas. Daripada diceramahi habis habisan, mendingan gua nggak usah masuk aja sekalian. Mendapat siraman rohani pagi pagi begini sangat membuat Vina jadi bad mood. Dengan santainya, Vina beranjak dari tempatnya dan segera pergi ke kantin. Yaaa dikala waktu luangnya di kampus, Vina hobi untuk mengunjungi tempat yang tersedia banyak makanan dan minuman itu. Walaupun sudah kenyang, masih tetap saja Vina melangkahkan kakinya menuju kantin, apalagi jika ditraktir oleh teman temannya, bayangkan saja ekspresinya.

"Ck, malah nggak ada temen yang diajak ngobrol lagi, bosen guaa" gerutu Vina dalam hati.

Vina pun memesan satu mangkok bakso dan segelas jus orange. Ketika Vina akan mengeluarkan earphone dari dalam tas, secara spontan pandangan Vina tertuju pada salah satu cowok yang berhasil membuat dia membulatkan matanya. Gila! Ganteng banget tuh cowok, udah punya gebetan belum yaa? Cowok yang dipandang pun menoleh ke arah Vina dengan salah satu alisnya yang terangkat. Kayaknya dia heran melihat Vina yang memandangnya sangat berlebihan.

"Kenapa lu?"

Orang yang ditanya malah tidak menjawab. Bahkan Vina senyum senyum sendiri sejak memandangi cowok itu. Yaa beginilah Vina, matanya mungkin hampir jatuh kala melihat cowok tampan berdiri atau berpapasan dengannya. Walau begitu, Vina bukan tipe cewek yang playgirl, dia sebenarnya tipe yang setia. Tapi yaa matanya tidak bisa melewatkan keindahan ciptaan Tuhan itu.

"Kenapa lu?" tanya cowok itu sekali lagi sambil menengok ke belakang. Pikirnya kayaknya bukan dia yang disapa.

"Nama lu siapa? Lu di fakultas mana sih, kok gua baru tau yaa? Eh, emangnya lu ngampus di sini juga yaa? Kalau gitu luu kenal gua kagak?" tanya Vina cepat cepat karena khawatir cowok itu akan pergi.

Yang ditanya pun merasa bahwa memang ia yang dilihat Vina tadi saat Vina bertanya sembrono barusan. Bukannya menjawab, cowok itu pun berbalik dan akan segera pergi. Dengan spontan, Vina menghalangi jalannya dan kembali bertanya.

"Luu kok nggak jawab guaa sih? Atau jangan jangan lu budeg kali yaa? Ya ampun Vina, kok lu narsis sama orang budeg yaa?" heran Vina sendiri sembari menepuk pelipisnya.

"Aneh" sahut cowok itu.

"Ehh lu-"

"Minggir" tegas cowok itu dan mendorong tubuh Vina secara tak sengaja. Spontan Vina jatuh dan berteriak. Dengan sombongnya, cowok itu berlenggang pergi dan tidak membantu Vina bahkan menoleh sekalipun ke belakang tidak. Cowok itu rencananya akan memesan makanan di kantin tadi, tapi semenjak sikap Vina yang tidak bisa melihat melihatnya dan bertanya yang membuat cowok itu risih, dia pun kehilangan selera makannya dan segera pergi dari tempat itu.

"Woyyy, songong banget lo jadi cowok. Nyesel guaa bisa kagum sama lo. Oii bangke onta, awas luu! Woyy-aouw!" ringis Vina sambil memegang pinggangnya yang sakit karena barusan didorong. Dengan sedikit berhati hati, Vina berdiri dan melihat orang orang disekelilingnya sudah dari tadi menertawakannya. Vina yang baru sadar kalau orang orang yang berada di kantin melihat kejadian itu pun segera menoleh ke arah mereka.

"Apa lo liat liat? Hahihahii aja luu. Sakit tau!" gerutu Vina sambil berjalan pelan pelan. Cukup sudah kemalangan Vina hari ini. Pagi pagi sudah terlambat, belum lagi ditambah si cowok tadi yang barusan mendorongnya. Rasanya Vina ingin sekali menjambak rambut cowok itu jika bisa.

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang