Kami sudah siap untuk pergi liburan. Tinggal menunggu kedatangan kawan Kak Devis. Aku juga sudah menyiapkan beberapa keperluan untuk BBQ party saat di pantai nanti.
Jadi, setelah makan siang aku dan kekasihku menyempatkan ke supermarket untuk membeli daging segar dan beberapa bumbu yang dibutuhkan. Kak Devis mengatakan padaku kalau ini adalah rencana kawannya, dan kekasihku mendapatkan tugas menyiapkan segala bahan yang diperlukan. Sementara keperluan pemanggang sudah disiapkan si kawan.
Terlihat ada kendaraan yang menepi ke arah kami. Sepertinya aku mengenali kendaraan itu. Motornya Kak Willy. Apakah dia yang dimaksud kawannya Kak Devis itu? Bukankah mereka pernah berpapasan dulu saat acara wisuda tempo hari. Ataukah kawan Kak Devis yang mengajaknya? Tuhan, aku belum siap mendapati mood kekasihku memburuk saat bertemu Kak Willy.
"Dah lama nunggu, Vis?"
Si kawan turun dari boncengannya. Melepas helmnya, berjalan mendatangi Kak Devis dan menyalaminya. Cakep, tapi lebih ke manis sih menurutku, dengan muka lebih mengarah ke Timur Tengah, dia terlihat gagah. Perawakannya tinggi sejajar dengan Kak Devis, bentuk tubuh mereka pun sama, memberontak baju yang sedang dipakai karena begitu sempitnya atau karena badan mereka yang kebesaran hingga membuat baju terasa kekecilan.
Sementara sosok yang aku yakini sebagai Kak Willy masih standby di atas motornya.
"Enggak, Giz! Oh iya, kenalin ini Mirzha. Dia..."
"Juniornya Kak Devis" Aku memotong ucapannya secepat yang aku bisa, khawatir akan ada penyebutan status sebagai kekasihnya.
"Iya, dia juniorku" Kak Devis mengulanginya.
"Gua Gizta. Sepertinya pernah lihat. Tapi dimana ya?" aku kaget. Apakah dia melihatku saat menjadi pendamping wisudanya Kak Willy dulu? Entahlah, semoga saja dia tidak mengejar kebohonganku kali ini.
"Emmm di pertandingan futsal kali, Kak. Soalnya kan pernah sekali jadi supporter Kak Devis"
"Emmm mungkin. Oh iya, kenalin. Dia temen gua. Willy"
Kak Gizta memperkenalkan sosok yang masih enggan melepaskan helm gelapnya. Bahkan untuk membuka penutupnya saja sepertinya tidak ada niatan sama sekali. Dan yang dimaksud pun turun dari motor, lalu menjangkau kami.
"Gua Willy. Hai, Zha. Apa kabar?" akhirnya si pemilik nama Willy ini menampakkan wajahnya, menyalami tanganku. Aku belum siap menatap wajah kekasihku saat ini.
"Willy. Lu siapa?" aku yakin Kak Willy pura-pura tidak mengenal siapa orang di depannya kini. Kali ini tangan itu menggantung depan Kak Devis cukup lama.
"Devis" Jawabnya terdengar ketus. Tangan mereka berjabat erat. Aku menangkap kalau jabatan tangan mereka cukup erat dan mengetat, karena aku bisa melihat urat tangan mereka saat ini.
"Lu udah kenal, Wil?" tanya Kak Gizta saat mengetahui kalau kawannya menanyakan kabarku.
"Sempat kenal pas tanding futsal dulu itu, Giz" Jelas Kak Willy. Ternyata kami satu pemikiran kalau tempat futsal menjadi ajang kami untuk saling kenal.
Pembawaannya sangat tenang. Ia tidak menanggapi jawaban dingin Kak Devis barusan.
"Ayo berangkat, Vis! Keburu gelap nih" Kak Gizta memberi aba-aba. Lalu kami memakai helm masing-masing.
Aku dan Kak Devis memimpin perjalanan. Sementara Kak Willy mengikutinya di belakang. Aku sempat menatap wajah kekasihku tadi sebelum kami memakai helm. Terlihat masam dan kurang bersemangat. Wajah dinginnya terlalu kentara aku rasa. Semoga saja moodnya tidak akan mempengaruhi kewaspadaan dalam membawa kendaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story "AZKAR" [COMPLETED]
Любовные романыberawal dari kisah cinta mahasiswa kedokteran bernama Mirzha dengan rasa tak biasanya. Ia menaruh kagum terhadap seniornya yang bernama Devis di kampus tempat mereka kuliah. hingga rasa kagumnya berubah menjadi rasa cinta yang membuat hidupnya beru...